DQLab Universitas Multimedia Nusantara Memberikan Beasiswa Belajar Data Science Gratis Melalui Program Bootcamp selama 7 Hari
April 12, 2021Prodi Teknik Elektro UMN Menyelenggarakan Sertifikasi PLC
April 17, 2021TANGERANG – Tidak hanya estetika bangunan, tetapi memikirkan dampaknya terhadap lingkungan juga perlu menjadi pertimbangan untuk keberlanjutan ekosistem di dunia ini. Terkait itu, Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Multimedia Nusantara (Himars UMN) mengadakan kuliah umum Sharing Arsitektur ke-7 (S.Ars ke-7) dengan tema “Biophilic Urbanism” pada Rabu (14/4/21). Biophilic urbanism merupakan sebuah pendekatan untuk menciptakan lingkungan urban yang terintegrasi dengan alam. Untuk pemaparan tema ini, kuliah umum yang digelar via Zoom ini pun mengundang Pendiri dan Prinsipal Siura Studio di Singapura, Anton Siura sebagai narasumber.
Anton menjelaskan penerapan biophilic urbanism ini penting untuk keberlangsungan ekosistem di masa depan. Apalagi dengan tren urbanisasi yang terus meningkat, Anton mengungkapkan arsitek harus bisa merancang bangunan untuk memenuhi kebutuhan ini. Menurutnya, urbanisasi ini telah menghilangkan relasi antara manusia dan alam. Adapun isu yang hadir akibat urbanisasi, seperti minimnya kesejahteraan manusia, kehilangan lahan hijau, banjir, dan polusi.
“Ini siklus yang akan berputar kalau kita tidak tangani. Gimana kita bisa hidup, bermain, dan bekerja di tempat yang close to nature. Biophilic urbanism inilah yang konsepnya untuk memaksimalkan space-space yang ada supaya punya koneksi yang langsung dengan lingkungan alam,” jelas Anton.
Baca juga Mencari Arsitektur yang Kreatif
Dalam kesempatan ini, Anton turut menunjukkan beberapa proyek yang dikerjakannya menggunakan prinsip biophilic urbanism. Untuk penerapannya, Anton mengatakan pendekatan biophilic urbanism dapat digunakan di berbagai konteks desain. Contohnya, untuk desain bangunan, jalan, sungai, dan lain sebagainya.
Menurut Anton, pola pikir yang terpenting adalah memikirkan lingkungan sebagai bagian dari desain. Visi ini pun dapat diwujudkan dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah dan berbagai ahli lainnya.
“Ya, memang secara estetika, mendesain fasat, mendesain bangunan itu penting. Tapi, kita juga bisa memikirkan environment di mana sebuah desain bangunan itu harusnya tidak merusak lingkungan, tetapi justru ada balancing-nya. What we take, we give back,” tutup Anton.
By Melinda Chang | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id