Dosen PJJ UMN Bahas Politik Tawa di Kuliah Umum Universitas Majalengka
Maret 7, 2023Atlet Taekwondo UMN Raih Prestasi Kejurnas
Maret 10, 2023Tangerang- Webinar bertema “Resesi Global, Ancaman Riil atau Sekadar Gertakan” diselenggarakan pada Senin, 6 Maret 2023 di Lecture Theater UMN. Webinar tersebut mengundang Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu, Rektor Unika Atma Jaya Dr. Agustinus Prasetyantoko, Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryopratomo, dan Komisaris PT Bursa Efek Indonesia Pandu Sjahrir. Acara yang berlangsung sebagai agenda HUT Kompas.id keenam itu terbagi menjadi dua shift yang dipandu oleh Antonius Tomy Trinugroho dan Andreas Maryoto. Keduanya adalah Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas.
Sutta Dharmasaputra, Pemimpin Redaksi Harian Kompas, mengutip dari Menkeu Sri Mulyani bahwa Indonesia tidak termasuk dalam ⅓ negara di dunia yang mengalami resesi.
“Nampaknya, apa yang dibilang resesi global itu tidak seburuk yang dibayangkan. Pada akhirnya, muncul pandangan bahwa resesi global hanyalah overthinking semata. Namun, apakah kita harus santai dan lengah untuk waspada? Pasalnya, kondisi geopolitik yang memanas belum selesai,” buka Sutta.
Moderator Andreas Maryoto mengawali webinar dengan pemaparan tentang Lemhannas dari Andi Widjajanto. Andi menyebutkan bahwa Lemhannas memiliki lima kajian utama dalam mendorong kemajuan NKRI yaitu konsolidasi demokrasi, transformasi digital, ekonomi hijau, ekonomi biru, dan Ibu Kota Negara (IKN). Kajian tersebut turut berkesinambungan dalam mempertahankan negara dari resesi global.
“Resesi global bukan sesuatu yang given. Ini adalah sesuatu yang harus dikerjakan hari ke hari, minggu ke minggu, tahun ke tahun. Untuk itu, moneter, fiskal, dan politik harus dihitung dengan benar supaya mitigasi krisisnya bisa dilakukan bersama,” kata Andi.
Kemudian, Febrio sebagai pembicara yang mewakili Sri Mulyani menyebutkan optimisme Indonesia dalam menghadapi resesi global.
Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia dihadapkan pada tantangan yang luar biasa dari gejolak ekonomi akibat pandemi Covid-19. Seluruh dunia turut mengalami kelumpuhan ekonomi. Usai Covid-19, Omicron, dan Delta, muncul dampak geopolitik perang Rusia dan Ukraina. Namun, Indonesia tetap bertahan.
“Sepanjang 2022, perekonomian Indonesia sudah ada di titik positif. Ekspor pun sudah mendominasi dengan kuat. Akan tetapi, kualitas SDM tetap diperkuat,” kata Febrio.
Sementara itu, Agustinus menganalogikan resesi sebagai sebuah kereta berkecepatan tinggi yang dipaksa mengerem dengan cepat dalam waktu singkat. Ketakutan terhadap resesi tentu ada. Akan tetapi, masyarakat Indonesia tetap optimis dan waspada.
“Ancaman resesi itu riil dan bukan gertakan. Mungkin saja melemah di 2023, tetapi Indonesia selalu memiliki peluang untuk tumbuh, berubah, dan melakukan transformasi ke posisi yang lebih baik. Memang ancaman inflasi itu melunak, tetapi tidak hilang sama sekali. Karena tidak pasti, inflasi akan naik ketika trigger factor muncul,” jelas Agustinus.
By Annisa Dyah Novia | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id