
Alumni Film UMN Sukseskan Film Animasi “Jumbo”
April 10, 2025
Mahasiswa UMN Terpilih Menjadi Asia World Model United Nations X
April 11, 2025
Seminar bersama Unit Layanan Disabilitas UMN (Dok. UMN)
Tangerang – Unit Layanan Disabilitas (ULD) Universitas Multimedia Nusantara merupakan unit terbaru yang dibuat oleh UMN untuk memberikan layanan khusus untuk mahasiswa UMN yang berkebutuhan khusus. Pada Rabu, (09/042025) ULD turut mengadakan seminar untuk dosen dan karyawan dengan tema “Penanganan Mahasiswa dengan Kebutuhan Khusus di Lingkup Perkuliahan”
Seminar ULD ini dibawakan oleh tiga narasumber Dr. Anne Nurfarina, M.Sn., selaku Ketua ULD UMN, Sarah Larasati selaku Terapis Art Therapy Center Widyatama, dan Reza Permadi selaku Terapis Art Therapy Center Widyatama. Pada kesempatan ini ULD turut membagikan pengetahuan tentang layanan disabilitas untuk meningkatkan proses pembelajaran di Kampus UMN.
“Kami ingin memberikan pengetahuan yang sebaiknya diketahui oleh civitas UMN yang sesuai dengan undang-undang. Saat ini banyak sekali mahasiswa yang tidak terdiagnosa maupun self-diagnose, sehingga langkah yang tepat sebagai Kampus adalah memberi dukungan baik untuk civitas dosen, karyawan dan juga mahasiswa”, ucap Anne.
Pada kesempatan ini Anne memberikan pengetahuan serta pengalamannya dalam membimbing anak-anak disabilitas, bagi Anne anak-anak yang memiliki disabilitas lebih sensitif. Dibutuhkan sistem penerimaan mahasiswa yang lebih detail dan spiritual support.

Pembawaan materi oleh Anne (Dok. UMN)
“Skema penanganan untuk mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus ada empat yang pertama adalah profiling dan identifikasi mahasiswa, sosialisasi ke program studi terkait mahasiswa berkebutuhan khusus, sebaran kelas dan pemetaan mata kuliah, dan koordinasi antara dosen dan ULD”, ucap Anne.
Anne juga membagikan ada dua tipe disabilitas yakni high-function dimana anak-anak cenderung memiliki pemahaman yang baik dan mudah mempelajari hal-hal baru. Sedangkan low-function cenderung memiliki pemahaman yang kurang baik dan membutuhkan proses pembelajaran yang panjang. Namun bagi Anne semua manusia memiliki potensi.

Pembawaan materi oleh Sarah (Dok. UMN)
Sarah, salah satu terapis sekaligus narasumber pada seminar ini memberikan informasi terkait disabilitas dan pengalamannya. Bagi Sarah untuk membimbing perlu diklasifikasikan berdasarkan kategorinya dan dipahami.
“Disabilitas dibagi menjadi berbagai klasifikasi ada disabilitas mental, disabilitas intelektual, dan disabilitas fisik. Bisa terlihat secara fisik tidak ada tanda-tandanya namun perilakunya terlihat dan hal itu bisa dibedakan. Seperti perubahan suasana hari yang tidak stabil, tantrum, teriak, dan sulit mengatur emosi”, ucap Sarah.
Tentu berdasarkan kategori disabilitas ini memiliki karakter sendiri-sendiri, disabilitas mental memiliki karakter perubahan suasana hati yang tidak stabil, susah mengatur emosi, adanya gejala delusi dan masih banyak lagi. Sedangkan disabilitas intelektual memiliki karakter proses belajar yang lebih lambat, kemampuan memori jangka pendek bisa terbatas, butuh waktu lebih lama untuk menyerap dan menerapkan informasi.
“Saya memiliki pengalaman dalam menangani anak yang memiliki kondisi disabilitas mental Bipolar, karakter anak tersebut saat manic dia bisa sangat produktif dan mau melakukan banyak hal. Sedangkan saat depression anak ini cenderung tidak mau beraktivitas sama sekali. Kami sebagai terapis tentu harus mendorong anak ini dan membedakan suasana hatinya dan proses ini selama lima bulan”, ucap Sarah.

Pembawaan materi seminar oleh Reza (Dok. UMN)
Dalam kesempatan ini Reza juga membagikan pengalamannya dalam membimbing anak-anak berkebutuhan khusus selama pembelajaran, Reza sendiri selama membimbing juga sering berkoordinasi dengan orang tua murid.
“Dalam membimbing anak-anak tentu diperlukan strategi yang tepat, setiap anak-anak memiliki rencana pembelajaran yang berbeda-beda. Berdasarkan pengalaman saya kita harus tahu stimulus natural anak itu apa misal anak suka musik, kartun, hal ini cukup membantu proses pembelajaran. Bisa membantu suasana hati anak itu”, ucap Reza.
Dalam membimbing anak-anak berkebutuhan khusus tentunya Reza juga berkoordinasi dengan orang tua. Menurut Reza ada orang tua yang ingin mengetahui hasilnya saja tapi ada juga orang tua yang ingin mengetahui prosesnya agar bisa diimplementasikan di rumah.
By Rachel Tiffany Tanukusuma | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.