SELAMAT! CANDY MONSTER dari UMN Pictures Kembali Meraih Penghargaan
Maret 17, 2022Citizen Journalism Program, Sharing Session Serunya Menulis Bersama Redaksi Harper’s Bazaar dan Cosmopolitan
Maret 17, 2022TANGERANG – Kenapa penelitian sosial di Indonesia jarang tembus ke jurnal internasional? Topik ini coba dijawab melalui webinar yang digelar oleh Program Pascasarjana Magister Ilmu Komunikasi UMN yang bertajuk “Current Trends in Communication Research” pada Kamis (10/3).
Dosen Magister Ilmu Komunikasi UMN, Dr. Camelia P. mengungkapkan adanya celah di dalam standar penulisannya. Menurutnya, penelitian di Indonesia menggunakan teori dan metode yang kurang variatif dan tidak ada nilai kebaruan. Oleh karena itu, peneliti memerlukan kacamata baru untuk melihat suatu fenomena.
Argumen Camel ini sebenarnya juga beririsan dengan temuan Dr. Sunarto, M.Si selaku dosen Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro. Dalam webinar ini, Sunarto turut berkesempatan memaparkan tren penelitian komunikasi di Indonesia.
Sunarto menyebut isi media dan efek media sebagai topik yang sering ditemukan di jurnal komunikasi di Indonesia. Metode yang paling banyak digunakan pun berkisar pada survei, studi kasus, framing.
Baca juga Kuliah Tamu: Komunikasi Untuk Pembangunan Berkelanjutan
Sebenarnya tidak ada yang salah dari hal tersebut. Sayangnya, pengulangan terus terjadi dengan hanya mengubah objek penelitiannya saja. Teori-teori klasik juga acap kali digunakan untuk menjawab fenomena itu secara berulang. Camel pun menyebut kita bisa saja menggunakan teori dan metode yang bervariasi untuk menciptakan nilai kebaruan.
“Penelitian komunikasi ini bisa mengeksplorasi teori-teori baru. Ada banyak teori. Eksplor dari disiplin ilmu lain atau membangun teori kita sendiri,” ujar Camel.
Di sisi lain, Suanarto juga menemukan pendekatan kualitatif sering digunakan di dalam penelitian komunikasi di Indonesia. Padahal, Camel mengungkapkan bahwa kita bisa mulai pendekatan campuran untuk menciptakan terobosan baru.
Camel menyarankan pencampuran antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Melalui pencampuran ini, hasil penelitian yang didapatkan juga akan lebih lengkap.
Peneliti pun dapat rajin membaca berbagai jurnal untuk menemukan inspirasi teori dan metode baru. Tak kalah penting, Camel juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan bidang keilmuan lain sebagai kunci pengembangan teori dan metode baru.
Sebagai informasi, Magister Ilmu Komunikasi UMN rutin menggelar webinar serupa untuk memetakan peluang riset komunikasi di masa depan. Magister Ilmu Komunikasi UMN merupakan program pascasarjana yang memiliki dua peminatan, seperti Komunikasi Korporasi Digital (Digital Corporate Communication) dan Komunikasi Pemasaran Digital (Digital Marketing Communication). Sahabat UMN dapat mengunjungi Instagram @magister.umn atau situs UMN untuk informasi lebih lanjut!
*by Melinda Chang – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id