Survive Kuliah di Jakarta! 5 Tips Mengelola Keuangan buat Mahasiswa Jakarta
Agustus 6, 2024Inilah 7 Fasilitas Pendukung Kampus Swasta Terbaik yang Bisa Kamu Temukan di UMN
Agustus 7, 2024Tangerang – Selasa, (06/08) Universitas Multimedia Nusantara mengadakan Teacher Gathering dari berbagai sekolah. Teacher Gathering ini merupakan acara tahunan yang dilaksanakan di UMN. Tahun ini Teacher Gathering mengangkat tema tentang Artificial Intelligence dan Kesehatan Mental.
Dihadiri oleh guru perwakilan dari sekolah-sekolah Jabodetabek, Teacher Gathering ini selain untuk menjaga relasi antar UMN dan sekolah-sekolah Teacher Gathering ini ditujukan untuk memberi kesempatan para guru untuk berelasi dan berkumpul dengan guru-guru lainnya dan mendapatkan lebih banyak pengetahuan yang dapat diimplementasikan di sekolah nantinya.
“Saya sangat gembira atas kehadiran Bapak/Ibu, saya harap dengan teacher gathering ini bisa untuk menjaga hubungan antar UMN dan sekolah-sekolah yang sudah bekerjasama dengan UMN, kegiatan ini dibuat juga sekaligus bisa bersilaturahmi karena kita jarang-jarang berkumpul seperti ini”, ucap Arief Setyadi H, S.T., M.M., selaku General Marketing and Business Development.
Kegiatan Teacher Gathering ini bertujuan untuk memberi update ke sekolah yang sudah bekerjasama dengan UMN, mulai dari ilmu-ilmu baru ataupun pencapaian yang telah diraih UMN. Arief juga menyampaikan Teacher Gathering ini bukan yg terakhir akan ada kegiatan lain nantinya untuk memperkuat hubungan antar UMN dan sekolah-sekolah yang sudah bekerja sama dengan UMN.
Teacher Gathering ini mengundang dua keynote speaker Dr. Friska Natalia, S.Kom., M.T., selaku Wakil Rektor Bidang Akademik UMN dan dr. Elvine Gunawan, Sp. KJ. selaku Psychiatrist & Founder of Mental Hub Indonesia.
Dalam Teacher Gathering ini Dr. Friska Natalia, S.Kom., M.T. membawakan tema tentang “Peran AI dalam Dunia Pendidikan”. Artificial Intelligence (AI) saat ini menjadi topik hangat yang banyak diperbincangkan oleh orang-orang karena perkembangan yang cepat.
“Kami dan dosen-dosen sudah beberapa kali berdiskusi tentang AI, menurut kami AI ini cukup penting di pendidikan. Karena nantinya saat mahasiswa lulus AI ini akan menjadi tantangan bagi mereka, sehingga saat ini kami mewajibkan adanya pembelajaran mengenai AI pada mata kuliah”, ucap Friska.
Friska juga menyampaikan perkembangan AI bukan untuk ditakutkan tapi kita bisa menggunakan bantuan AI untuk perkembangan pendidikan dan terus update dengan perkembangan yang ada, karena kita tidak bisa terus-menerus mengikuti yang telah usang. Friska menambahkan pengajaran mengenai etika penggunaan AI juga perlu diajarkan kepada pada para peserta didik.
“Sebelum kami memutuskan untuk memasukan AI dalam mata kuliah yang ada di UMN, kami melihat survey jika memiliki AI skill kesempatan keterima dalam industri sebesar 70%, survey inilah yang memperkuat kami bahwa AI skill sangat penting. Lewat sini kami harap bisa menjawab para peserta didik yang concern dengan AI”, lanjut Friska.
Pada kesempatan ini Friska juga berpesan untuk para guru agar tidak denial dan tutup mata dengan perkembangan teknologi, Friska berpendapat AI tidak mungkin menggantikan manusia karena AI tidak memiliki human sense.
Pemaparan materi kedua disampaikan oleh dr. Elvine, Ia membawakan tema tentang “Peran Guru Pendamping dalam Pengelolaan Kesehatan Mental Siswa di Era Sekarang”. Kesehatan mental saat ini juga menjadi perhatian banyak orang, karena banyaknya orang yang kurang mengetahui kesehatan mental secara dalam.
“Masalah kesehatan mental itu tidak hanya tentang Bipolar atau Skizofrenia tapi masih banyak lagi apalagi pada anak-anak remaja. Banyak anak remaja yang terlihat baik-baik saja, prestasi baik, di sekolah ceria tapi ternyata mereka memiliki masalah secara emosional. Ada survey mengatakan bahwa 17.9 juta remaja di Indonesia memiliki masalah mental seperti depresi, atau tidak bisa menangani stress”, ucap dr. Elvine.
Dalam pemaparan materi ini dr. Elvine juga menyampaikan bahwa anak-anak sering kali merasa malu untuk berbicara mengenai masalah dalam diri mereka sendiri, sehingga penting bimbingan dari guru agar siswa bisa terbuka dan berani untuk bercerita. dr. Elvine juga menyampaikan banyak sekali faktor yang bisa mengganggu kesehatan mental salah satunya adalah paparan media sosial.
“Banyak sekali penyebab gangguan mental seperti kenakalan remaja, lingkungan, masalah keluarga dan bahkan media sosial, sehingga anak-anak ini memang perlu kita bina bagaimana mereka mendapatkan nutrisi secara sosial walaupun lingkungan dan keluarga mereka tidak baik-baik saja”, lanjut dr. Elvine.
Elvine juga menambahkan bahwa trauma bisa menjadi faktor gangguan mental anak-anak seperti kekerasan fisik, emotional abuse, pengabaian, tidak pernah memiliki rasa aman, dan kurangnya rasa percaya orang tua ke anak.
“Tips dari saya memberi shadow teacher untuk anak-anak yang membutuhkan, bisa dari orang tua atau sekolah. Sekolah juga bisa melakukan screening assessment kesehatan mental sebelum memasukan peserta didik, dan bisa juga melakukan komparasi ke anak lain bukan untuk mencari fakta tetapi mencari perbandingan”, tutup dr. Elvine.
By Rachel Tiffany Tanukusuma | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id