Sukses Gelar Acara Berskala Internasional, Ultigraph UMN 2021 Tutup Acaranya Melalui Awarding Night
November 2, 2021KAMI UMN dan Biztatic Gelar “Masterclass Public Speaking: Self Construction”, Ini Nilai Diri yang Diperlukan untuk Bangun Reputasi Positif
November 3, 2021TANGERANG – Studi Humaniora UMN dan Kemahasiswaan UMN bekerja sama mengadakan “Nation and Character Building Program: Gen Z Indonesia Keren” untuk membentuk karakter kebangsaan anak muda di Universitas Multimedia Nusantara. “Kaum Muda dan Ancaman Radikalisme Agama” menjadi salah satu isu yang diangkat di dalam program ini pada Senin (01/11/2021). Melalui program ini, anak muda di UMN diharapkan dapat menyikapi permasalahan radikalisme agama di Indonesia secara bijak.
Acara kali ini menghadirkan Henry Thomas Simarmata dari Kerja Riset dan Analisis Driyarkara untuk membahas topik ancaman radikalisme agama. Mulanya, Henry mengatakan bahwa radikalisme ini memiliki makna yang bersifat netral secara etimologis. Namun, sifat makna radikalisme ini berubah menjadi negatif karena pengalaman negatif yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat. Penyebabnya pun beragam. Henry mengatakan “pengalaman terpisah” dapat menjadi salah satu faktor pendorongnya.
“Kita mengalami pengalaman terpisah. Dalam kehidupan masyarakat, kita jadi kurang bergaul dengan yang berbeda. Dalam pendidikan kita dapat asupan yang kurang beragam. Jadi, hanya satu argumen saja,” ujar Henry.
Melanjuti hal itu, Henry menjelaskaan hal lainnya yang dapat menyebabkan kalangan anak muda mudah terpapar radikalisme agama. Berdasarkan riset dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Jakarta, Henry mengatakan penyebabnya dapat tergantung dari jumlah bacaan dan media yang diakses. Ia menyebut semakin besar media yang diakses, semakin berkurang sikap radikalismenya.
Baca juga Uluran Tangan Ke Mahasiswa UMN Terpapar COVID-19, Kemahasiswaan UMN Bagikan Parsel Buah
“Semakin sering kita bertemu yang berbeda, semakin berkurang sikap rasial kita. Sikap rasial ini juga muncul karena jarang bergaul ya,” papar Henry.
Oleh karena itu, Henry menyarankan para anak muda untuk membaca atau mengakses informasi dari berbagai sumber. Hal ini juga supaya kita tidak terjebak dalam “gelembung perspektifnya sendiri”, tetapi dapat mendorong terciptanya pemahaman banyak perspektif tentang suatu hal. Dengan demikian, hal tersebut diharapkan dapat menggerakkan sikap toleransi terhadap keberagaman. Menurutnya, hal ini juga sangat mudah untuk dilakukan karena akses terhadap informasi saat ini sudah sangat mudah. Meskipun demikian, kalangan anak muda juga tetap harus kritis dan bijak terhadap sumber informasi yang dikonsumsi.
By Melinda Chang | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id