Selamat Bertugas Ketua Program Studi Baru Sistem Informasi
November 28, 2017Agus Pramono: Nyawa Saya Hampir Melayang
November 30, 2017Banyak mahasiswa berpikir bahwa orang berkebutuhan khusus (tuna rungu) tidak akan pernah bisa bekerja atau bersaing di dunia industri dikarenakan keterbatasan mereka. Namun, masih ada beberapa orang yang peduli akan mereka dan tak jarang mereka mau membantu para tuna rungu ini untuk mencapai keinginan mereka untuk bekerja.
Itulah yang dilakukan oleh Dissa Syakina Ahdanisa, seorang social entrepreneur yang merasa prihatin dengan keadaan orang tuna rungu sepulang dari bekerja di Singapura. Di situ, dia melihat beberapa orang tuna rungu yang bekerja sebagai tukang parkir.
Selain karena rasa iba, Dissa juga suka dengan bahasa isyarat setelah dia berkunjung ke salah satu café yang ada di daerah Amerika Latin. Di situ, semua pegawai karyawannya menggunakan bahasa isyarat karena semua pekerjanya tuna rungu. Bahasa isyarat menurutnya sangat menarik sehingga dia ingin belajar.
“Jadi, fingertalk itu awalnya karena rasa iba saya kepada orang-orang tersebut,” ujar Dissa ketika menyampaikan paparannya dalam acara Revolution 2 dengan tema seminar PEKA (Pelayanan Kegiatan Amal) di Lecture Hall UMN, Senin 27 November 2017.
(Baca juga: Social Designee : Ajak Anak Desa Kenali Kreasi dan Seni)
Ada beberapa hal yang disampaikan oleh Dissa dalam kesempatan tersebut setelah pada awal acara lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Antusiasme terlihat dari peserta seminar karena ini merupakan hal yang baru bagi mereka. Dissa dengan teliti dan perlahan mengajarkan setiap kata dengan bahasa isyarat yang sudah dia pelajari sebelumnya.
Kemudian, dia juga menceritakan pengalamannya ketika dia mulai membuka usaha, bukan hanya kafe saja, tetapi juga tempat cuci mobil dan juga tempat workshop. Kini, 30 orang total sudah bekerja di Fingertalk di ketiga tempat tersebut.
Ditemui seusai acara seminar, Dissa mengaku percaya dengan orang-orang seperti itu. “Hanya, kita harus kasih waktu ke mereka dan kasih kesempatan mereka untuk mencoba,” ujar Dissa. “Contohnya, mereka bisa bikin kue. Tapi, kita harus kasih kesempatan ke mereka untuk bisa kasih barang buatan mereka ke acara itu.”
Dissa pun suka mengajak karyawannya dan mengadakan kebersamaan. “Kita memang suka mengajak mereka makan yang murah atau biasanya membawa nasi dan lauk kemudian makan di Fingertalk bersama,” kata Dissa. “Ini untuk membuat mereka tahu bahwa mereka tidak dimarginalkan. Mereka itu sama seperti orang yang tidak tuna rungu.”
Dissa pun mengajak mahasiswa untuk datang dan melihat sendiri siapa yang dia maksud. “Itu akan menjadi pengalaman tersendiri yang berbeda dari sebelumnya,” kata Dissa. “Jadi, harus ketemu langsung dengan mereka,” katanya.(*)
by Kerfin Liong – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id