SAM-UMN Pictures Ikut Ambil Bagian dalam Produksi Video Klip Rich Brian
Juli 30, 2020GDNTALKS: Bagi Tips dan Trik Mencari Pekerjaan di Masa Pandemi
Agustus 3, 2020TANGERANG – Diperlukan pemahaman cara berkomunikasi yang baik melalui bahasa hukum. Di sini juga diperlukan pemahaman agar terhindar dari kejahatan berkomunikasi yang berujung jerat hukum. Hal tersebut dibahas di Webinar FIKOM Universitas Multimedia Nusantara yang dihadiri 100 orang lebih bertajuk “Selisik Forensik Linguistik: Penanganan Konflik Komunikasi” pada Rabu, 29 Juli 2020.
Webinar ini dimoderatori oleh Randi Ramliyana, MPd. selaku Dosen Bahasa Indonesia for Communication Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Pembicara dalam webinar ini adalah Dr. Niknik M. Kuntarto selaku pemerhati bahasa sekaligus Dosen Creative Writing, Academic Writing dan Bahasa Indonesia Fakultas Komunikasi UMN.
Linguistik Forensik adalah bidang linguistik terapan yang melibatkan hubungan antara bahasa, hukum, dan kejahatan. Cabang lingustik ini menganalisis dan meneliti tentang kehidupan manusia yang terkait dengan hukum. “Dalam linguistik forensik ini bahasa menjadi produk, proses, dan alat bukti hukum,” ungkap Niknik yang dipercaya Bareskrim dan PoldaMetrojaya sebagai ahli bahasa dalam persidangan.
Linguistik forensik digunakan untuk meneliti kejahatan dari kacamata bahasa, baik secara lisan atau tertulis. Secara lisan, kejahatan bisa saja terjadi ketika seseorang berpidato, menyampaikan iklan, atau acara di televisi. Kasus kejahatan tulisan biasa terjadi dalam komunikasi antarmedia sosial yang biasanya tertulis melalui status.
Kegunaan linguistik forensik menjadi pemberi kejelasan dalam beberapa kasus kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Linguistik forensik juga berperan serta dalam memberikan keadilan secara tuntas dalam mengungkapkan kesalahpahaman berkomunikasi. “Linguistik forensik menganalisis hubungan antar bahasa yang berpotensi menimbulkan konflik bahasa karena pelanggaran terhadap hukum atau keharusan untuk mendapatkan penyelesaian hukum,” ungkap Niknik yang juga seorang penulis buku Saatirah (2010).
Konflik komunikasi seringkali terjadi saat fakta tidak sesuai dengan harapan dan terjadi perbedaan persepsi. Hal ini diperkuat dengan pemaparan Niknik M Kuntarto mengenai teori konflik, “Sering kali terjadi disebabkan oleh benturan kepentingan antarmanusia dalam memperjuangankan pemenuhan dasar kebutuhan baik fisik atau mental maupun sosial dalam kondisi yang tidak tepenuhi.” Begitu juga dalam konteks berkelompok, konflik terjadi karena ketidakpuasan kelompok terhadap kelompok lain atau pemerintah atas perlakuan tidak adil.
Hal terpenting dalam berkomunikasi adalah tiga komponen penting yaitu objek, simbol dan pemaknaan. “Objek berupa pesan yang disampaikan, melalui simbol atau sarana dan menghasilkan pemaknaan. Simbol dapat berarti kata, klausa, frasa, kalimat bahkan paragraf. Sedangkan, pemaknaan juga dapat dibagi menjadi leksikal, gramatikal dan pragmatik,” jelas Niknik.
Seringkali kasus penghinaan dikaitkan dengan pencermaran nama baik. Niknik juga memberikan studi kasus mengenai kata-kata yang bermakna konotatif/ganda dan menyelesaikan masalah dengan cara memahami arti kata dari sudut pandang leksikal dan pragmatis. “Kesimpulan yang dapat diambil, dalam sebuah kasus penghinaan belum tentu mencermarkan nama baik. Tetapi dalam pencemaran nama baik sudah pasti mengandung penghinaan.” tutur Dr. Niknik M Kuntarto. Selaku moderator, Randi Ramliyana juga menambahkan, “Dalam membaca sebuah kalimat tentu tidak bisa dianalisis dalam kata per-kata. Kita tetap harus melihat konteks penggunaan kata dalam kalimat”.
“Untuk menghindari konflik komunikasi ada baiknya, sebelum berkata dan bertindak kita harus menyadari informasi yang akan disampaikan (lokusi). Setelah itu memahami apa maksud dari pesan yang ingin disampaikan (ilokusi) dan menyadari pengaruh dari informasi yang sudah disampaikan (perlokusi).” jelas Niknik yang mengutip dari John Austin yang mengembankan ‘Teori Tindak Tutur’.
Webinar diakhiri dengan sesi tanya jawab. “Mulutmu Harimaumu. Kata-kata yang kita ucapkan dan kita tulis dalam media sosial memiliki dampak yang besar bagi kehidupan kita dan orang lain. Oleh sebab itu cermat dalam berbahasa, teliti dalam berpikir dan bijaksana dalam berkomunikasi,” ungkap Randi mengakhiri sesi diskusi. (AN/SN)
By Adonia Naya – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id