3 Rekomendasi Jurusan Teknik di UMN Versi DQLab yang Berpeluang Berkarir di Bidang Data, Apa Saja Ya?
Februari 3, 2021Webinar “Social Media Marketing in News Industry” bersama Kumparan
Februari 5, 2021Komunitas Penulis – Penerbit Buku Kompas (KP – PBK) mengadakan acara bertajuk “Ngobrol Proses Kreatif Penulis PBK” pada Kamis, 4 Februari 2021. Rutin diadakan, acara ini merupakan acara ke sembilan dan dilaksanakan secara virtual melalui zoom. Rektor UMN, Ninok Leksono hadir menjadi pembicara dalam acara ini sebagai wartawan senior Harian Kompas.
Acara ini dibuka dengan sambutan dari P. Tri Agung Kristanto selaku Wakil Pemred Kompas. Dipandu oleh A. Bobby PR. (penulis buku biografi) dan Amanda Setiorini (penulis buku traveling), sesi ‘ngobrol’ ini diadakan untuk memperkenalkan hasil karya dari penulis dan editor di PBK. Bukan hanya untuk mempromosikan dan mengenalkan buku yang sudah diterbitkan, acara ini juga menjadi bentuk apresiasi bagi penulis yang sudah mengirim dan mempercayakan naskahnya kepada PBK.
“Ini adalah ngobrol yang ke sembilan, yang merupakan karya dari teman-teman Komunitas Penulis dan Editor di Penerbit Buku Kompas dengan berbagai macam cara untuk menampilkan. Banyak penulis-penulis yang berkontribusi untuk Kompas yang khususnya di Penerbit Buku Kompas. Terima kasih untuk kepercayaan selama ini ada,” ungkap wakil pemred Kompas yang kerap disapa Mas Agung ini.
Baca juga Legasi Nilai Leluhur dari Pendiri Kompas
Ninok Leksono hadir untuk membagikan kisah pengalamannya selama aktif menulis sejak SMA hingga tahun 2020. Tulisan pertamanya merupakan karya tulis liputan Gerhana Matahari Total di Palu, Sulawesi Tengah pada 1977 yang diterbitkan Koran Pikiran Rakyat. Sebanyak tujuh buku juga sudah ia tulis, salah satu buku terbarunya berjudul “Chatarina: Menyanyi Indah untuk Negeri” terbit pada 2020.
Lulusan S1 Astronomi, FMIPA ITB ini mengaku kerap ditolak ketika mengirimkan naskah. “Tidak apa-apa jika ditolak, itu tidak akan mengurangi rasa kepercayaan diri kita, justru redaktur ingin memperlihatkan apa yang masih kurang dan apa yang masih menjadi kelemahan kita. Ketika kita sudah belajar dari kejadian itu, kita harus bersikap jiwa besar bahwa kita itu dikasih tau dan resepnya itu harus terus mencoba, terus mencoba dan mencoba lagi. Jadi Kalau ditolak sekali, lalu kita kirimkan dua kali, kalau ditolak dua kali, nah kita kirimkan lagi menjadi empat kali. Nah maka dari itu kita juga harus terus belajar dan terimalah masukan itu dengan lapang dada, pikiran terbuka, dan optimis selalu,” ungkap Ninok menceritakan pengalamannya sebagai motivasi.
Ninok juga menceritakan pengalaman pahitnya bekerja dengan tim selama menjadi seorang wartawan. Ia berpikir bahwa setiap wartawan memang harus didera oleh deadline. “Jadi bukan karena orang itu kurang pintar/kurang pengetahuan, mungkin saja orang itu kurang mendalami masalahnya dan mungkin saja orang itu belum biasa untuk menghadapi stress dari pekerjaan yang penuh deadline,” tutup Ninok.
by Farah Meilinda Putri – Layanan Berita Universitas Multimedia Nusantara
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id