Untuk menambah wawasan mahasiswa-mahasiswi baik mengenai personal branding maupun peran dalam politik, CommFest 2014 menghadirkan Indy Barends sebagai pembicara di seminar “Personal Branding dalam Dunia Kerja”, Rabu (21/5) serta Anies Baswedan dalam seminar “Pendidikan Politik terhadap Sikap Nasionalisme Pemuda”, Kamis (22/5).
Ada beberapa hal yang ditekankan oleh Indy Barends dalam sesinya yakni first impression serta brand image yang sangat berperan dalampersonal branding. Selain itu, kompetensi dan keunikkan pribadi juga tidak kalah penting. “Kita harus menyesuaikan penampilan kita dengan lingkungan yang akan kita masukki, begitu pula dengan pembawaan kita. Pastikan first impression betul-betul bisa memberikan hasil yang baik. Pelajari karakter diri sendiri dan juga peka terhadap sisi positif dan negatif orang lain,” ujarnya.
Sedangkan untuk brand image, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Jika kita hanya menonjolkan kelebihan kita saja, itu akan menimbulkan kesan yang tidak baik. Jadi, utamakanlah kekurangan kita karena dengan kekurangan itu kita dapat membuka diri untuk berbagaiinput. “Brand image is my value, how I want to be known. Fisik tidak menjadi patokan seseorang mampu atau berhasil dalam pekerjaan, tapi karakter mereka dan kemampuan untuk menempatkan diri,” jelas Indy.
Sesi di hari selanjutnya sekaligus seminar terakhir di CommFest 2014 pada Kamis (22/5), Anies Baswedan menceritakan keadaan pendidikan di Indonesia di mana angka anak-anak yang masuk ke SD (5,6 jt) berbeda jauh dengan anak-anak yang berhasil melanjutkan ke perguruan tinggi (1,1 jt). Mereka yang ada di perguruan tinggi sepatutnya menjadikan kesempatan itu sebagai waktu untuk mengembangkan diri dan turut mengambil peran sebagai warga negara Indonesia. Peran itu lebihd ari sekedar menerapkan technical knowledge yang didapatkan di ruang kelas, tapi sebagai penggerak masyarakat.
Melihat jauh ke depan, ke arah 20 tahun mendatang, integritas merupakan salah satu syarat yang diperlukan. Mau bekerja di sektor manapun, integritas yang utama. GPA boleh tinggi, tapi karakter dan kemampuan tetap penting. Maka, selama di kuliah, tidak hanya belajar di kelas saja tapi aktif dalam beragam organisasi.
“Masalah di Indonesia terjadi bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena orang baik yang memilih diam dan mendiamkan. Mari belajar untuk ikut campur dan turun tangan,” kata beliau. Pak Anies memberikan contoh; orang jangan hanya menjadi pembayar pajak yang baik tapi juga sebagai pengelola uang pajak yang baik.
Anak muda didorong untuk tidak apatis terhadap persoalan politik. Dengan mau terlibat, akan muncul kesadaran sebagai warga negara dan nasionalisme pun akan tumbuh besar dan kokoh. (*)