Tim Peneliti Muda FIKOM UMN dan LATIN Adakan Immersive Learning tentang Sosial Forestri
Desember 17, 2024Komunikasi Strategis Jadi Jembatan Keberhasilan Bisnis Jangka Panjang
Desember 17, 2024TANGERANG – Sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Bojonegoro, selama bertahun-tahun menghadapi tantangan besar dalam mengatasi kemiskinan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada berbagai usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi angka kemiskinan dan memajukan ekonomi daerah.
Kepemimpinan oleh Bupati Bojonegoro periode 2008-2018 Suyoto pun mampu membawa perubahan di daerah itu. Tak hanya membawa Bojonegoro keluar dari daftar 10 daerah termiskin di Jawa Timur, ia juga berhasil menorehkan prestasi di kancah internasional.
Diskusi yang dipandu oleh moderator sekaligus dosen Prodi Jurnalistik UMN, Dr. Ignatius Haryanto, S. Sos., M. Hum. mengupas tuntas keberhasilan di balik kepemimpinan Suryoto. Diskusi ini sekaligus bertepatan dengan peluncuran buku “Leadership 4.0: Perjuangan Bojonegoro keluar dari Kemiskinan” karya Dr. Amanda Setiorini, S. Psi., M. M, CIQAR di Kompas Institute, Jakarta, Jumat (6/12/2024) sore.
Suryoto blak-blakan bahwa salah satu kunci kepemimpinan yang berhasil adalah dengan memiliki kemauan untuk menolong. “Ketika ada kemauan menolong, tiba-tiba ada banyak sekali jalan yang terbentang hebat. I just turning people problem to government problem,” kata Suryoto.
Untuk itu, kemampuan mendengarkan menjadi aspek yang tak kalah penting. Namun, Suryoto menilai kapasitas mendengarkan dan berdialog ini masih menjadi salah satu permasalahan kepemimpinan di Indonesia. Hal ini terbukti dengan kendala birokrasi di Indonesia yang sering kali tidak terkoneksi antara aspirasi menjadi kebijakan ataupun implementasi.
Rektor UMN Dr. Ninok Leksono pun mengatakan pemimpin yang bisa membawa perubahan adalah pemimpin yang memiliki kapasitas besar. Hal ini berarti pemimpin itu perlu satu langkah lebih maju. Tak hanya kompeten di bidangnya, Ninok mengatakan pemimpin harus memiliki empati yang tinggi.
Di sisi lain, Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta Prof. Dr. Dedi Purwana, M. Bus. turut menambahkan bahwa pemimpin yang bisa membawa perubahan adalah pemimpin yang ingin belajar. Menurutnya, pemimpin yang ingin banyak belajar itulah yang biasanya akan sukses membawa perubahan lebih baik. Terlebih lagi, Dedi mengatakan seorang pemimpin itu bisa lahir salah satunya dengan cara dilatih.
Dedi turut mengapresiasi Suryoto yang ingin menuangkan pengalaman kepemimpinannya dalam bentuk buku. Dengan demikian, hal ini diharapkan bisa menginspirasi calon pemimpin lainnya. “Ini kegalauan saya, ada pejabat-pejabat publik yang berhasil di wilayah, tapi dia enggan untuk menularkan keberhasilannya dalam bentuk dibuku. Sangat jarang,” kata Dedi.
Mengamini hal itu, Amanda, sang penulis buku pun membeberkan bagaimana Suryoto punya banyak cerita. Hal ini menjadi salah satu kesuksesan yang memudahkannya untuk menerbitkan buku “Leadership 4.0: Perjuangan Bojonegoro Keluar dari Kemiskinan”.
Melalui buku ini, Amanda menggunakan pendekatan kualitatif yang mengulik isu utama soal cara memunculkan sosok perubahan di jajaran birokrasi yang terkenal rumit. Menurutnya, kepemimpinan 4.0 adalah tentang menunjukkan pemimpin yang berbeda.
“Jadi, pemimpin yang menurut saya akan menjadikan suatu perubahan atau perbaikan itu dia harus tahu betul daerahnya punya apa dan tidak punya apa. 4.0 itu lebih kepada levelnya itu segitu,” jelas Amanda.
By Melinda Chang | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id