Komunikasi Strategis Jadi Jembatan Keberhasilan Bisnis Jangka Panjang
Desember 17, 2024Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Digital Berpartisipasi di Forum Cek Fakta Tingkat Asia
Desember 19, 2024Tangerang (12/12/2024) – Pekan Nusantara UMN (Pekantara) berlanjut untuk hari keempat. Seminar keempat yang dilakukan oleh Pekantara membahas tentang Artificial Intelligence bersama Dr. Ir. Lukas MAI., CISA., IPM selaku Indonesia Artificial Intelligence Society, dengan mengangkat tema “The Impact of AI on Critical Thinking & Education Integrity”.
Artificial Intelligence (AI) merupakan teknologi kepintaran yang setara dengan manusia, AI sudah digunakan oleh manusia sehari-hari hal ini karena manusia akan terus berkembang berdampingan dengan teknologi. Teknologi AI telah membantu masyarakat dari banyak hal mulai dari pendidikan, pekerjaan dan industri. Tentu dengan berkembanganya teknologi sebagai manusia kita perlu memahami dan juga mengetahui etika penggunaan AI terutama dalam pendidikan.
“AI akan membawa perubahan besar dan disrupsi besar terutama memang banyak pekerjaan yang telah tergantikan oleh AI. Bisa saja empat tahun kemudian pekerjaan kalian tergantikan oleh AI, lalu apa yang perlu disiapkan? Maka dari itu AI harus benar-benar di eksploitasi, diulik, bahkan di eksploitasi agar kita tahu batasan AI sampai mana. Harapannya setelah kalian lulus akan lebih dari teknologi atau ‘beyond the machine’ kalau tidak sudah pasti perusahaan memilih penggunaan AI”, ucap Dr. Andrey Andoko M.Sc., selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi dan Keuangan dalam pembukaan seminar.
Andrey mengatakan kita tidak perlu mengkhawatirkan AI, karena tidak semua bisa digantikan oleh AI. Bagi Andrey bukan AI yang menggantikan manusia, namun orang tanpa kemampuan AI akan tergantikan maka Andrey berharap mahasiswa UMN mau mempelajari AI secara mendalam.
“Maka dari itu UMN selama dua tahun terakhir memperbolehkan mahasiswa untuk menggunakan AI selama pembelajaran. Tapi tentunya dengan etika dan nilai-nilai yang tepat, AI digunakan sebagai alat bantu bukan langsung ditiru. Dengan adanya AI kita harus berfikir kritis untuk tahu problem solving yang makin kompleks”, lanjut Andrey.
Sebagai penutup Andrey berharap mahasiswa UMN bisa mengembangkan pemikiran kreatif dan inovatif dari hal-hal baru yang ada. Membawa perubahan baik dan tetap menjaga relasi dengan manusia bukan beralih pada teknologi. Andrey juga menambahkan mahasiswa nantinya siap untuk terjun ke dunia kerja dengan skill AI dan teknologi yang baik.
Seminar ini dilanjutkan pemaparan materi oleh Lukas yang membahas seputar Artificial Intelligence. Lukas merupakan pakar AI sekaligus dosen, dan Lukas adalah ketua di Indonesia AI Society, dirinya sudah memiliki ketertarikan di bidang teknologi sejak awal kuliah dan selalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada.
“AI itu seru dan sekarang sudah bersama kita, hal yang ajaibnya AI berdampak besar ke kita negatif dan positifnya. AI dulu cuma untuk expert system, tapi sekarang sudah ada general intelligence, dan nantinya bisa masuk ke super AI. AI akan lebih pintar dari manusia, data semakin banyak”, ucap Lukas.
Menurut Lukas masih banyak orang yang menganggap AI adalah robot, dan Lukas menyangkal hal ini karena AI tidak sama dengan robot. Secara sederhana Lukas menjelaskan bahwa AI memiliki kemampuan untuk belajar dan teknologi AI akan terus belajar untuk memahami kita. Robot adalah teknologi automasi yang masuk untuk menggantikan competitive task atau hal-hal rutin.
“Teknologi AI itu belajar dari polanya dan melakukan generate jadi ada text prediction, sehingga AI mendapat data-data dari apa yang biasa kita cari. Resiko terbesar dari penggunaan AI adalah data potioning, AI itu menerima semua apa yang kita berikan tidak tahu itu baik atau buruk. Cyber attack adalah risiko terbesar saat ini dan bisa menjadi resiko kedepannya”, lanjut Lukas.
Lukas berpesan pada mahasiswa untuk lebih kritis dan menggunakan critical thinking, kemajuan teknologi menyadarkan kita untuk tidak boleh mempercayai hal mentah-mentah tapi harus mencari tahu hal tersebut secara mendalam.
“AI bagi saya adalah pedang bermata dua, satu sisi bisa kita gunakan untuk memotong tapi sisi lainnya bsia memotong kita. Walaupun AI memiliki banyak manfaat tapi membuat kita jadi ketergantungan. Hal ini karena AI sekarang generative engine bisa melakukan banyak hal dan memberikan banyak informasi”, lanjut Lukas.
Menurut Lukas kita tidak akan bisa menghindari dari perkembangan AI, tapi dalam penggunaan AI kita harus tahu batasan-batasannya dan etika. Hal ini tidak boleh dianggap remeh, karena etika kejujuran adalah hal yang penting. Lukas menambahkan mencari orang pintar adalah hal yang mudah tapi untuk mencari orang yang bisa dipercaya sangatlah susah.
By Rachel Tiffany Tanukusuma | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id