Lebih Dekat dengan Dunia Perkuliahan UMN
September 5, 2016Bendera Indonesia Berkibar di Global Village AIESEC
September 7, 2016Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang telah dimulai sejak akhir tahun 2015 menjadi tantangan tersendiri bagi generasi milenial untuk terus dapat mengembangkan diri agar mampu bersaing dengan SDM dari negara lainnya. Inilah yang menjadi sorotan utama dari pelaksanaan CIMB Niaga Academy Goes to Campus di UMN yang dimulai sejak Senin (5/9). Serangkaian acara yang dilakukan turut memberikan bekal bagi mahasiswa-mahasiswi UMN agar mau berbenah serta mengembangkan potensi diri.
Bekerja sama dengan Fakultas Bisnis dan Himpunan Mahasiswa Akuntansi UMN (HIMTARA), CIMB Niaga menyelenggarakan Career Days dengan beragam aktivitas seperti Talkshow, Career Class, Campus Hiring serta Festival Bazaar di lobi UMN.
CIMB Niaga mengawali pekan karir tersebut dengan sebuah talkshow yang mengundang seorang entrepreneur yang sudah sukses di usia muda, Yasa Singgih, serta Muhammad Shodiq selaku Vice President of the Sharia dan MSME Academy CIMB Niaga Indonesia untuk sharing mengenai tantangan dan opportunity baik sebagai wirausaha maupun profesional dalam mengarungi MEA.
Never too young to become a billionaire, Yasa Singgih memulai bisnisnya di usia 15 tahun dengan tekad bahwa ia akan menjadi independent dan tidak meminta uang jajan lagi kepada orang tuanya. Bisnis pertama Yasa ialah menjual kaos hasil desain sendiri, kemudian beralih dengan menjualkan kembali barang-barang yang dibelinya di Tanah Abang. Dari hasil dagangannya, ia mampu meraup omzet hingga 40 juta rupiah di usia 17 tahun. Setelah itu, ia sempat melebarkan bisnisnya ke ranah kuliner dengan membuka cafe tetapi hanya bertahan selama 10 bulan dan Yasa harus menderita kerugian sebesar 150 juta di usia 19 tahun.
“Perusahaan boleh rugi materi, tapi tidak boleh rugi pengalaman,” ungkapnya. Pengalaman pahit tidak dijadikannya sebagai batu sandungan tetapi menjadi pendorong untuk lebih baik lagi. Di tahun 2014, Yasa mendapatkan ide untuk membuat bisnis sepatu yang diproduksi sendiri. Setelah mendapatkan supplier di daerah Bandung, ia memproduksi 4 lusin sepatu pertamanya di bawah merk Men’s Republic. Kerja kerasnya pun terbayarkan. Hingga saat ini, Men’s Republic telah memproduksi 1.500 pasang sepatu/bulan dan dikirim ke 8 negara.
Pencapaiannya itu menjadikan Yasa sebagai seorang entrepreneur muda yang sukses. Ia mendapatkan penghargaan dari MarkPlus, menjadi juara pertama di ajang Wirausaha Mandiri serta masuk ke majalah Forbes Asia sebagai entrepreneur muda di bawah 30 tahun pada kategori retail and e-commerce pada usia 20 tahun.
“Yang terpenting itu attitude, motivasi dan strategi. Kalau kita tidak mempersiapkan diri maka kita akan kalah. Tapi kalau persiapan maka kita akan menang,” jelas mahasiswa Bina Nusantara ini. Meski demikian, Yasa tidak menyarankan semua orang untuk menjadi entrepreneur agar bisa sukses. “Menjadi tua itu pasti, dewasa itu pilihan, entrepreneur itu keputusan. Profesional atau entrepreneur hanyalah sebuah kendaraan untu sampai ke tujuan. Follow your passion and find the opportunity,” kata Yasa.
Sedangkan dari sisi profesional, Muhammad Shodiq mengungkapkan adanya tantangan-tantangan yang dihadapi generasi muda dalam menghadapi AEC, salah satunya ialah yang berhubungan dengan SDM. Menurutnya, tantangan terbesar bagi pemerintah Indonesia ialah kualitas dari pendidikan dasar. Angka statistik menunjukkan jumlah pengangguran terbanyak adalah dalam rentang usia 15-24 tahun. Para lulusan SMP hingga universitas memiliki kesulitan dalam mencari pekerjaan.
“Ada tiga tantangan dalam pengembangan SDM di era AEC ini seperti pengembangan pemimpin, karyawan dan pelajar untuk mencapai standard dari ekonomi global di tingkat nasional maupun regional, bagaimana mereka dapat secara efektif bekerja di lingkup ASEAN serta membuat mereka menjadi pemimpin-pemimpin di lingkup ASEAN,” jelas Shodiq.
Beberapa perusahaan seperti CIMB Niaga telah memiliki inisiatif untuk melakukan transformasi terhadap strategi dan model bisnis mereka untuk mengatasi hal tersebut, seperti meningkatkan mobilitas karyawan dan pelajar ke seluruh kawasan ASEAN serta mengeset target untuk hal itu, meningkatkan jumlah ahli, profesional dan manajer dengan mendapatkan gelar master di bidang bisnis dan teknologi, menciptakan kesempatan magang di negara lain, menciptakan global business leader dan fasih berbahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya.
CIMB Niaga memiliki program – program untuk melatih SDM muda sebagai asset, yakni bukan hanya sebagai karyawan tetapi juga menjadi leader. Program2 tersebut antara lain : Global Employee Mobility, CIMB ASEAN Scholarship, Regional Line Trainer Convention serta CIMB Fusion. Keempat program ini turut diperkenalkan dalam sesi tersebut. (*)
by Debora Thea – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika | Sistem Informasi | Sistem Komputer |Akuntansi|Manajemen|Ilmu Komunikasi | Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia