Generasi Muda yang Unggul dan Bersatu dalam Kebhinekaan
Agustus 24, 2017Selamat Bertugas Pejabat Baru Fakultas Bisnis & Fakultas Seni dan Desain UMN
Agustus 31, 2017Berawal dari keinginan 3 mahasiswa Film dan Televisi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Antonius Willson (Produser), Dominikus Winner (Sutradara), dan Cornelius Kurnia (Sound Mixing), untuk membuat tugas film dokumenter yang berbeda. Film Ojek Lusi pun lahir dengan target bisa masuk ke festival-festival film di Indonesia ataupun internasional. Hasilnya, film besutan tim Hore Besok Libur ini berhasil keluar sebagai juara 2 di Ruedi Hofmann Media Awards Festival Film Puskat 2017 kategori Film Dokumenter.
Film Ojek Lusi menyentuh sisi yang berbeda dari kisah luapan lumpur di Sidoarjo. Tak ingin mengangkat topik serupa seperti yang pernah diangkat oleh pihak-pihak sebelumnya, Tim Hore Besok Libur menunjukkan ironi kehidupan yang dijalani para korban lumpur ini. Mereka ingin menceritakan kepada dunia luar bagaimana orang-orang yang kehilangan pekerjaan dan rumahnya karena luapan lumpur mampu beradaptasi dengan bencana yang masih mereka hadapi hingga sekarang sejak 11 tahun lalu.
“Film Ojek Lusi bercerita tentang 3 orang tukang ojek bernama Gio, Dowo, dan Mino yang merupakan warga korban luapan lumpur di Sidoarjo. Mereka adalah orang-orang yang mampu beradaptasi dengan ekosistem yang baru dengan ‘menjual’ apa yang dulunya adalah rumah mereka menjadi wisata bencana. Dari sini terlihat ironi yang terjadi di lumpur Sidoarjo. Para korban lumpur Sidoarjo ini harus hidup dengan menjajakan musibah yang menimpa mereka,” jelas Willson.
(Baca juga: Mahasiswa DKV UMN Raih Prestasi di Bharatika Creative Design Festival)
Ojek Lusi pun mendapat pujian dari tim juri Festival Film Puskat 2017. Menurut mereka, film dokumenter ini dengan baik menunjukkan keberagaman manusia dalam merespon bencana serta bagaimana bersiasat dengan kehidupan. “Kendatipun subyek dalam film ini tampak berikhtiar melupakan kepedihan bencana yang dialaminya, film ini justru mengajak penonton untuk melawan lupa terhadap bencana ekologis yang telah mengubah nasib banyak orang,” kata tim juri dalam official statement mereka.
Membuat film ini bukan tanpa tantangan. Willson mengakui improvisasi subyek menjadi kendala paling utama dalam pembuatan Ojek Lusi. “Sebagai pembuat film dokumenter, kami meletakkan diri sebagai orang paling tidak tahu sedunia. Dengan demikian, kami bisa lebih menghargai informasi yang diberikan oleh subyek. Namun, terkadang kami jadi tidak tahu kemana subyek akan membawa ceritanya. Apa yang sudah menjadi hipotesa kita pada masa pra-produksi bisa tiba-tiba hancur dengan realita yang ada di lapangan,” ungkapnya.
Yang pasti, Tim Hore Besok Libur tak hanya ingin menghentikan prestasinya di sini saja. Justru kemenangan ini membuat mereka ingin membuat film yang lebih baik dan memenangkan lebih banyak festival film bergengsi lainnya.
Ditunggu karya-karya terbaik lainnya, ya Tim Hore Besok Libur!(*)
by: Grace Natali/Nike Putri Yunandika – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id