Emak : Sebuah Penantian yang Pilu di Hari Raya
Oktober 20, 2016Ohayou from Japan
Oktober 21, 2016“Learn as much as you can while you are young, since life becomes too busy later” -Dana Stewart Scott
Belajar tidak hanya berbekal apa yang kamu telah punyai tetapi terus mempelajari semua hal dan menggunakan kesempatan muda. Belajar juga dapat dilakukan dimana pun kau berada. Kami mengikuti salah satu program pertukaran pelajar yang telah disusun oleh Jenesys 2016 untuk pergi mempelajari banyak hal mengenai ekonomi dan budaya si Negeri Sakura “Jepang” khususnya manufaktur. Duta yang dikirim dari Indonesia berjumlah 22 orang yang terdiri dari berbagai macam latar belakang pendidikan dan pekerjaan, dari tanggal 25 September hingga 4 Oktober 2016.
Perjalanan kami dilakukan selama 10 hari dan setiap hari kami memiliki banyak kegiatan yang berbeda dan tentunya merupakan hal baru bagi kami. Perjalanan awal kami dimulai dengan pergi ke Naritasan Shinshoji Temple. Naritasan Shinshoji Temple adalah salah satu situs kebudayaan Jepang yang menceritakan mengenai aliran buddhis yang masuk ke Jepang dan sebagai tempat ibadah masyarakat buddhis di Jepang. Kami sangat terkesan dengan keindahan yang tampak ketika kami melangkahkan kaki kami ke dalam kawasan situs bersejarah Jepang tersebut. Di sana kami mempelajari bagaimana awal masuknya agama buddha dan Jepang serta mengikuti ritual penyucian sebelum memasuki kuil.
Kami juga megunjungi Edo Tokyo Museum sebagai salah satu situs yang menceritakan mengenai sejarah ketika berada di zaman Edo dan bagaimana perkembangan zaman secara perlahan mengubah kebudayaan Jepang sedikit demi sedikit. Kami mempelajari mengenai infrastuktur Jepang di zaman edo, keseniannya, dan perubahan signifikan yang ada di Jepang. Tidak hanya sekedar belajar budaya, kami juga menerima pengetahuan baru di dunia manufaktur yang sangat membuat mata kami terbuka mengenai teknologi yang sangat canggih dan bagaimana pekerja Jepang menerapkan semangat pekerja keras. Yups, itulah mungkin yang membedakan dari Indonesia. Pikiran yang terbuka, disiplin, dan semangat untuk selalu berkembang itulah yang akan kami bawa ke Indonesia.
Pengetahuan terhadap perkembangan teknologi, kami peroleh ketika kami mengunjungi Yamaha, Suzuki plaza, dan Unicraft yang terletak di Shizuoka, Japan. Shizuoka adalah salah satu prefecture (kota kecil) yang terkenal dengan pekebunan teh hijaunya. Kami berpindah dari Tokyo ke Shizuoka menggunakan kereta cepat Shinkansen. Ini adalah pengalaman pertama kami menaiki kereta tercepat di Jepang tersebut, dan kami sungguh terkesan dengan kecepatan kereta serta kebersihan yang tetap dijaga dengan baik di dalam kereta. Seluruh duta yang mempelajari topik ekonomi yaitu Myanmar dan Indonesia, juga diundang secara khusus oleh Pemerintah daerah Shizuoka untuk bertemu dan salam sapa dengannya. Ini adalah pengalaman yang menarik dimana kami semua hadir sebagai duta dari Indonesia.
Seperti yang telah diketahui, bahwa Yamaha dan Suzuki sangat terkenal dengan motor dan mobil yang seringkali dipasarkan di Indonesia. Berbekal dengan semangat dan rasa ingin tahu, kami mempelajari bagaimana awal mulanya teknologi tersebut muncul, dan kian berkembang menjadi semakin besar dan akhirnya menjadi keuntungan kompetitif perusahaan. Pada saat kami mengeliligi perusahana Unicraft, kami menyaksikan kecanggihan sistem manufaktur yang menggunakan robot serta sistem produksi dalam 1 line yang sangat berguna untuk menciptakan efesiensi dan efektivitas produksi perusahaan. Efisiensi terlihat dari rendahnya jumlah tenaga kerja dan efektivitas tampak dari kualitas produk yang dihasilkan.
Setiap anggota duta Indonesia di Jepang, juga mengikuti program home stay dimana program ini bertujuan untuk semakin mengenalkan kita terhadap kebudayaan, cara hidup, dan pengetahuan mengenai Jepang secara langsung dari masyarakat Jepang sendiri. Menariknya adalah kami memiliki orang tua dan saudara angkat, yang kami panggil “Okasan” untuk ibu dan “Ottosan” untuk ayah. Disinilah pertukaran budaya terjadi dan setiap hal yang baik dapat kami bagikan dengan bertukar pikiran. Program ini berjalan selama 3 hari 2 malam.
Kesulitannya adalah ketika kami harus bersosialisasi dengan saudara angkat atau salah satu dari orang tua kami yang tidak dapat berbahasa Inggris, tapi itu menjadi tantangan dan keseruan sendiri bagi kami. Program homestay ditutup dengan mengadakan farewell party, dimana dalam acara ini kami berkumpul bersama untuk makan, berbagi cerita, dan menyaksikan penampilan dari masing-masing negara yang ikut.
Di akhir program, seluruh peserta program Jenesys 2016 diwajibkan untuk menghadiri workshop yang berisi presentasi perwakilan setiap negara untuk mengemukakan gagasan dan action plan yang akan dilakukan setelah pulang dari Jepang. Action plan ini berisi rencana dari setiap kelompok untuk bertindak nyata dalam membagikan pengetahuan dan pengalamannya selama berada di Jepang kepada orang di sekitarnya.
Setelah workshop, seluruh peserta mengikuti acara penutupan yang dirayakan bersama dengan anggota duta seluruh negara yang diundang dalam acara tersebut meliputi Brunei, Kamboja, India, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam. Acara tersebut berlangsung meriah dan menurut kami, acara ini sangat berguna dalam mempeerluas jaringan dan relasi bisnis serta pertemanan kami. (*)
by Aina Claudia – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika | Sistem Informasi | Sistem Komputer|Akuntansi|Manajemen|Ilmu Komunikasi | Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia