Belajar SQL, Keterampilan Penting untuk Praktisi Data
Maret 4, 2022Kognisi Youth Learning Festival, Cara Belajar Efektif untuk Maksimalkan Kemampuan Diri
Maret 9, 2022TANGERANG – Sampah menjadi permasalahan serius di bumi ini, terutama yang bersumber dari hasil produksi. Pasalnya, adakah sistem yang ramah lingkungan untuk mengelola sampah tersebut tanpa mengurangi nilai materialnya? Hal inilah yang ingin dijawab melalui sistem ekonomi sirkular (economy circular).
Program Studi Magister Manajemen Teknologi Universitas Multimedia Nusantara (MMT UMN) berinisiatif mengadakan webinar dengan tajuk “Technology for Change: Towards Digital Circular Economy” melalui Zoom, Sabtu (19/2/22). Narasumbernya adalah Nurvitria M. Kristofikova selaku Ellen Macarthur Foundation Circular Pioneer & Program Director AgUnity.
Dalam kesempatan ini, Nurvitria mengenalkan konsep ekonomi sirkular yang berbeda dengan konsep ekonomi linear. Sistem ekonomi sirkular ini memungkinkan penciptaan lingkungan yang berkelanjutan karena memanfaatkan material secara berulang. Tak hanya itu, ia juga menjelaskan model bisnis hingga teknologi yang dapat mendukung ekonomi sirkular secara mendetail.
“Pada akhirnya, yang diinginkan oleh konsumen adalah pengalamannya, bukan produk itu sendiri. Mereka menginginkan pengalaman,” ujar Nurvitria.
Oleh karena itu, ia mengatakan penting untuk bereksperimen di model bisnis supaya sistem sirkular ekonomi ini dapat berjalan. Hal ini juga karena tak jarang masyarakat mengecap produk daur ulang sebagai produk berkualitas rendah.
Untungnya, teknologi saat ini sangat mendukung sistem ekonomi sirkular sehingga telah menciptakan beragam model bisnis. Nurvitria menyebut beberapa model bisnis ekonomi sirkular, seperti circular supplies, resources recovery, product life extension, sharing platform, dan product as a service.
Salah satunya, ia mencontohkan penerapan model bisnis circular supplies untuk pembuatan kemasan makanan dari pelepah pisang. Di samping berbagai contoh yang diberikan, Nurvitria turut menegaskan bahwa material akan menjadi salah satu aspek utama yang mendukung sistem ekonomi sirkular. Karena itu, ia mengatakan penting untuk mengetahui jenis materialnya secara pasti.
“Ketika kita berbicara tentang ekonomi sirkular, kita tidak bisa tidak memikirkan materialnya. Setiap material mempunyai cara yang berbeda untuk di-extract, di-dispose, di-manufacture, di-recycle,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Nurvitria mengungkapkan sistem sirkular ekonomi dapat memanfaatkan material yang bisa diperbarui (regenerative) dan bisa digunakan dalam jangka waktu lama (prolong the use). Menurutnya, peran desainer dari produk itu sendiri menjadi penting di sini untuk bisa menciptakan produk yang tahan lama.
Tak kalah penting, ia juga menyebut pentingnya komunikasi, edukasi, dan kolaborasi dengan pihak lainnya untuk mewujudkan sistem sirkular ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan. Meski demikian, Nurvitria juga menekankan bahwa semua hal ini dapat dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu.
“Jadi, start from yourself karena kalau misalnya kita ngomongin global system sudah keburu stres. Karena itu, kita mulai dari apa yang ada di sekitar kita aja. Apa yang bisa kita lakukan,” tandasnya.
*by Melinda Chang – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id