5 Rekomendasi Buku yang Wajib Banget Dibaca Mahasiswa Baru
Oktober 25, 2022Pengen Lulus Cepat? Segera Bangun Life Mapping Biar Tidak Tersesat!
Oktober 25, 2022Ilustrasi Perencanaan. Photo by cottonbro (Sumber: Pexels.com)
Hayo siapa disini yang suka meremehkan tugas dari ibu guru ataupun bapak/ibu dosen? Saat di kelas mereka pasti bilang tenggat waktu pengumpulannya “untuk deadline tugasnya maksimal minggu depan ya saudara-saudara”. Tidak jarang kalian sebagai mahasiswa biasanya berasumsi untuk mengerjakan tugas bisa selesai lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan. “Halah masih minggu depan kok. Santai aja. Paling sehari juga kelar nih tugas!”.
Begitu sudah mendekati tenggat waktu pengumpulan, langsung grabak-grubuk tidak karuan. Panik-panik ajaib. Ternyata asumsi yang sudah kamu ekspektasikan saat diberikan tugas oleh dosen justru meleset dari perkiraan waktu yang kamu remehkan tadi.
Meskipun hal seperti ini selalu terjadi ketika diberikan tugas kuliah, tetap saja diulang-ulang sampai menjadi sebuah rutinitas yang sering dilakukan oleh mahasiswa. Bisa-bisa tebakan yang tadi kamu kira-kira malahan jadi bumerang buat kamu sendiri lho. Awas, jangan keseringan seperti ini kawan. Bisa-bisa kamu sedang terjebak dalam lingkaran Planning Fallacy. Sebenarnya apa sih Planning Fallacy itu?
Apa itu Planning Fallacy?
Pasti kalian bertanya-tanya dan mungkin kalian juga belum tahu, kira-kira apa sih planning fallacy itu? Planning fallacy (kegagalan perencanaan) adalah bias kognitif yang menggambarkan kecenderungan individu untuk meremehkan jumlah waktu, biaya, tenaga, pekerjaan dan risiko suatu tindakan untuk masa depan dan melebih-lebihkan manfaat dari tindakan tersebut.
Planning fallacy juga diartikan sebagai kondisi dimana seseorang lebih memikirkan waktu tercepat dalam menyelesaikan pekerjaan daripada mempertimbangkan skenario terburuk yang akan terjadi di depan kita saat ini.
Konsep Planning Fallacy pertama kali diperkenalkan oleh psikolog dan ahli ekonomi, Daniel Kahneman dan rekannya, Amos Tversky, pada tahun 1977. Awal mulanya, Kahneman dan Tversky terkejut saat mengetahui bahwa rekan kerjanya sering meremehkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Bahkan rekan kerja itu sempat berulang kali gagal dalam memenuhi deadline pada proyek yang sama.
Biasanya tidak hanya soal tugas, kadang-kadang kamu juga menyepelekan soal waktu untuk berangkat ke kampus. Misalnya berangkat kuliah dari kos ke kampus bisa ditempuh dalam waktu 9 menit saja menggunakan sepeda motor. Padahal itu kan hanya perkiraanmu saja. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi selama di perjalanan. Entah itu macet, ada unjuk rasa, penutupan jalan untuk perbaikan gorong-gorong misalnya dan lain-lain yang tanpa kita sadari menghambat perjalanan kita untuk sampai ke tujuan. Kondisi ini juga masuk ke dalam planning fallacy lho.
Tips Menghindari Planning Fallacy
Lantas bagaimana caranya mengatasi fenomena ini agar tidak menjadi sebuah kebiasaan turun temurun? Sssttt.. UMN bagikan tipsnya untuk kamu, baca sampai habis ya!
1. Pertimbangkan Tiga Skenario dalam Menyelesaikan Pekerjaan
Penyebab planning fallacy muncul karena seseorang lebih fokus pada waktu yang lebih cepat untuk menyelesaikan pekerjaan daripada mempertimbangkan realita yang sedang dihadapi sekarang. Tips terbaik yang dapat diterapkan untuk menghindari hal ini adalah mempertimbangkan tiga kemungkinan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Ada waktu optimis, waktu real dan waktu pesimis.
Tiga waktu ini bisa dijadikan sebagai panduan apabila tugas yang kamu kerjakan ada kemungkinan meleset dari waktu perkiraan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tiga skenario waktu diatas:
- Waktu Optimis = Waktu yang diselesaikan oleh mahasiswa ketika menyelesaikan tugas tanpa adanya hambatan atau kendala (lebih cepat dari waktu real)
- Waktu Real = waktu normal yang diselesaikan oleh mahasiswa ketika menyelesaikan tugas (waktu sewajarnya)
- Waktu Pesimis = waktu yang diselesaikan oleh mahasiswa ketika menyelesaikan tugas apabila terjadi kendala alias waktu molor (lebih lama dari waktu real)
Contoh pada percakapan di awal tadi. Ibaratkan dosen memberikan tugas dengan tenggat waktu satu minggu dari sekarang. Kita rubah biar lebih mudah kalau satu minggu sama dengan 7 hari. Kemudian, kita susun tiga skenario yang sudah dicontohkan untuk mempertimbangkan waktu penyelesaian tugas. Kita jabarkan sama-sama.
- Waktu Normal = 7 hari (waktu real yang diberikan oleh dosen saat di kelas)
- Waktu Pesimis = 6 hari bahkan mepet mendekati deadline (H-1 pengumpulan)
- Waktu Optimis = 5 hari (bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan)
Nb: waktu ini bisa kamu sesuaikan dengan situasi yang kamu alami sekarang. Dengan melakukan pertimbangan tiga waktu diatas, kamu jadi lebih komitmen untuk menyelesaikan tanggung jawab yang sudah kamu mulai. Selamat mencoba!
Baca Juga: Kegiatan Non-Akademik Bermanfaat Untuk Mahasiswa Berkuliah
2. Bagilah Tugas Yang Besar Menjadi Bagian-Bagian Kecil
Kalau kamu adalah orang yang takut untuk mengerjakan tugas dikala mepet-mepet deadline atau takut tidak selesai, segera cicil dan bagi tugas yang diberikan dosen menjadi bagian-bagian kecil. Cara ini tidak hanya diterapkan dalam mengerjakan tugas kuliah saja namun juga dalam menyelesaikan skripsi. Ketika kamu mendapatkan tugas untuk membuat makalah misalnya, disitu pasti ada banyak bab yang dibahas.
Mulailah dari bab yang anggap mudah dahulu untuk dikerjakan. Jika bagian yang mudah sudah dikerjakan maka langsung beralih ke sisa bagian yang belum dikerjakan. Bagi juga sekaligus dengan waktu pengerjaannya, misalnya bab 1 kamu kerjakan di pagi hari, bab 2 kerjakan di sore hari dan bab 3 misalnya dikerjakan di malam hari.
Melalui cara ini, kamu jadi lebih lega dan tidak stres karena tugasnya sudah mulai terselesaikan pelan-pelan. Selain itu, waktu yang kamu pergunakan menjadi realistis karena memang dikerjakan dalam waktu tersebut.
3. Terapkan Teknik Pomodoro
Ada satu teknik yang bisa kamu terapkan agar kamu tidak keteteran dalam mengerjakan tugas. Jawabannya ada pada teknik Pomodoro teman-teman. Teknik Pomodoro diperkenalkan oleh Francesco Cirillo pada tahun 1980. Teknik ini mengacu pada manajemen waktu dengan interval waktu tertentu dan diselingi dengan waktu jeda.
Berikut adalah tahapan yang kamu lakukan dalam teknik Pomodoro:
- Siapkan tugas dengan batas waktu pengumpulan paling dekat. Bila perlu tulis dalam catatan kecil
- Mulai mengerjakan tugas dengan estimasi waktu 25 menit. Manfaatkan waktu dengan baik
- Kerjakan tugas dengan fokus sampai waktu timer habis. Kamu tidak boleh berpindah ke tugas yang lain bahkan melirik timer yang sedang berjalan.
- Apabila waktu habis, hentikan. Walaupun tugas yang kamu kerjakan belum selesai.
- Istirahat 3-5 menit untuk meregangkan tubuh terlebih
- Lakukan poin 2 sampai 5 sebanyak empat kali. Kemudian kamu dapat memperpanjang waktu istirahat menjadi 15-30 menit. Selamat mencoba!
4. Terapkan Prinsip Sejam Sehari
Planning fallacy justru merembet ke kurangnya produktivitas seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya. Kalau kamu sudah berada di tahap ini, pastikan betul untuk sediakan waktu sejam sehari minimal dalam mengerjakan tugas. Niatkan dalam dirimu hanya sejam nggak lama-lama kok teman-teman. Hal ini dikarenakan salah satu tantangan terbesar apabila tugas kita molor adalah melawan godaan yang ada di sekitar kita.
Jadi, alangkah lebih baiknya untuk kamu bisa komitmen hanya dengan menyisihkan waktu 60 menit saja kok. Nggak susah kan?
5. Minimalisir Distraksi Agar Tetap Fokus
Siapa yang disini mengerjakan tugas sambil scrolling media sosial? Awas kebablasan. Bisa-bisa tugas kamu nggak dikerjakan nih. Godaan yang datang membuat kamu rentan tidak fokus dan buyar konsentrasinya dalam mengerjakan tugas. Maka dari itu, hindari dahulu untuk sementara distraksi ataupun godaan yang datang kepadamu.
Entah itu main media sosial, ngobrol sama teman, dan lain-lain. Menghindar dulu dengan mengubah nada dering notifikasi ponsel dalam mode getar ataupun diam, berusaha mencari tempat yang tenang dan fokus langsung ke tugasnya. Tahan sebentar sampai tugasnya selesai. Kalau sudah boleh dilanjut lagi.
Baca Juga: Kenali Program Film & Animasi UMN
Satu hal yang harus kalian pahami dan pelajari dari fenomena planning fallacy adalah biasakan untuk tidak meremehkan apapun pekerjaannya. Biasakan untuk tidak menggampangkan dan berasumsi kalau kamu bisa selesai lebih cepat dari perkiraan. Padahal belum juga dicoba. Kalau misalnya kamu sudah sering untuk menyelesaikan tugas serupa, lebih baik kerjakan saja daripada menyesal di belakang karena rentan menunda.
Sumber:
By Reyvan Maulid | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan ,di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id