Keren, UMN Mendapat Apresiasi dari Bank Indonesia sebagai Perguruan Tinggi Mitra Terbaik Kebanksentralan.
Februari 13, 2023SERU BANGET, KARYAWAN UMN MERIAHKAN PERINGATAN BULAN K3 NASIONAL 2023
Februari 15, 2023Kuliah umum bertemakan “Inklusivitas dalam Korporasi, Sebaiknya Mandatory atau Voluntary?” diselenggarakan pada 11 Februari 2023 lalu. Acara yang berlangsung di Laboratorium Perhotelan UMN tersebut mengundang dua pembicara yakni Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND) Dr. Dante Rigmalia, M.Pd. dan Country Talent, Learning, & Employer Branding pada PT Unilever Indonesia Tbk Vania Callista Salim.
Tak hanya pembicara, kuliah umum turut mengundang Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Ir. Andrey Andoko, M.Sc., Wakil Rektor Bidang Hubungan dan Kerjasama Prof. Dr. Muliawati G. Siswanto, M.Eng.Sc., Wakil Ketua KND Deka Kurniawan, Komisioner KND Kikin Purnawirawan Tarigan Sibero dan Jonna Aman Damanik. Sejumlah dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMN juga hadir bersama mahasiswa magister Ilmu Komunikasi batch empat.
“Kuliah umum ini adalah agenda rutin setiap awal semester yang diinisiasi oleh kolaborasi mahasiswa dan dosen. Tokoh-tokoh yang dihadirkan berasal dari kalangan pemerintah dan industri yang akan membahas isu terkini seputar Communication for Sustainable Issues,” buka Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Agustinus Rusdianto Berto, S.Sos., M.Si.
Kuliah umum diawali dengan pemaparan Dante terkait Komisi Nasional Disabilitas dan pentingnya inklusivitas dalam dunia korporasi.
Pembentukan KND merupakan mandat UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2020. KND bertugas melakukan pemantauan, evaluasi dan advokasi pelaksanaan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Dante menyebut bahwa penyandang disabilitas memiliki hak yang sama seperti non disabilitas. Para penyandang disabilitas tidak perlu ragu untuk mengungkapkan identitasnya. Kalau non disabilitas, jangan melabeli diri dengan berkata “normal”. Secara terminologi, dapat diartikan bahwa para penyandang disabilitas adalah manusia yang tidak normal, tidak sempurna. Maka dari itu, dengan menyebut disabilitas dan non disabilitas, harkat dan martabat penyandang disabilitas menjadi lebih baik.
“Sebagai penyandang disabilitas pun tidak perlu berkata maaf. ‘Maaf saya buta’ atau ‘Maaf saya tuli’. Disabilitas adalah keberagaman, jadi tidak perlu meminta maaf. Jika narasi ‘maaf’ ini diteruskan, akan menjadi stigma negatif yang berkepanjangan,” ucap Dante.
Berdasarkan data tingkat pendidikan, 30% penyandang disabilitas lulus SD, 11% lulus SMP, 14% lulus SMA, dan hanya 2.8% lulus kuliah. Dante menganggap bahwa ini merupakan PR besar yang harus dikerjakan bersama-sama. Dante yakin jika mendapatkan kesempatan menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi, penyandang disabilitas mampu menjadi pribadi yang mandiri, berkontribusi, berpendidikan, dan berpenghasilan sendiri.
Sudah tercatat sejumlah regulasi negara yang mengatur hadirnya disabilitas dalam korporasi. Sesuai dengan UU No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, peran perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% dan perusahaan milik pemerintah paling sedikit 2% penyandang disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja mereka.
Dante menekankan bahwa pasal tersebut bukan hanya mandat untuk memenuhi kuota dalam mempekerjakan penyandang disabilitas, melainkan juga pemberian hak-hak asasi manusia.
“Seyogyanya, setiap orang dalam usia kerja harus diberikan kesempatan bekerja, termasuk disabilitas. Hal ini tidak hanya perihal kontribusi bertahan hidup, tetapi juga pengakuan sosial. Kami yakin kami mampu. Kami senang bisa memberikan dan meluangkan sesuatu bagi orang lain,” tutup Dante.
Selanjutnya, Vania memaparkan materi mengenai hadirnya kultur inklusif dalam Unilever.
Sebagai sosok yang telah bekerja selama delapan tahun di Unilever, Vania menyebut ada dua alasan yang membuatnya nyaman. Pertama, career development. Kedua, fasilitas dan support. Menurut Vania, Unilever menciptakan kultur perusahaan lewat kacamata sebagai karyawan.
“Kalau kita membuat fasilitas perusahaan tanpa melibatkan teman-teman disabilitas, pasti ada celahnya,” kata Vania.
Unilever memiliki tiga isu yang di-highlight dalam perusahaan yakni kesetaraan gender, embrace different abilities, dan eliminasi stigma. Hadirnya inklusivitas dalam perusahaan dianggap bagus bagi financial performance. Tidak hanya dari citra perusahaan, tetapi juga bisnis dan profit. Melalui customer centrist, semakin produk Unilever mewakili konsumen, semakin banyak profit yang didapatkan.
Dalam Unilever, penyandang disabilitas diberikan dukungan untuk mendapatkan kesempatan yang sama.
“Seolah ada pagar yang sama-sama tinggi, sama-sama tidak bisa diturunkan standarnya. Nah, semisal ada anak kecil dan pengguna kursi roda. Unilever memberikan dukungan supaya semua orang merasakan kualitas (standar) yang sama. Kalau anak kecil, berarti diberikan tangga untuk menggapai pagar tersebut. Kalau pengguna kursi roda, diberikan papan yang landai,” jelas Vania.
Selain memberikan treatment yang sama, Unilever turut mendukung kesempatan berpendapat bagi semua orang. Dengan dukungan tersebut, penyandang diharapkan mampu bermimpi dan berkarir lebih tinggi lagi tak terhalang oleh apapun. Unilever memperkuat akses penyandang disabilitas dengan memperdalam kurikulum development dan internship. Kurikulum tersebut mencakup career planning, mentor untuk kuliah, komunikasi, dan kemampuan mengolah data.
“Peningkatan awareness tentang inklusivitas dalam kehidupan juga kami eksposur lewat iklan-iklan produk. Misalnya, iklan kecantikan menghadirkan model yang full size. Iklan es krim melibatkan anak-anak, orang tua, dan penyandang disabilitas. Dengan demikian, Unilever menunjukkan bahwa setiap orang itu bisa melakukan apapun, termasuk menggapai mimpi. Itulah prinsip yang ingin kita bagikan,” pungkas Vania.
By Annisa Dyah Novia | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id