Virtual Open House UMN 2020, #darirumahaja
Juli 20, 2020Webinar FTI UMN: Automasi untuk Memudahkan Adaptasi Transformasi Bisnis
Juli 24, 2020TANGERANG – Semenjak pembatasan sosial akibat COVID-19, kegiatan berkebun tengah menjadi salah satu tren di kalangan masyarakat. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Multimedia Nusantara (Mapala UMN) mengadakan seminar dengan tema “Berkebun di Era New Normal”, Sabtu (18/7).
Seminar yang disiarkan secara langsung di Instagram @mapalaumn ini dipandu oleh Yelesia Margiyuna dan mengundang seorang Digital Creator dan Urban Farming Enthusiast, Sutiknyo – akrab disapa Bolang – sebagai narasumber.
Sebagai langkah awal berkebun, Sutiknyo berpendapat masyarakat harus menepis mitos tersebut. Menurutnya semua orang mempunyai kesempatan untuk berkebun.
“Tinggal bagaimana komitmen kita merawat tanaman itu sampai dia tumbuh dan besar, bermanfaat buat kita. Itu sih sebenarnya,” imbuh Sutiknyo, pria yang juga aktif di akun Instagram @lostpacker ini.
Untuk persiapan lainnya, Sutiknyo mengatakan masyarakat dapat memanfaatkan apa pun, misalnya botol bekas. Sebagai contoh, ia menunjukkan tanaman daun bawangnya yang ditanam di botol bekas minyak goreng dengan sistem hidroponik sederhana. Oleh karena itu, menurut Sutiknyo, sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak berkebun, sekalipun tidak memiliki lahan.
Selain itu, ia juga memaparkan beberapa hal lainnya terkait kegiatan berkebun, mulai dari tips membuat dan menggunakan media tanam, membuat pupuk, hingga membasmi hama. Untuk pembuatan media tanam, Sutiknyo biasanya menggunakan campuran sekam bakar, sekam mentah, pupuk kandang, dan tanah hitam – tanah lembang atau tanah vulkanis yang dikenal subur.
Namun, jika ingin membeli media tanam, ia menyarankan untuk tidak langsung menggunakannya. Penyebabnya adalah fermentasi pupuk kandang dalam media tanam itu terkadang belum selesai. Akibatnya, tanaman bisa mudah kering dan cepat mati.
“Kalau temen-temen mau tanam pakai media (tanam) yang kita beli dari toko tukang taman, dibuka dulu karungnya (dan) didiemin dulu 1-2 minggu sampai bener-bener fermentasinya selesai. Atau kalau kita pegang itu sudah enggak panas lagi. Itu kalau buat tanem, itu baru nanti hidup (tanamannya),” ujar Sutiknyo.
Melalui kegiatan berkebun ini, Sutiknyo juga merasakan banyak manfaat. Misalnya, ia dapat mengolah dan menikmati hasil kebunnya se ndiri menjadi varian olahan makanan. Dengan demikian, ia tidak perlu sering pergi keluar rumah untuk berbelanja. Terutama di masa pandemi ini, ia pun dapat meminimalkan kontak langsung dengan beragam orang. Selain itu, baginya, berkebun juga dapat menjadi alternatif melepas stres.
“Kita akan bahagia kalau tahu proses dari makanan yang akan kita makan itu seperti apa. Itu akan membahagiakan sekali. Keuntungannya itu, selain rupiah, batin kita juga dapet masukan-masukan yang baiklah, gitu. Apalagi di masa-masa sekarang ini,” papar Sutiknyo.
Hingga kini, Sutiknyo telah menggeluti aktivitas perkebunan ini sekitar 3-4 tahun. Untuk referensi berkebun, ia belajar dari beragam media. Beberapa di antaranya, misalnya ia menonton film, seperti acara realitas (reality show) “Big Dreams, Small Spaces”; bergabung dengan komunitas kebun, seperti Indonesia berkebun (@idberkebun); dan menonton YouTube.
“Intinya komitmen sih, bagaimana kita membuat tanaman itu. Ketika kita sudah mulai memberanikan diri menanam, kita harus memberanikan diri atau bertanggung jawab merawatnya,” tutupnya.
Selengkapnya, Sahabat UMN dapat menyaksikan siaran ulang “Berkebun di Era New Normal” di sini. (MC/RK)
* by Melinda Chang – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id