MAXIMA 2020: Odyssey “Pave Your Own Journey”
Oktober 16, 2020Konferensi Nasional PKM CSR Ke-6: Keterlibatan Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Masyarakat
Oktober 17, 2020TANGERANG – Mahasiswa jurusan Film Universitas Multimedia Nusantara (UMN) kembali menuai prestasi. Marlyne Vanessa bersama teman-temannya berhasil meraih Piala Angsa Emas dalam Universitas Indonesia Film Festival (UIFF) 2020 lewat film yang mereka produksi dengan judul “Blinded Little Pony”.
Prestasi ini merupakan prestasi yang membanggakan bagi Marlyne dan tim, pun juga membanggakan jurusan Film UMN. “Tentunya kami, para dosen, turut berbangga atas prestasi yang dicapai oleh para mahasiswa kami ini. Semoga prestasi ini memacu para mahasiswa yang lain,” ujar Kus Sudarsono Kepala Program Studi Film UMN, pada Selasa (29/09/2020).
Kus juga mengatakan bahwa program studi Film UMN selalu bekerja keras untuk memajukan Prodi Film sesuai dengan misi dan visinya, yakni, menciptakan lulusan yang kompeten, memiliki jiwa wira usaha, serta akrab dengan teknologi terbaru.
“Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi saya dan tim ketika mampu memenangkan penghargaan tertinggi pada ajang tersebut. Selain itu, ini merupakan pengalaman yang sangat memotivasi kami juga untuk terus berkarya, ketika film kami mendapat apresiasi dari juri-juri hebat dalam ajang tersebut dan juga para penonton,” ujar Produser Film Marlyne Vanessa saat diwawancara, Senin (28/09/2020).
Marlyne menceritakan, film ini mengangkat kisah hidup Claretta Sunshine, seorang artis cilik dengan 1,2 juta orang yang sayang kepadanya di instagram. Ketenaran Claretta tersebut merupakan hasil jerih payah Siska, ibu Claretta yang ingin membagikan kelucuan sang anak kepada masyarakat lewat media sosial.
Marlyne mengatakan, inspirasi film ini datang dari pengalaman sutradara film saat mengarahkan film sebelumnya. Saat itu talent sutradara adalah selebriti cilik juga.
“Waktu itu anak kecilnya minta izin buat pulang lebih cepat soalnya mau belajar. Tapi, ibunya tidak membolehkan dengan alasan si anak sudah belajar materi tersebut minggu lalu. Padahal materi itu penting untuk ujian sekolah. Sutradara merasa ada yang aneh dari relasi anak dan ibu ini, dan juga bagaimana anak ini struggle dalam mengimbangi pekerjaan dan sekolahnya,” cerita Marlyne.
Dalam membuat film ini, Marlyne bersama tim melakukan riset selama 3 bulan hingga akhirnya naskah terbentuk. Dalam proses syuting juga, produser harus memastikan bahwa hak-hak keamanan dan kenyamanan dari aktor anak yang terlibat dalam produksi ini terpenuhi. “Sehingga kami bukan semata-mata hanya mengangkat isu tersebut untuk film kami, melainkan turut menerapkan prosedur yang sesuai pada produksi kami,” tutur Marlyne.
Marlyne mengatakan, film ini diproduksi untuk menjadi topik diskusi bersama. Hal ini dilakukan mengingat fenomena selebriti cilik ini muncul lestari di Indonesia, dan berharap para penonton menjadi lebih sadar dengan masalah yang diangkat
“Terkadang erat kaitannya dengan eksploitasi anak dengan menjadikan anak investasi bisnis. Lalu bagaimana media membangun fantasi lewat konstruksi sosial yang mereka hadirkan lewat televisi, atau di masa sekarang jadi lebih efisien – yang ibu mereka bagikan lewat Instagram pribadi,” ujar Marlyne.
UIFF sendiri merupakan festival film yang diselenggarakan oleh UKM Sinematografi UI dan pertama kali diselenggarakan pada tahun 2014. Festival ini berfokus pada literasi, apresiasi, kompetisi, dan diskusi film pendek mahasiswa dari seluruh Indonesia, pun juga turut dimeriahkan oleh berbagai komunitas dan penggiat film dari seluruh Indonesia, dilansir dari ui.ac.id.
by Ida Ayu Putu Wiena Vedasari – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id