Pentingnya Personal Branding Serta Peran Dalam Politik Bagi Anak Muda
Mei 22, 2014Fakultas ICT Tanda Tangani MoU dengan Universitas Esa Unggul
April 9, 2015Serpong, (24/11) –Untuk menghadapi itu Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang lebih dikenal sebagai ASEAN Economic Community (AEC), maka para profesional khususnya generasi muda Indonesia harus memiliki kompetensi yang bisa membuat mereka unggul dari tenaga kerja asal negara ASEAN lain. Dengan demikian, mereka tidak akan tersisih dari zona persaingan di masa yang akan datang.
Selain penguasaan atas bidang keilmuan memiliki jiwa kejuangan yang tinggi serta budaya kerja keras merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh Indonesia muda untuk bisa bersaing di era ekonomi bebas seperti AEC. Demikian yang disampaikan Dr. Ninok Leksono, Rektor UMN dalam Wisuda VI UMN di Universitas Multimedia Nusantara, pada Sabtu, (24/11). “Pada sisi lain, kemampuan dan semangat serta kompetensi individu juga masih perlu didukung oleh berbagai insentif dan lingkungan yang kondusif, misalnya adanya infrastruktur ICT yang modern. Di sini peran pemerintah sangat penting. Agar bisa unggul, tentu saja anak muda Indonesia juga harus hidup di lingkungan yang unggul,” lanjut Ninok.
Mengingat hal ini, maka para lulusan UMN dibekali kuliah tentang diberikan pelatihan tentang kepemimpinan, tentang pengembangan karakter, serta pemahaman tentang organisasi. Lulusan UMN secara umum telah dibekali pengetahuan dasar tentang ICT, yang bersifat universal. Dalam sistem pendidikannya, UMN juga telah memperkenalkan kepada mahasiswanya dengan nilai-nilai unggul, dalam hal ini 5C yang diturunkan dari falsafah Kompas-Gramedia, di mana di dalamnya ada C yang berkepanjangan Competent dan Competitive. Mungkin saja dalam pengetahuan kognitifnya lulusan UMN masih harus memperkaya di tempat pekerjaan, tetapi dasar-dasarnya telah diberikan di UMN, berikut dengan semangat dasarnya untuk berkarakter unggul dan kompetitif.
“Sekali lagi UMN ingin agar lulusannya tidak saja kompeten di bidang keilmuannya, tetapi juga unggul dalam karakternya, memiliki integritas, menjadi sosok yang bisa diandalkan dalam pekerjaan. Kami, pimpinan UMN percaya, bahwa dengan menjadi insan yang kompeten sekaligus berkarakter, peluang survive semakin besar,” ungkap Ninok lagi.
Memiliki jiwa wirausaha adalah kunci penting lain untuk dapat sukses dalam AEC. Jika tidak demikian, dengan banyak masuknya bisnis asing dari negara ASEAN lain ke Indonesia, masyarakat kita hanya bisa menjadi penonton dan konsumen saja. Roda perekonomian kita pun akan lambat bergerak ke arah yang lebih positif. Hingga saat ini, jumlah entrepreneur di Indonesia hanya mencapai 1,65% dari total jumlah penduduk Indonesia, sedangkan jumlah minimal untuk menjadi sebuah negara maju adalah 2% dari total penduduk.
Untuk menjadi seorang entrepreneur unggul, penting diadakan pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh kompetensi yang dibutuhkan. Melihat kebutuhan ini, maka UMN menyediakan mata kuliah Technopreneurship yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa UMN dari semua jurusan. Selain itu, UMN juga mengembangkan sebuah inkubator bisnis bernama Skystar Ventures. Di sinilah, mahasiswa UMN yang memiliki ide-ide bisnis brilian dilatih untuk menghasilkan perusahaan-perusahaan rintisan (start up) yang berbasis teknologi dan internet. Dalam masa inkubasi selama 6 bulan, mahasiswa akan mendapatkan mentoring, workshop, fasilitas kantor, dan funding untuk merealisasikan bisnis impian mereka.
Selain itu, untuk mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja di industri, UMN menerapkan kurikulum yang up to date sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, menyediakan sarana laboratorium dengan teknologi baru yang berstandar internasional, sertifikasi profesional, serta mengadakan kerja sama dengan universitas luar negeri. Beberapa universitas yang telah bekerja sama dengan UMN adalah Tokyo Denki University (Jepang), UCSI University (Malaysia), Chinese Culture University (Taiwan), Swineburne University of Technology dan University of Technology Sydney (Australia), Lund University (Swedia), dan Qingdao University (Tiongkok).
UMN juga didukung dengan kesiapan sarana dan prasarana, baik dari sisi kurikulum, fasilitas yang sesuai dengan standar industri, serta tenaga pengajar yang berpengalaman dan berdedikasi tinggi. Bahkan sebagian tenaga pengajar berasal dari kalangan profesional di industri. Hal ini diharapkan dapat membekali mahasiswa dengan pengalaman langsung dari orang yang sudah berpengalaman di bidang itu.
Pada wisuda kali ini, UMN meluluskan 512 wisudawan dengan perincian sebagai berikut 113 wisudawan dari fakultas Ilmu Komunikasi, 223 wisudawan dari fakultas Desain Komunikasi Visual (DKV), 22 wisudawan dari program studi Akuntansi, 36 wisudawan dari program studi Manajemen, 41 wisudawan dari program studi Sistem Informatika, dan 11 wisudawan dari program studi Sistem Komputer.
Wisuda VI UMN juga menghadirkan pembicara Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Rudiantara. Beliau menyampaikan orasi ilmiah seputar pengembangan industri kreatif berbasis ICT serta peran serta Kemenkominfo dalam mendorong perkembangan industri tersebut ke level internasional. Industri kreatif merupakan salah satu sektor industri yang memiliki peluang baik untuk dapat bersaing dalam pasar bebas ASEAN 2015.
Rudiantara menggarisbawahi pentingnya kewirausahaan berbasis digital di era seperti sekarang ini. “Wirausaha haruslah mampu mencermati kesempatan dan memberikan nilai tambah saat sumber daya di sekitarnya minim atau tidak ada. Wirausaha di bidang ICT saat ini sangatlah penting untuk menggenjot perekonomian. Bisnis e-commerce sedang bertumbuh dengan pesat. Di Indonesia, contohnya, pada 2016 diperkirakan transaksi e-commerce akan menembus kisaran angka sebesar US$ 20 miliar,” paparnya.
Hanya saja beberapa hal yang harus diperbaiki bila ingin mengembangkan wirausaha berbasis digital. Sebab secara angka, kemelekan kita akan ICT masih tertinggal dengan beberapa negara ASEAN dan Asia. “ICT development index Indonesia menempati peringkat 97. Walaupun lebih tinggi dari Laos, Kamboja, dan India tetapi masih kalah dengan Vietnam. Sedangkan network readiness di Indonesia masih kalah dengan India dan Thailand. Kita perlu menggenjot ini semua untuk bisa maju dan bersaing di era AEC ke depannya,” ungkap Rudiantara.