Wisuda UMN XVII: Menjadi Insan Kreatif di Tengah Pandemi
Oktober 31, 2020Institut Akuntan Publik Indonesia Asah Kemampuan Akuntan dan Audit Lewat CPA DAYS 2020
November 5, 2020TANGERANG – Memperingati Sumpah Pemuda sekaligus mengenang kembali perjuangan Jakob Oetama, Kognisi Kompas Gramedia mengadakan Webinar yang berjudul “Semangat Perjuangan Jakob Oetama Pemuda Masa Kini” pada Rabu (28/10) pukul 10.00 sampai 11.30 lewat video conference Zoom bersama dengan Ninok Leksono selaku Rektor Universitas Multimedia Nusantara dan Aiman Witjaksono, Jurnalis dan New Host Kompas TV. Webinar ini dimoderatori langsung oleh Glory Oyong, cucu dari PK Ojong yang sekarang menjabat sebagai Communication Manager dan Corporate Communication Kompas Gramedia. Webinar ini disambut antusias oleh karyawan, dosen, mahasiswa, maupun konsumen Kompas.
Sosok Jakob Oetama dengan nilai-nilai leluhurnya tak hanya dihayati teladannya oleh karyawan dan mahasiswa UMN, tetapi juga bagi para penikmat produk Kompas agar bisa terus memiliki relevansi dengan Sumpah Pemuda di generasi millenial. Nilai-nilai tersebut disampaikan oleh dua orang yang dekat dengan kehidupan perintis Kompas ini. “Beliau menghargai orang dari kinerjanya, kalimat khas beliau kalau ada reportase bagus, ini boleh, bung! artinya ini berkenan,” ucap Ninok Leksono. Jakob Oetama sejak dulu memang dekat secara personal dengan jurnalis muda, tambahnya.
“Saya banyak mendapatkan ilmu yang tidak hanya saya dapatkan dari harian Kompas, tetapi juga dari buku karena jurnalis adalah seorang generalis. Kita harus bisa membuktikan bahwa segala sesuatu bukan untuk kalangan tertentu. Seperti yang Pak Jakob katakan, jurnalis juga harus menjadi guru bagi bangsa.” ungkap Aiman. Aiman juga menjelaskan bagaimana ia membangun passion untuk terus belajar dan berkembang menjadi jurnalis lewat buku-buku karya Jakob Oetama seperti bagaimana menjadi jurnalis fakta sekaligus jurnalis makna.
Bernostalgia kembali, Ninok menceritakan kembali perjuangan Jakob Oetama dan kaitannya dengan Sumpah Pemuda. Perasaan tidak puas Jakob Oetama sebagai jiwa perintis mendorongnya di masa lalu untuk membuat Majalah Intisari. Semangat dan kerja keras beliau selama masa kritis media membuat beliau tahan akan kesulitan beliau untuk terus mengembangkan media hingga sekarang sampai titik ini dengan hadirnya Kompas dan cabang lainnya hingga muncullah falsafah bekerja adalah beribadah.
“Kesederhanaan memiliki konsekuensi yang panjang dan nilai kebersyukuran yang tinggi dimana kita suatu saat siap meninggalkan dunia,” ungkap Aiman menjelaskan nilai dasar yang ia pegang sampai saat ini. “Pak Jakob itu sosok yang tinggi menjulang seperti menara. Beliau sudah sukses membentuk Intisari, Kompas, dan usaha-usaha yang lain.” ucapnya. Sebagai seorang pemimpin, Jakob Oetama mencetak pemimpin yang lebih besar “Bisakah kita sebagai mengikuti jejak Pak Jakob sebagai perintis, tetapi juga melanggengkan yang ada?”
Menurut Aiman, ada dua hal yang bertentangan dengan era Jakob Oetama yaitu pragmatis dan keinginan instan. Walaupun zaman kita berbeda dengan Jakob Oetama, tantangan pasti ada dan tidak mudah seperti revolusi 4.0 dan disrupsi digital yang mendominasi, nilai warisan yang harus ditanamkan dari Jakob Oetama adalah sikap rendah hati, memiliki falsafah humanisme transendental, profesionalitas, bersyukur, dan mengembangkan intuisi intelektual. Belajar dari Jakob Oetama bahwa sosok pemimpin yang sukses tidak menciptakan pengikut, tetapi menciptakan pemimpin lain yang lebih hebat dan memiliki semangat kolaborasi diharapkan dengan sikap legowo, kolaboratif, dan berorientasi pada solusi.
by Velia Hana Chandra Halim – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id