Shanghai Memory: Sebuah Pengalaman yang Menarik dan Berkesan
April 13, 2015Banjir Antarkan Samuel dan Marcella ke Final CHIuXID 2015
April 14, 2015Berdasarkan tragedi Yohana Veronika Mole, seorang gadis Flores yang mengakhiri hidupnya dengan melompat ke danau Kelimutu setahun yang lalu, dua mahasiswa-mahasiswi jurusan Sinematografi 2011 ini mengabadikan kisahnya dalam sebuah film dokumenter berjudul ‘Jalan Pulang’ dan berhasil menyabet penghargaan sebagai film dokumenter pendek terbaik mahasiswa, Malang Film Festival yang ke 11, 2-4 April 2015.
‘Jalan Pulang’ menceritakan tentang kenangan pahit Yuliana akan kematian putrinya, Yohana Veronika Mole (Vera) yang bunuh diri pada 26 Februari 2014 dengan cara melompat ke danau Kelimutu, Flores. Wanita lanjut usia tersebut mengingat kembali peristiwa tersebut melalui foto almarhumah, video rekaman pengangkatan jenazah anaknya serta rekaman ritual adat (Keo’Rado).
Bagi orang Flores, kematian wajar dan tidak wajar memiliki upacara adat yang berbeda. Pada kematian tidak wajar seperti pada kasus Yohana Veronika Mole, upacara yang dilakukan ialah Keo’rado. Upacara tersebut sangat sakral, tidak sembarang orang yang berani mengikuti upacara tersebut. Apabila upacara sedang berlangsung, tidak boleh ada sedikitpun suara atau keributan, termasuk hewan pun tidak ada yang berani bersuara. Yang diperbolehkan bersuara hanya pemimpin dan anggota upacara.
“Upacara itu sangat ditakuti oleh masyarakat setempat sehingga tidak ada yang berani membahas mengenai masalah ini. Itulah yang membuat kami selaku pembuat film penasaran sebenarnya bagaimana proses upacara tersebut dan apa yang sebenarnya membuat semua masyarakat bungkam,” tutur Ignasius Loyola, sang sutradara yang sekaligus merangkap sebagai DOP dan Editor.
Dengan keingintahuan tersebut, Ia dan rekannya, Angellin Wijaya (Produser, DOP, Scripwriter), terbang ke tanah Flores untuk menggali lebih jauh lagi mengenai kasus tersebut. Pemilihan Vera sebagai objek dari film ini karena jenazahnya merupakan satu-satunya yang dapat dievakuasi dari sekian banyak yang meninggal di danau tersebut. Jenazah yang lain biasanya selalu lenyap entah ke mana.
Proses riset, shooting dan editing dilakukan dalam waktu hamper 8 bulan. Mereka harus terlebih dulu melakukan pendekatan terhadap Yuliana dengan tinggal bersamanya selama beberapa bulan. “Setiap hari kami membantunya dan mengajaknya berbincang-bincang. Setelah kami melihat bahwa Yuliana merasa nyaman terhadap kami, barulah kami berani mengarahkan pembicaraan mengenai anaknya. Bagaimana kehidupan Vera sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri dan kira-kira apa penyebabnya,” tukas Ino—sapaan Ignasius—lebih lanjut.
Mereka juga berusaha untuk mencari dokumentasi upacara kematian Vera agar informasinya semakin kuat. “Menurut rumor yang beredar, upacara kematian Vera diabadikan dalam bentuk video, tapi semua orang berkata bahwa tidak ada yang tau dimana DVD tersebut dan siapa yang merekamnya. Akhirnya kami putus asa dan memutuskan untuk pulang ke Jakarta, namun ibu Yuliana tiba-tiba memberikan video upacara kematian Vera tanpa mengatakan apa-apa saat memberikannya,” tambah Ino.
Setelah melewati tantangan seperti melakukan pendekatan dengan masyarakat beda suku dan budaya, akhirnya tercipta sebuah dokumenter pendek ‘Jalan Pulang’. Jalan cerita yang kuat itu juga yang membuat karya ini berhasil mengalahkan film-film nominasi lainnya di kategori film dokumenter mahasiswa di Malang Film Festival ke 11 tersebut. Kemenangan tersebut menjadi suatu motivasi tersendiri bagi mereka untuk menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari. (*)
Salah satu teaser Jalan Pulang :
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika | Sistem Informasi | Sistem Komputer | Akuntansi | Manajemen| Ilmu Komunikasi | Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id