DQLab UMN X Codex : Mengenal Data Science Melalui MINDSIGHT Bootcamp 2021
November 18, 2021Webinar Studi Humaniora UMN Beri Literasi ke Mahasiswa UMN tentang Bahayanya Narkotika
November 22, 2021TANGERANG – Disrupsi teknologi digital telah memaksa terjadinya konvergensi jurnalisme supaya dapat beradaptasi dan bertahan hidup. Di era konvergensi ini, jurnalis pun dituntut untuk memiliki keterampilan yang multimedia. Inilah yang disampaikan oleh Michael O’Connell dalam webinar “Convergence Journalism in the U.S. Media Landscape” pada Rabu malam (17/11/21). Acara ini pun dipandu oleh Dosen Prodi Jurnalistik dan Program Pascasarjana Komunikasi UMN, Camelia Pasandaran.
Menurut Michael O’Connell keterampilan multimedia itu dapat mencakup segala aspek pengoperasian media digital. Misalnya, kemampuan menulis di situs daring, mengambil video, menyunting video, melakukan siaran langsung di media sosial, dan lain sebagainya. Selain itu, ia juga menyebut pentingnya keterampilan tentang memahami apa yang diinginkan oleh audiens. Meskipun demikian, O’Connell juga kembali menekankan untuk tidak melupakan esensi dari etika jurnalisme itu sendiri.
“Ini yang membedakan jurnalis dengan orang-orang yang mengunggah video di TikTok. Mereka melihat etika ini dan terus mengeluarkan berita yang jujur dan nyata dalam pelaporannya. Keterampilan teknis itu penting, tetapi etika pelaporan berita juga penting,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Michael O’Connell juga menceritakan perubahan yang tengah dihadapi oleh pers di Amerika Serikat akibat disrupsi teknologi. Ia mengatakan perubahan ini sangat berdampak ke media cetak yang harus menemukan cara untuk tetap mempertahankan bisnisnya di era digitalisasi ini. Salah satu penyebab hal ini terjadi misalnya karena pengiklan yang juga telah banyak beralih ke platform digital. Dengan demikian, media cetak pun harus mencari cara baru untuk menghasilkan pendapatannya.
Baca juga Workshop Commpress : Menelisik Gaya Baru Produk Jurnalistik dalam VIK
Sebenarnya hal tersebut tidak hanya terjadi di Amerika Serikat. Camelia Pasandaran juga mengungkapkan bahwa disrupsi teknologi itu turut menciptakan tantangan baru untuk iklim pers di Indonesia. Tidak hanya tantangan menemukan sumber pendapatan selain dari iklan, tetapi juga tentang kualitas konten itu sendiri.
“Tantangan yang dihadapi pers adalah menemukan formula untuk membuat konten yang menarik bagi khalayak, tetapi juga bermanfaat bagi mereka. Tidak semata mengikuti selera pasar,” ungkap Camelia saat dihubungi melalui pesan elektronik pada Kamis (18/11/21).
Dari konvergensi jurnalisme ini, Camelia pun menekankan bahwa keterampilan beradaptasi menjadi sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh pekerja media. Menurutnya, keterampilan ini juga harus mulai diasah oleh mahasiswa jurnalistik yang akan terjun ke industri media. Terkait itu, Program Studi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara juga telah memfokuskan pembelajarannya untuk menghasilkan lulusan dengan keterampilan multimedia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran juga ditunjang dengan teknologi yang memadai.