Baru Semester 1, Mahasiswa Manajemen UMN Jadi Juara 2 Kompetisi Saham Tingkat Nasional
Oktober 30, 2017CONMEDIA 2017 & ICON-SONICS 2017: Berikan Kontribusi Bagi Perkembangan Pembangunan Indonesia
November 8, 2017Seringkali kita mendengar cerita bahwa seseorang menjalani pekerjaannya hanya untuk sekadar mendapat gaji besar dan fasilitas yang menyenangkan walaupun pada kenyataannya dia tidak menyukai apa yang dilakukan. Alhasil, pekerjaan tersebut lambat laun menjadi hanya sekadar rutinitas bahkan bisa menghabiskan kreativitas yang tadinya dimiliki. Lantas, apakah hidup sesuai dengan passion layak untuk diperjuangkan walaupun passion tersebut sepertinya tidak terlihat akan memberikan penghasilan dan fasilitas seperti yang ditawarkan pekerjaan yang sekarang dilakukan?
Hal inilah yang dirasakan oleh Ufa Shofura, seorang koreografer profesional ternama Indonesia. Dalam acara #PAssionAku yang digagas oleh Loop dan Gramedia ini, Ufa menceritakan pengalamannya kepada mahasiswa UMN bagaimana ia kemudian bisa menjalani passionnya sebagai koreografer dan sukses di sana. Sebelum menseriusi dunia tari, Ufa bekerja sebagai seorang karyawan. Namun pada kenyataannya, Ufa tidak menyukai hal tersebut. Ia ingin terjun ke dunia tari dan menseriusinya sebagai pekerjaan tetap.
(Baca juga: Asah Passion Bisnismu Bersama Skystar Ventures)
Ufa bercerita keinginannya ini mendapat tentangan dari orang tuanya terutama sang ayah. “Kita sendiri tahu bahwa penari memiliki stigma negatif di masyarakat. Profesi ini dipandang sebelah mata. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, saya bisa membuktikan kalau melalui profesi ini saya bisa berprestasi,” katanya.
Keberhasilannya hingga kini bukan tanpa perjuangan. Ia mengakui, jika hanya mengandalkan bakat semata mungkin dirinya tidak akan sampai titik ini. “Dari penghasilan didapat dari menari, saya inventasikan lagi ke berbagai training. Training ini kemudian menambah kemampuan menari saya. Akhirnya saya bisa mengikuti berbagai kontes dan dari kontes-kontes inilah saya mendapat channel dan networking untuk mengajar di berbagai studio tari,” ceritanya.
Tak hanya itu, Ufa juga mengakui dulu ia bisa intensif belajar menari setiap harinya selama 10 jam. Sekarang pun ia bisa mengajar dari pagi hingga malam. Menurutnya, percuma mengejar passion namun malas. Butuh yang namanya kerja keras untuk menjadi seseorang yang sukses dalam menjalani passionnya.
“Orang yang punya bakat tapi malas bisa dikejar oleh orang yang mungkin bakatnya pas tapi rajin. Namun, kalau orang tersebut memang memiliki bakat dan juga rajin untuk berlatih, saya yakin nanti dia akan jadi seseorang yang sukses,”ungkapnya.
Selain Ufa, kegiatan #PassionAku juga menghadirkan pembicara lain, Hilbram Dunar seorang presenter sekaligus public speaker. Acara ini berlangsung di Lecture Theater UMN pada Selasa (31/10).(*)
by Grace Natali – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id