TANGERANG – Film dokumenter “Ojek Lusi” garapan mahasiswa program studi (prodi) Film dan Televisi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang tergabung dalam tim “Hore Besok Libur” kembali menoreh prestasi. Setelah meraih kemenangan di Festival Film Puskat 2017 dan Festival Film Dokumenter (FFD) 2017, kini “Ojek Lusi” menangkan Malang Film Festival 2018 kategori Film Dokumenter Terbaik di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 4-7 April 2018.
Winner Wijaya selaku Sutradara tim “Hore Besok Libur” mengungkapkan bahwa ia dan timnya tidak pernah memasang target untuk memenangkan perlombaan dalam menciptakan suatu film.
“Kami tidak pernah membuat film dengan tujuan untuk memenangkan perlombaan. Karena film-film yang hanya dibuat untuk memenangkan suatu lomba atau festival hasilnya tidak memiliki identitas sendiri, hanya mengikuti selera juri atau apa yang menurut orang lain bagus. Kami membuat film yang menurut kami sendiri baik dan penting,” ungkap Winner.
Menurut Winner, film yang baik adalah film yang dapat membuat penontonnya berpikir dan menghadirkan sudut pandang yang baru. Ia menjelaskan bahwa kemenangan yang diraih oleh film “Ojek Lusi” disebabkan oleh fokus cerita yang baik.
“Menurut juri yang kami ajak diskusi, film Ojek Lusi tidak mengeksploitasi kesedihan dengan menghadirkan tangisan-tangisan yang tidak perlu. Selain itu, kami memiliki fokus cerita yang baik. Beberapa film lain terkesan buru-buru, dikejar deadline, makanya cerita terkesan tidak selesai dan tidak memiliki fokus,” jelas Winner.
Selain fokus cerita, keunikan dari perspektif film dan segi humanitas juga menjadi faktor kuat dalam kemenangan ini.
“Film kami menghadirkan sudut pandang yang baru terhadap peserta-peserta yang tidak menang. Kami bukan ingin mengeksploitasi kesedihan mereka (korban Lumpur Lapindo), tetapi ingin menjadikan film ini sebagai empowerment bagi mereka. Kami ingin menunjukan bahwa mereka itu sama seperti kita semua. Sama–sama suka bercanda, memiliki hobi, memiliki teman dan keluarga, sehingga penonton mudah berempati dengan subjek film ini,” lanjutnya.
Baca juga: Ojek Lusi: Tugas Kuliah yang Raih Prestasi Tingkat Nasional
Kemenangan tim “Hore Besok Libur” tidak terlepas dari peran serta orang-orang sekitar mereka yang menginspirasi dalam pembuatan konten film “Ojek Lusi”.
“Tentunya bimbingan dosen kami, Mas Yosep Anggi Noen sangat berpengaruh dan para narasumber dalam film kami, yaitu tukang ojek di atas tanggul Lumpur Lapindo. Karena kami tidak banyak merencanakan akan seperti apa hasil film ini, tetapi lebih banyak mengikuti keinginan dan apa yang ingin mereka (tukang ojek) suarakan,” tutupnya.
Baca juga: Yosep Anggi Noen Imbau Sineas Tak Malu Gunakan Bahasa Daerah
“Ojek Lusi” merupakan film garapan mahasiswa UMN yang tergabung dalam tim “Hore Besok Libur” dengan beranggotakan Winner Wijaya selaku Sutradara, Antonius Willson selaku Produser, Cornelius Kurnia selaku Sound mixing and recording, Ando Loekito selaku Music Scoring, dan Yosep Anggi Noen selaku Dosen Pembimbing.
“Ojek Lusi” menceritakan kehidupan masyarakat Sidoarjo setelah terkena tragedi Lumpur Sidoarjo yang menenggelamkan 16 desa di 3 kecamatan. Lokasi tragedi tersebut justru dijadikan “tempat wisata” dan mendorong masyarakat untuk memiliki profesi baru, yakni tukang ojek sekaligus tour guide. (*/CRA)
*by Yoga Senjaya Putra – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id