Hal yang Harus Dihindari Saat Kuliah Sebagai Mahasiswa Baru
November 17, 20225 Tips & Trik yang Bisa Membantumu Jadi Mahasiswa Aktif
November 18, 2022(Dok. Bagus BT Saragih)
TANGERANG – Pada program studi Jurnalistik kelas Global Media Universitas Multimedia Nusantara (UMN), mahasiswa dituntut untuk melihat dan memahami jurnalisme secara global. Di era globalisasi dan dunia yang semakin digital, mahasiswa Jurnalistik UMN diajar untuk mengetahui isu yang terjadi dan praktik media di berbagai belahan dunia.
Di kesempatan yang spesial pada Rabu (26/10/22), kelas Global Media— sebelumnya Global Journalism yang diampu oleh dosen Jurnalistik UMN, Sita Winiawati Dewi mengundang Bagus Budi Tama Saragih, ST., MLitt., jurnalis Agence France-Presse (AFP). Bagus diketahui meliput perang antara Rusia dan Ukraina pada Juni 2022 di Ukraina. Bagus menghadiri kelas Global Media secara on-site untuk berbagi pengalamannya.
Bagus BT Saragih berbagi pengalamannya meliput di Ukraina kepada kelas Global Media – Jurnalistik UMN. (Dok. Sita Winiawati Dewi)
“Di kelas Global Media kami banyak membedah bagaimana media membingkai satu peristiwa yang memiliki dampak global. Dan semua itu dipengaruhi banyak hal, termasuk sejarah, sistem politik, geopolitik, dll. Jadi Bagus ini kan meliput perang Ukraina untuk kantor berita global, audiens nya juga global,” jelas Sita saat diwawancara.
Mahasiswa kelas Global Media belajar langsung pengalaman jurnalis Indonesia, Bagus, meliput perang Ukraina. Bagus menceritakan apa yang dia lihat, alami, dan bagaimana dia memilih berita dan cerita untuk dilaporkan. Dari pengalaman Bagus, mahasiswa juga belajar bagaimana seorang jurnalis dapat mempersiapkan diri ketika bekerja di daerah konflik.
Jurnalis Meliput Konflik: Utamakan Keselamatan, Empati Kepada Masyarakat, dan Seimbangkan Adegan Manusia & Perang
Keadaan di Lysychansk, diambil saat Bagus dengan timnya meliput di Ukraina pada Juni 2022. (Dok. Bagus BT Saragih)
Perang antara Rusia dan Ukraina ini salah satu berita global yang terpenting di tahun 2022, tulis Human Rights First. Berbagai tim jurnalis internasional, seperti Bagus dan timnya dengan AFP, memberitakan serangan Rusia terhadap warga sipil, mobilisasi dan perlawanan Ukraina, dan kejahatan perang.
Saat meliput isu yang besar seperti perang, penting bagi jurnalis untuk mengetahui skill keselamatan dan cara etis meliput perang. Selain itu, mereka juga harus memastikan bahwa beritanya tidak sensasional dan menimbulkan konflik lainnya. Baca artikel ini oleh Columbia Journalism Review (CJR) yang membahas mengenai bias dan rasisme pada pemberitaan perang di Ukraina.
Bagus sudah bekerja menjadi jurnalis sejak 2007 di Media Indonesia dan The Jakarta Post. Ia akhirnya menjadi jurnalis AFP di tahun 2017 hingga saat ini. Bagus juga memiliki pengalaman liputan yang beragam, beberapa pengalamannya: menjadi wartawan istana negara, meliput KTT APEC, tsunami Palu, konflik Ukraina, hingga tragedi stadion Kanjuruhan.
Ditambah pengalaman bertahun-tahun Bagus yang beragam, ia bercerita bahwa untuk bisa meliput dan menembus Ukraina, ia harus mendapatkan akreditasi militer Ukraina, Visa Schengen dan Ukraina, asuransi, Hostile Environment Training, juga training online dan on-site.
Bagus BT Saragih membagikan momen bahaya yang dia alami pada saat meliput di Ukraina. (Dok. Bagus BT Saragih)
Mengutip United Nations, saat meliput konflik terutama perang, jurnalis akan menghadapi sejumlah besar tantangan di lapangan: bahaya terhadap keamanan pribadi, memenuhi kebutuhan fisik dasar mereka, dan beroperasi dalam lingkungan informasi yang sangat kompleks. Karena itulah, preparasi dan pelatihan yang cukup dan benar sangat penting. Perang ini telah merenggut ribuan nyawa, dan nyawa tersebut termasuk jurnalis.
“Jika jurnalis berkerumun di lokasi serangan berbaur dengan warga sipil dan militer Ukraina, atau jika mereka tinggal terlalu lama di satu tempat, mereka menjadi sasaran potensial artileri dan penembak jitu Rusia. Fotografer dan videografer sangat rentan karena mereka harus mengambil gambar dari dekat,” tulis Nieman Reports.
Bagus juga berpesan bahwa stres yang akan dialami saat meliput perang tentunya akan tinggi dengan konflik yang terjadi. Oleh karena itu, jurnalis harus siap secara fisik dan mental, juga selalu berhati-hati untuk tidak menjadi terlalu berani dan pede (overconfidence). Kepedean dibutuhkan, tapi kepedean yang berlebihan dapat membuat kita menjadi tidak was-was dan membahayakan diri sendiri dan sekitar.
“Safety first, above everything,” ucap Bagus. Saat meliput keadaan perang seperti perang antara Rusia dan Ukraina ini, jurnalis harus menaruh keselamatan di prioritas pertama.
Interaksi mengharukan Bagus dan tim dengan warga dan prajurit Ukraina. (Dok. Bagus BT Saragih)
Bagus dalam presentasinya membagikan berbagai interaksi dan momen pada saat ia meliput di Ukraina. Ia membagikan gambar-gambar kota dengan gedung-gedung yang hancur, interaksi dengan warga dan prajurit Ukraina, dan keadaan timnya saat meliput.
Walau tergoda untuk hanya mendokumentasi dan menyebarkan informasi dan foto perang, pastikan untuk seimbangkan liputan dengan aspek-aspek kemanusiaan. Di tengah perang pun, berbagai momen yang positif dapat terjadi. Penting juga untuk meliput dengan rasa hormat dan empati terhadap warga dan prajurit.
Peliputan tentang perang tidak selalu harus menyoroti pertukaran serangan api. (Dok. Bagus BT Saragih)
Sedihnya, ditengah menghadapi perang Rusia dengan Ukraina, terjadi juga perang disinformasi dan misinformasi. Berbagai foto & video yang dimanipulasi, pernyataan palsu, dan propaganda melanda media sosial terkait perang ini. Hoaks tidak hanya dapat memperburuk perang, tapi juga menimbulkan perang baru.
Oleh karena itu, Bagus juga berpesan bahwa jurnalis dan publik akan menghadapi banyak berita hoaks dan informasi yang dilebih-lebihkan. Jurnalis harus mencari dan mendapatkan informasi sebanyak dan seakurat mungkin (be well informed) agar tidak memiliki informasi yang salah.
Foto bersama kelas Global Media dengan Bagus BT Saragih. (Dok. Sita Winiawati Dewi)
“Saya senang melihat antusiasme mahasiswa di kelas, bahkan ada yang sampai minta foto bareng dengan Bang Bagus. Saya berharap idealisme dan semangat Bang Bagus menular kepada mahasiswa calon-calon jurnalis ini,” tutup Sita.
By Levina Chrestella Theodora
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual| Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id