Berangkat dari Fenomena Sekitar, Film “Semesta” karya Mahasiswa Film dan Animasi UMN Raih Penghargaan Nasional
Juni 28, 2023Fun Fact Jurusan Teknik Informatika, Sering Disangka Jadi Teknisi IT
Juni 30, 2023TANGERANG – Dua film pendek mahasiswa dan alumni Universitas Multimedia Nusantara berhasil masuk festival film berskala internasional, yaitu Minikino Week 9 yang akan berlangsung di Bali, pada 15-23 September mendatang (28/06/2023). Film pendek pertama berjudul Burning Blue, sedangkan karya kedua berjudul I Saw A Ghost, and It Was Beautiful.
Ezra Cecio, Garry Christian, dan Michael Rainheart merupakan mahasiswa UMN program studi film Angkatan 2019. Ezra sebagai director dan writer, Garry selaku writer, dan Michael produser dari film pendek berjudul Burning Blue (2023).
Awalnya Garry menyarankan Burning Blue sebagai judul film tersebut karena mempertimbangkan dua hal yang kontradiktif, seperti pengaruh air dari warna biru yang kuat disandingkan dengan kata burning yang sejatinya tidak akan bisa menyatu. Namun, dua kata tersebut menggambarkan perasaan karakter utama yang menginginkan kebebasan dalam hidupnya.
Elemen air dan api tidak dapat menyatu karena memiliki karakteristik yang sama-sama dominan. Sulit untuk didefinisikan, tetapi dapat dirasakan. Pemahaman tersebut digunakan untuk mempresentasikan karakter utama dengan pola pikir yang kompleks dalam film pendek tersebut.
Ezra mengatakan, “Singkatnya, ceritanya tentang seorang perempuan muda yang dipaksa oleh ayahnya untuk menjadi seorang atlet.”
Tokoh utama dalam film ini merupakan seorang perempuan yang putus asa karena dipaksa untuk mengikuti mimpi sang ayah. Film pendek Burning Blue ini ingin memberi perspektif baru tentang kondisi anak yang tidak pernah didengarkan dan memperjuangkan hak setiap individu untuk bebas memilih jalan hidup masing-masing.
“Bahwasanya kita ini adalah subjek yang utuh, bukan hanya objek yang dibentuk oleh generasi sebelum kita,” tutur Ezra.
Film pendek berdurasi 13 menit 50 detik ini merupakan karya yang diproduksi untuk memenuhi proyek independen MBKM. Tim produksi Burning Blue telah mengerjakannya mulai dari awal Januari tahun lalu. Secara keseluruhan, proses development story memakan waktu kurang lebih empat bulan.
Burning Blue menjadi film ketiga Michael yang berkolaborasi dengan Ezra, termasuk film pendek sebelumnya berjudul Sunday (2022) yang telah tayang di Jogja-NETPAC Asian Film Festival dan dikuratori untuk masuk dalam nominasi Festival Film Indonesia.
Michael menjelaskan bahwa untuk menentukan sudut pandang pemeran utama perempuan, tim produksi melewati sejumlah diskusi dengan dosen dan teman-teman filmmaker lain dari internal dan eksternal UMN untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas.
“Bahkan, kita punya salah satu editor juga perempuan supaya kita make sure nggak ngeliat filmnya nih benar-benar dari perspektif kita sebagai laki-laki,” kata Michael.
Berbagai diskusi dilakukan sehingga karakter perempuan dalam film tersebut dapat dihadirkan dengan penuh rasa hormat. Meskipun demikian, inti dari film tersebut adalah tentang anak muda.
“Walaupun karakter utama dalam film merupakan seorang perempuan, namun, kami tidak ingin jatuh ke dalam labirin stereotipe akan sifat-sifat perempuan yang seringkali tidak benar dan hanya berdasar pada praduga belaka,” tambah Garry.
Garry juga menjelaskan bahwa dalam proses penulisan naskah film pendek tersebut, tim penulis bukan menekankan gender karakter utama tersebut, melainkan lebih memfokuskan perasaan sang tokoh utama sebagai seorang manusia.
“Perasaan manusia itu universal, itulah juga mengapa kita bisa memahami dan menikmati film dari belahan dunia manapun, karena konflik dan perasaan yang dialami karakter dalam film tersebut dapat dirasakan oleh semua orang dari berbagai belahan dunia,” jelas Garry.
Pada akhirnya, film ini menekankan bagaimana hubungan anak dengan orang tua dalam berdinamika.
Film pendek berikutnya yang masuk dalam festival Minikino Week 9, berjudul I Saw a Ghost, and It Was Beautiful.
Bobby Fernando, alumni program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) UMN Angkatan 2013, berperan sebagai director, writer, dan co-animator dalam produksi film I Saw a Ghost, and It Was Beautiful (2023).
“I Saw a Ghost, and It Was Beautiful, menceritakan tentang hari biasa seorang agen property yang tiba-tiba berubah menjadi runtutan peristiwa surealistis yang mungkin terkait dengan kasus menghilangnya penyewa kamar dari properti yang dia urus tersebut,” kata Bobby.
Bobby juga menyampaikan bahwa proses pembuatan film direncanakan selesai dalam satu tahun, tetapi tertunda menjadi satu setengah tahun lantaran faktor pandemi Covid-19. Setelah film tersebut berhasil diproduksi, segenap tim memasukkan film tersebut untuk didistribusikan dalam berbagai festival film, salah satunya Minikino Week 9.
Selain Minikino, film I See a Ghost, and It Was Beautiful juga terpilih menjadi official selection di Neuchâtel International Fantastic Film Festival (NIFFF) yang diselenggarakan di Swiss, mulai dari 30 Juni-8 Juli 2023.
Proyek independen MBKM menjadi program khusus yang dapat meningkatkan prestasi mahasiswa, sekaligus menjadi bekal portofolio melalui keikutsertaan karya pada berbagai ajang festival.
By Sherlina Purnamasari – UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id