Universitas Multimedia Nusantara Gelar Kuliah Tamu: Strategi Negosiasi dan Komunikasi Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa
September 13, 2024Mahasiswa Manajemen UMN Bikin Bisnis “Svstain” nan Sustainable, Lolos Seleksi Nasional KMI Expo XV 2024
September 17, 2024UMN ECO 2024 menyelenggarakan talkshow Alta’s Planet: Plastik vs Biota: Siapa yang Menang? di Lecture Theatre UMN pada Jumat (13/9/24).
(Dok. Marketing Communication UMN)TANGERANG – “Kami percaya ada karma kolektif. Kalau niatnya buruk buang sampah, akan ada karma yang buruk yang berdampak pada kehidupan kita di masa yang mendatang,” kata Head of External Relation Yayasan Tzu Chi Indonesia Andry dalam talkshow UMN ECO 2024 “Alta’s Planet: Plastik vs Biota: Siapa yang Menang?” pada Jumat (13/9/24).
Senada dengan Andry, Founder dan COO of Seasoldier Foundation Dinni Septianingrum turut mengamini “hukum tabur tuai” tersebut. Ia mempercayai bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam kehidupan itu pasti akan menghasilkan sesuatu, termasuk saat manusia mencemari lingkungan.
Menurut Dinni, masalah sampah di laut tak hanya berdampak buruk pada biota, tetapi juga manusia. Bahkan, di dalam penelitian terbaru, Dinni menyebut mikroplastik dan nanoplastik sudah ditemukan di darah manusia yang tinggal di Indonesia.
“Karena ada yang namanya rantai makanan. Ini mengganggu sistem rantai makanan, sedangkan laut itu puncak dari ekosistem kita. Puncak dari berkehidupan kita. Di sanalah, ketika itu terganggu yang notabenenya Indonesia negara kepualan dan bahari. Lebih dari 40 persen makanan kita di laut sudah ada mikroplastik dan nanoplastik. Dimakan ikan-ikan dan biota laut dan berbalik ke kita,” kata Dinni.
Berdasarkan data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah China. Permasalahan yang telah berlarut selama bertahun-tahun itu seakan menciptakan paradoks. Indonesia merupakan negara kepualan terbesar di dunia dengan 70% wilayahnya adalah lautan. Namun, berjuta-juta ton sampah plastik yang tidak dikelola di Indonesia justru sebagian besar berakhir ke laut.
Project Manager Plastic Smart Cities WWF Indonesia Sekti Mulatsih yang turut hadir dalam talkshow UMN ECO 2024 itu menyebut beberapa faktor di balik masalah sampah yang tak kunjung usai. Mulai dari kurangnya kesadaran dan pemahaman soal pengelolaan sampah, hingga lemahnya penegakan hukum di Indonesia.
“Kita cuma diajari jangan buang sampah sembarangan. Padahal, faktanya bukan itu, tapi buanglah sampah sesuai jenisnya,” kata Sekti.
Andry mengatakan edukasi terus-menerus terkait permasalahan ini amatlah penting untuk membentuk kesadaran masyarakat sehingga menjadi manusia yang bijak. Dinni dan Sekti juga menekankan pentingnya kesadaran masing-masing individu untuk memerangi masalah ini.
“Manusia itu yang paling menakutkan. Jadi, semua tentang pilihan, mau jadi manusia yang merusak atau melindungi,” kata Dinni.
Sebagai upaya awal meningkatkan kesadaran soal masalah ini, Universitas Multimedia Nusantara Earth Caring Operation (UMN ECO) menyelenggarakan talkshow Alta’s Planet: Plastik vs Biota: Siapa yang Menang? di Lecture Theatre UMN pada pekan lalu.
Acara ini dipandu oleh Miss Earth Indonesia 2019 Cinthia Karani. Talkshow yang rutin diselenggarakan UMN ECO setiap tahunnya untuk kali ini mengundang tiga narasumber, yakni Head of External Relation Yayasan Tzu Chi Indonesia Andry, Founder dan COO of Seasoldier Foundation Dinni Septianingrum, dan Project Manager Plastic Smart Cities WWF Indonesia Sekti Mulatsih. Melalui acara UMN ECO 2024, mahasiswa UMN diharapkan mampu menjadi agen perubahan untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.
Sejak awal didirikan pada 2006, UMN memang telah berkomitmen menjadi kampus hijau dan hemat energi. Komitmen UMN untuk mewujudkan kampus hijau pun tak hanya berfokus pada bangunannya dan lingkungannya saja. UMN mengintegrasikan antara berbagai aktivitas akademis dan konsep keberlanjutan (sustainability) sebagai fondasi untuk mewujudkan keberlanjutan.
Pada akhir tahun 2023 lalu, Universitas Multimedia Nusantara meraih peringkat ke-146 dari 1.183 universitas seluruh dunia dalam UI GreenMetric World University Rankings 2023. Peringkat ini meningkat dari tahun 2022 di urutan ke-148 dari 1.050 universitas global.
Dari sisi akademis, mahasiswa UMN juga acapkali menorehkan prestasi terkait sustainability, baik di tingkat nasional dan internasional. Mulai dari menciptakan proyek wirausaha yang berkelanjutan, proyek jurnalisme lingkungan, hingga memenangkan kompetisi desain yang mengusung sustainability.
By Melinda Chang | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id