Walibu Terpilih Menjadi Duta #AtasiKesenjangan di Indonesia Development Forum 2018
Juli 3, 2018Menghadapi Remaja Zaman Now, Rafael Berbagi Tips
Juli 16, 2018JAKARTA, 13/7/2018 – Besarnya jumlah data yang beredar di era informasi, membuat data memiliki peranan yang penting. Seiring dengan makin pentingnya peranan data dalam berbagai aspek, kebutuhan akan SDM yang handal untuk menganalisis data pun semakin meningkat. Sayangnya, meski permintaan tinggi, Indonesia dinilai masih kekurangan tenaga data scientist.
Baca juga: Kebutuhan Profesi Pengolah “Big Data” Meningkat Tajam, Tertarik?
Wakil Rektor Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Andrey Andoko mengungkapkan bahwa adanya gap antara kebutuhan dan ketersediaan SDM data scientist dikarenakan kebutuhannya besar, namun institusi-institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga tersebut masih langka.
“Ada yang menyatakan bahwa data is the new oil. Data menjadi sebuah harta karun yang nilainya luar biasa, karena dapat diolah dan didapatkan berbagai macam informasi yang sangat berguna untuk mendukung bisnis. Banyak perusahaan mencari ahli yang dapat mengolah data. Karena kebutuhannya besar, sementara institusi-institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga ini masih langka, sehingga ada gap antara kebutuhan dan ketersediaan SDM,” ungkap Andrey dalam acara Halal Bihalal UMN bersama rekan-rekan media di Jakarta pada Jumat (13/7/18).
Melihat adanya gap tersebut, UMN melakukan beberapa terobosan, salah satunya dengan membuka peminatan big data analytics.
“Melihat adanya gap kebutuhan dan tren ke depan akan meningkatnya kebutuhan data scientist, UMN menyikapinya dengan membuka peminatan big data analytics di program studi Sistem Informasi. Diharapkan lulusannya dapat terjun sebagai seorang data scientist dan bisa berkontribusi bagi perusahaan tempatnya bekerja,” lanjut Andrey.
Pada kesempatan yang sama, dosen program studi Sistem Informasi UMN Wira Munggana mengatakan bahwa kurikulum UMN sudah dirancang untuk dapat mencetak lulusan-lulusan yang memiliki kompetensi di bidang analisis big data.
“Kami sudah merancang kurikulum yang komprehensif, mulai dari penyiapan dan pembersihan data, pembangunan data warehouse, sampai dengan analisis dan visualisasi data untuk menjawab tantangan di dunia bisnis. Bahkan secara khusus, kami membuka peminatan di bidang Big Data Analytics,” kata Wira.
Tersedia juga Lab Big Data untuk melakukan pengujian modul-modul Lab mata kuliah terkait analisis data, riset mahasiswa dan dosen dalam bidang analisis data. Di dalamnya, terdapat PC dan iMac dengan spesifikasi tinggi, server untuk melakukan pengolahan data yang berukuran besar dan layar-layar LED besar untuk menampilkan visualisasi (dashboard) data.
Selain itu, program studi Sistem Informasi UMN juga melakukan link and match dengan dunia industri. “Kami mendatangkan praktisi-praktisi analis data sebagai pengajar dan konsultan kurikulum, serta melakukan MoU (Memorandum of Understanding) dengan institusi internasional di bidang data science yaitu Cloudera,” lanjut Wira.
Terobosan lain yang dilakukan oleh UMN adalah melalui tech incubator-nya, Skystar Ventures yang membuat program belajar Big Data bernama DQLab. Program ini merupakan inisiasi Skystar Ventures dengan PHI Integrations sebagai salah satu konsultan big data yang berpengalaman lebih dari 15 tahun dalam melakukan pemodelan dan pengolahan data.
Program Manager Skystar Ventures UMN Yovita Surianto menjelaskan bahwa program DQLab dibuat secara praktikal dan aplikatif yang memang dekat dengan industri. Program ini berlangsung selama 6 bulan dan berbasis project secara online dengan lebih dari 300 komunitas praktisi industri dan data. Harapannya, peserta DQLab dapat memiliki jenjang karier yang cerah.
“Salah satu visi kita adalah bisa empowering data science di Indonesia. Dengan harapan, peserta yang belajar di DQLab dapat memiliki jenjang karier yang cerah, baik sebagai data analyst atau data scientist, dan dapat memberikan impact ke tempat mereka bekerja atau bisnis yang mereka jalankan,” jelas Yovita.
Setelah melewati 3x usability testing, program DQLab yang diluncurkan 2 bulan lalu, sudah memiliki 300 peserta dari berbagai kalangan dan negara.
“Selama 2 bulan berjalan, peserta DQLab 60% berasal dari kalangan professional, seperti manager, IT, akuntan, auditor. Sedangkan, 30% dari kalangan pelajar -mahasiswa dan SMA- dan 10% lagi dari kalangan akademisi seperti dosen. Tidak hanya di Indonesia, kita juga punya peserta yang berasal dari Saudi Arabia dan Vietnam,” tutup Yovita.
DQLab adalah program pembelajaran Data Science berbasis project yang dirancang oleh praktisi Industri, dengan menggunakan studi kasus dan dataset yang secara langsung dapat diterapkan untuk kebutuhan Industri. Di sini, para peserta akan diajarkan kompetensi 3 bidang fundamental, yaitu statistika, bahasa pemrograman dan konteks bisnis variatif. Program DQLab dapat diikuti oleh semua kalangan dengan sistem membership selama 6 bulan.(*)
*by Chininta Rizka Angelia & Nike Putri Yunandika – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id