Skystar Ventures UMN Adakan Kick-Off, Tanda Resmi Dimulainya Program Inkubasi Batch 9
Februari 24, 2022UMN dan Desa Kemuning Berkolaborasi Wujudkan Desa Pintar
Maret 1, 2022TANGERANG – Pada tanggal 25 Februari 2022, jurusan arsitektur Universitas Multimedia Nusantara (HIMARS UMN) dan International Real Estate Federation (FIABCI) Indonesia melakukan wawancara virtual bertema “Transformational Architecture – Digital, Innovative, and Sustainable” dengan Gregory Kovacs, seorang direktur desain di Benoy.
“Benoy adalah salah satu perusahaan arsitektur paling terkemuka, memiliki proyek di seluruh dunia. Gregory sendiri telah terlibat dalam berbagai proyek tidak hanya di Hong Kong di mana ia berada tetapi juga di Indonesia, Singapura, China, bahkan di timur tengah,” kata Ivan Sandjaja, Managing Director Global Entrepreneurship Network Indonesia, yang juga moderator dari webinar ini, memperkenalkan Gregory.
Acara ini memfokuskan pembahasan pada arah transformasi arsitektur terkait perkembangan digital yang inovatif dan berkelanjutan. Gregory membagikan pengalaman dan pendapatnya mengenai tema tersebut melalui beberapa contoh proyeknya.
Dengan memburuknya isu perubahan iklim, keberlanjutan telah menjadi salah satu perhatian utama di sebagian besar bidang, termasuk arsitektur. Gregory menekankan bahwa meskipun keberlanjutan dalam arsitektur sudah meningkat, ada masalah yang dapat dilihat di banyak proyek, yaitu greenwashing.
“Satu hal yang ingin saya anjurkan adalah pemahaman yang lebih luas tentang keberlanjutan. Ketika berbicara tentang desain yang berkelanjutan, kita berpikir tentang solar shading, mengurangi heat gain dan solar gain dari sebuah bangunan, dan hanya meningkatkan efisiensi bangunan tersebut. Tetapi ada pemahaman yang jauh lebih luas tentang keberlanjutan, yang saya sebut hyper-sustainability, ”jelas Gregory.
Gregory tampaknya memiliki pendekatan yang berbeda dalam menerapkan keberlanjutan pada proyeknya. Ia menyebutkan isu keberlanjutan dalam industri arsitektur saat ini adalah kaca dan beton.
“Bagi banyak klien, ketika mereka berpikir tentang apa yang akan menjadi gedung yang mengesankan dimana mereka dapat dengan bangga mengatakan ini adalah kantor atau perusahaan saya, mereka mengasosiasikannya dengan kaca. Dan saya dapat mengatakan itu akan segera menjadi memalukan dan masalah,” kata Gregory.
Khususnya beton, Gregory mengatakan bahwa jejak karbon dari proses penuangan beton yang digunakan untuk industri konstruksi ini sangat masif. Bahkan jauh lebih besar daripada jejak karbon industri penerbangan.
Baca juga Webinar HIMARS UMN: Use of Detail to Create the Story of Your Concept in Architecture
Mengutip BBC.com, beton adalah material buatan manusia yang paling banyak digunakan. Jika industri beton adalah sebuah negara, itu akan menjadi penghasil emisi terbesar ketiga di dunia. Ini menyumbang lebih banyak CO2 daripada bahan bakar penerbangan (2,5%) dan tidak jauh di belakang bisnis pertanian global (12%).
Kaca juga berkontribusi pada banyak jejak karbon dunia. Menurut sebuah artikel oleh Nature.com, secara global, manufaktur kaca menghasilkan setidaknya 86 juta ton karbon dioksida setiap tahunnya. Tetapi sebagian besar dari ini dapat dihadapi dengan melakukan daur ulang dan menggunakan teknologi untuk mengubah pembuatan kaca menjadi proses yang sebagian besar bebas karbon.
“Jadi saya pikir perlu ada perubahan untuk melihat keberlanjutan tidak hanya dalam hal efisiensi dan pengoperasian bangunan tetapi juga untuk melihat seluruh siklus hidup bangunan,” kata Gregory.
Untuk mencegah kontribusi lebih lanjut terhadap peningkatan emisi karbon, Gregory berbagi bahwa dia dan timnya telah melakukan sesuatu yang disebut “reposisi” (repositioning). Ini adalah tindakan menggunakan bangunan yang sudah ada yang akan dihancurkan atau tidak digunakan dan mengubahnya menjadi bangunan yang berfungsi.
“This is currently a growing niche in the architectural industry, dan saya pikir ini jauh lebih penting daripada mencoba membbangun bangunan yang mewah. Ini adalah pendekatan yang lebih berkelanjutan jika Anda melihat siklus hidup sebuah bangunan,” jelas Gregory.
Diskusi menarik lainnya yang dicetuskan Ivan adalah bagaimana seorang arsitektur mengembangkan desainnya tanpa mengabaikan budaya, terutama dengan Gregory yang telah melakukan proyek di berbagai negara. Ivan mencontohkan Tiongkok, dimana banyak dari orang Tiongkok percaya dengan Feng Shui.
Gregory berbagi dari pengalamannya bahwa penting bagi seorang arsitek yang bekerja di luar negeri bahwa pemahaman mereka tentang budaya seseorang adalah superficial. Penting untuk tidak berasumsi karena, sebagai orang asing, kita tidak akan pernah mengerti sepenuhnya kedalaman budaya lokal. Namun, menjadi orang asing memiliki keuntungan karena membantu melihat sesuatu dari sudut pandang yang sangat berbeda.
Saat melakukan sebuah proyek, arsitek biasanya tidak bekerja sendiri. Gregory mengatakan bahwa mengandalkan tim yang beragam yang dapat membawa banyak perspektif berbeda dapat menjadi hal terbaik untuk dilakukan ketika bekerja di negara asing. Ini membutuhkan seorang arsitek untuk memiliki pikiran terbuka dan proses desain yang terbuka karena itu merupakan upaya tim. Gregory juga menambahkan bahwa terkadang, klien juga ikut serta dalam bagian besar dari proses proyek.
“Saya memiliki klien yang membawa saya dalam semua jenis perjalanan ke berbagai bagian Tiongkok dan dunia untuk memahami budaya dan adat setempat. Dan Itu menjadi beberapa pengalaman saya yang paling menyenangkan,” Ucap Gregory.
Menutup sesi wawancara ini, Gregory menekankan pentingnya menciptakan pengalaman kolektif yang dapat menyatukan orang-orang dalam proyek arsitektur.
“Terutama saat ini, saya tidak bisa memikirkan hal lain yang lebih penting dari itu, untuk menyatukan orang-orang,” kata Gregory dalam sambutan penutupnya.
*by Levina Chrestella Theodora – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id