Di Balik Frekuensi
April 29, 2016COMMPRESS 2016 untuk Kebebasan Jurnalistik Indonesia
Mei 2, 2016Konsep ramah lingkungan atau green bukanlah suatu istilah asing lagi di kalangan industri properti atau bangunan. Bumi yang semakin panas akibat pemanasan global membuat warga dunia tak bisa tinggal diam. Harus ada solusi untuk membuat Bumi menjadi lebih nyaman untuk ditinggali sembari mengurangi dampak pemanasan global.
Salah satu caranya adalah dengan membuat gedung-gedung yang hemat energi atau green. Berdasarkan data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2015, bangunan mengonsumsi 40% energi, 25% air, dan 40% sumber daya di dunia. Bangunan disebut sebagai pemakan energi terbesar tak terkecuali di Indonesia. Jika tren green building tidak diterapkan sejak dari sekarang, ditakutkan pada tahun 2030 bangunan-bangunan di dunia yang tidak hemat energi akan menjadi penyumbang sepertiga emisi total CO2.
Sejak April 2012 lalu, Pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan Pergub no 38 tahun 2012 mengenai Bangunan Gedung Hijau yang mengharuskan gedung-gedung di Jakarta untuk ramah lingkungan. Bandung pun sedang menggodok peraturan serupa. Hanya saja, belum banyak arsitek-arsitek Indonesia yang memahami konsep perancangan gedung yang green.
Program Studi Green Architecture Universitas Multimedia Nusantara (UMN) memahami adanya kebutuhan Indonesia akan arsitek muda yang paham mengenai konsep green building. Dalam program studi Green Architecture, calon-calon arsitek muda akan diajak untuk memahami perancangan gedung hemat energi baik dari segi desain hingga penggunaan material bangunan yang tepat. Dengan demikian, mereka bisa menjadi arsitek, konsultan maupun kontraktor handal yang memberikan solusi atas masalah pemanasan global saat ini.
Jadi tunggu apalagi! Bergabunglah dengan Program Studi Green Architecture UMN sekarang dan jadilah penyelamat energi Bumi.