Tim Uwemen Kalahkan Puluhan Tim Mahasiswa Akuntansi Se-Indonesia di UNAC 2023
Oktober 12, 2023The Rise of AI in HR : Potential and Challenges
Oktober 13, 2023BALI – Setelah selesai dibuat pada tahun 2022, tahun ini film animasi ‘I Saw A Ghost and It Was Beautiful’ mulai berpartisipasi secara aktif ke beberapa festival. Hingga kini, film ‘I Saw A Ghost and It Was Beautiful’ sudah berhasil masuk nominator National Competition pada Minikino Film Week 9 di Bali dan mendapatkan Special Jury Mention. Tidak hanya itu, film animasi ini juga masuk sebagai Official Selection pada Neuchâtel International Fantastic Film Festival 2023 yang ada di Swiss.
Minikino Film Week 9 yang merupakan Festival Film Pendek Internasional tahun ini berlangsung pada tanggal 15-23 September 2023. Tahun 2023, UMN Pictures berkesempatan untuk berpartisipasi sebagai Official Selection dan juga pada sesi acara Toast Your Short dan Open Screen. Hal ini menjadi peluang bagus karena kami dapat berjejaring dengan banyak stakeholder film pendek, mulai dari sesama film maker, baik dalam maupun luar negeri. Selain itu, film ‘I Saw A Ghost and It Was Beautiful’ berkesempatan untuk diputar di berbagai negara dan venue yang dapat menjadi ajang untuk melihat kualitas film animasi karya Indonesia.
Terdapat perbedaan yang jauh dalam perkembangan film animasi dengan film cerita pendek, demikian juga dengan film dokumenter pendek. Berdasarkan data pendaftar di Festival Film Indonesia 2023, pendaftar film cerita pendek berjumlah 336 film, film dokumenter pendek berjumlah 118 film, sementara film animasi pendek berjumlah 89 film. Hal ini kemudian menjadi salah satu indikator kalau produksi film animasi masih terbilang rendah jika dibandingkan kategori film yang lain. Alasan ini yang membuat UMN Pictures termotivasi untuk menghasilkan karya lain, mengingat animasi bagi kami memiliki keleluasaan ekspresi, serta medium yang digunakan lebih bebas. Kemal Hasan selaku producer mengungkapkan, “Ini tidak terlepas dari bagaimana kami tidak hanya ingin menyampaikan ‘statement’ kami saja, tetapi juga melalui ekspresi visual kami. Dan yang paling penting, film sebagai produk budaya. Kami ingin dunia lebih mengenal ekspresi budaya film animasi dari Indonesia. Film ‘I Saw a Ghost and It Was Beautiful’, kami tujukan untuk itu”.
Sebagai director sekaligus writer pada film ‘I Saw A Ghost and It Was Beautiful’, Bobby Fernando menyebutkan kalau dirinya memang tertarik dengan konsep ‘hantu’. Dalam konteks fiksional, Bobby menilai itu sebagai sebuah elemen naratif dengan kualitas visual yang fleksibel yang dapat ditunjukkan untuk menyampaikan suatu cerita, sejarah, atau tema yang spesifik. Kemudian, ia tuang dengan aliran seni surealisme yang terinspirasi dari Leonora Carrington, Remedios Varo, dan Max Ernst. Bobby ingin melakukan pendekatan visual yang mampu menampilkan karya yang daya tarik visualnya kuat dengan pendekatan abstrak, namun di saat yang sama bersifat intim; tampak asing serta memiliki akar dalam perspektif dan jiwa yang manusiawi sehingga sesuai dengan eksplorasi konsep genre yang ingin dilakukan.
Film ‘I Saw A Ghost and It Was Beautiful’ secara implisit yang memang disengajakan sebagai “film pandemic”. Menurut sang director sendiri, meningkatnya jumlah kasus yang melibatkan perlakuan semena-mena yang dihadapi oleh pekerja di berbagai bidang dari korporasi, atau instansi besar lainnya, tidak hanya terjadi selama masa pandemi saja. Pandangan seperti itulah yang memberikannya fondasi yang konkret dan juga relevan untuk gagasan cerita yang sudah dimilikinya sejak tahun 2019 lalu. Pengembangan film ini terkadang menjadi sarana tersendiri bagi sang director untuk merenungkan hubungan pribadinya dengan topik tersebut, “apakah gagasan ini dilandaskan atas rasa solidaritas yang sungguh-sungguh, atau ini hanyalah merupakan pelampiasan dari kefrustrasian, atau kesulitan pribadi yang saya rasakan dalam hidup?”.
Semua ide dan kerja keras dalam pembuatan film animasi ini menampung harapan semua orang yang terlibat di dalamnya. Kemal dan Bobby berharap film ‘I Saw A Ghost and It Was Beautiful’ mampu menjadi suatu medium untuk menyampaikan identitas kreatif tanpa batas teritorial sehingga menciptakan resonansi untuk karya animasi pendek lainnya dan dapat mengundang semua orang untuk menggali makna serta komposisi visual yang telah dipaparkan.
UMN Pictures merupakan studio produksi kreatif berbasis di Indonesia (sudah sejak tahun 2017) yang berfokus pada layanan animasi 3D di bawah naungan Universitas Multimedia Nusantara. UMN Pictures berupaya untuk menciptakan karyanya melalui karakter yang atraktif serta visual yang menarik supaya pesan dari karya yang dirancang dapat tersampaikan. Fokus UMN Pictures adalah membangun production house profesional yang mempunyai standar industri, baik lokal maupun internasional.
by UMN Pictures
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id