Mengecek Kebenaran Fakta Dari Perspektif Indonesia dan Australia
November 20, 2019Konsep Green Building UMN Jadi Bahan Ajar PTS Bandung
November 21, 2019TANGERANG – “Semua pebisnis di luar negeri itu senang banget mengambil obyek di indonesia mulai dari Batik, Tenun, Komoditas; Indonesia itu gudangnya, tapi kalau kita minatnya mengarah kesana (ke luar negri) yang ada di sekitar kita habis dibisnis-in orang”. Hal ini disampaikan oleh penulis buku Tenun Doyo dan Sulam Tumpar, Syahmedi Dean dalam bedah buku Tenun Doyo dan Sulam Tumpar bersama Syahmedi Dean dan Lia Candrasari di UMN pada Selasa (5/11).
Pada kesempatan tersebut, Syahmedi menjelaskan mengapa akhirnya mereka memutuskan untuk memilih kerajinan Tenun Doyo dan Sulam Tumpar untuk diangkat.
“Tenun ini salah satu tenun yang terancam punah juga karena ilmu-ilmu menenunnya hanya ada didalam kepala dan untuk diturunkan ke generasi berikutnya hanya melalui cerita, tidak ada buku ceritanya,” jelas Syahmedi.
Tenun Doyo adalah salah satu kerajinan yang berasal dari suku Dayak Benuaq di Tanjung Isuy, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Bahan utama dari tenun ini adalah doyo yang adalah serat daun doyo. Daun ini dipilih karena seratnya dipercaya kuat untuk dijadikan benang.
Tak hanya mengundang Syahmedi Dean sebagai penulis, acara bedah buku ini mengundang Lia Candrasari, penggagas budaya Kalimantan.
Lia mengungkapkan saat ia menginjakkan kaki ke Kalimantan Timur pada tahun 2011, belum ada Televisi, NGO, media yang ramai berdatangan kesana. Jadi dengan publikasi dirinya yang membawa stasiun TV, bekerjasama dengan majalah akhirnya masyarakat Indonesia bisa mengetahui daerah Melak di Kalimantan Timur tersebut.
“Disana itu sangat banyak kerajinan. Jadi ada yang dari rotan, kemudian ada sulaman-sulaman tiap daerah yang berbeda,” ungkap Lia.
Lia berharap generasi muda meneruskan apa yang ia lakukan untuk melestarikan budaya Indonesia.
“Saya ini cuma kepengen generasi muda ini meneruskan apa yang saya lakukan, itu gak sederhana ya. Tapi paling enggak, semangat yang ada sekarang ini untuk terus mencari budaya ini; Indonesia itu sangat kaya,” harap Lia.
Buku Tenun Doyo dan Sulam Tumpar merupakan buku ke-9 Syahmedi Dean dengan Gramedia. Semua buku sebelum Tenun Doyo dan Sulam Tumpar diterbitkan dengan genre fiksi. Menurutnya, penerbitan buku ini sangat menantang karena ia merasa buku ini akan dipenuhi dengan petualangan yang diharuskan untuk terjun langsung ke lapangan.
Acara Bedah Buku ini merupakan salah satu trangkaian acara Festival Budaya Nusantara yang diselenggarakan oleh Kemahasiswaan UMN. Acara Festival Budaya Nusantara terdiri dari rangkaian acara bedah buku, talkshow dan lomba lagu daerah. (SN/RK)
*by Silvia Ng – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id