Kids Walking Exercise Robot
April 23, 2015Manisnya Kecap Antarkan Mahasiswa DKV UMN Jadi Juara
April 29, 2015Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dengan penjurusan Jurnalistik Multimedia memiliki mahasiswa yang tidak bisa dikatakan sedikit. Banyak dari mereka bercita-cita untuk menjadi seorang jurnalis handal yang berpegang teguh pada idealisme. Menjadi bagian dari industri media besar di Indonesia bisa dikatakan menjadi mimpi mereka.
Namun, tak dapat disangkal beberapa di antara mereka tak menginginkan keterikatan pada media massa tertentu. Fleksibilitas waktu kerja dan kenikmatan dalam menghasilkan karya sekreatif mungkin tanpa banyak campur tangan dari perusahaan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan. Hal ini membuat mereka cocok menjadi seorang jurnalis lepas (freelance journalist).
Rony Zakaria, jurnalis dan fotografer lepas yang banyak menghasilkan karya untuk media seperti New York Times, memberikan sharing mengenai suka duka menjadi seorang jurnalis lepas kepada mahasiswa UMN dan mahasiswa jurnalistik dari berbagai perguruan tinggi lain dalam Seminar “Jurnalis di Balik Krisis Media”, Selasa (28/4) di Lecture Hall UMN. Baginya, menjadi jurnalis lepas memiliki nilai plus dan minus tersendiri.
“Enaknya adalah kita bisa mengirimkan karya ke berbagai media, bisa menulis dan membuat foto seperti apa yang kita inginkan. Selain itu, kita pun bisa mengatur waktu sendiri sehingga lebih bebas. Sedangkan minusnya adalah sebagai jurnalis lepas kita harus mengatur semuanya sendiri, mulai dari meriset, menjadi marketing untuk karya kita. Belum lagi seringkali karya kita belum tentu dimuat di media. Apabila tidak dimuat, kita tidak akan mendapat komisi,” paparnya.
Rony pun menggarisbawahi keahlian khusus yang harus dimiliki oleh seorang wartawan lepas, yaitu networking. Tanpa hal ini, seorang jurnalis lepas tidak dapat survive. “Mengenal banyak editor di berbagai perusahaan media akan membuat kita dikenal dan dipercaya. Dengan demikian, mereka akan lebih mudah untuk menerima dan menaikkan karya kita ke media mereka,” ungkap pria yang mengaku belajar banyak soal fotografi di Galeri Jurnalistik Antara ini.
Selain networking, kepekaan untuk mengikuti tren pun menjadi poin penting yang harus diperhatikan oleh mereka yang ingin menjadi jurnais lepas. “Misalnya, saat ada bencana gempa bumi di Nepal, para wartawan lepas ini akan berangkat ke Nepal. Beritahukan kepada para media langganan bahwa kita ada di tempat kejadian dan bisa langsung bekerja bila dibutuhkan,” tukasnya.
Selain Rony Zakaria, hadir pula Meidyatama Suryodiningrat, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post sebagai pembicara. Seminar Jurnalis di Balik Krisis Media ini merupakan bagian dari kegiatan mahasiswa Jurnalistik UMN, COMMPRESS. Sebagai kampus yang dinamis, mahasiswa UMN diajak untuk berkarya tak hanya di kelas tetapi juga di berbagai kegiatan lain. COMMPRESS yang memiliki tagline titian langkah jurnalis ini bertujuan untuk meningkatkan semangat serta kebanggan menjadi seorang mahasiswa jurnalistik. (*)
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika | Sistem Informasi | Sistem Komputer | Akuntansi | Manajemen | Ilmu Komunikasi | Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id