Ciptakan Semangat Indie untuk Kemajuan Film Indie
Mei 30, 2016Ada Layar Tancap di Kampus!
Mei 30, 2016Media kampus Universitas Multimedia Nusantara (UMN), yaitu ULTIMAGZ, kembali mengadakan kegiatan diskusi jumat atau Disjum di kantin gedung C UMN, Serpong, Jumat (27/5). Tema yang diangkat kali ini, yakni perkembangan dan masa depan film indie di Indonesia.
Kegiatan ini menghadirkan dua pembicara, yaitu juru program Sinema Rabu Jonathan Manullang dan sineas muda yang juga alumni UMN Zidny Nafian. Zidny mengungkapkan, saat ini film indie di Indonesia sangat semangat. Artinya, para sineas muda kini memiliki semangat indie yang berdikari lantaran tidak tergantung pada pemerintah maupun production house (PH).
“Semangat independen masih saya rasakan hingga saat ini. Harapanya, kita jangan mau untuk diatur oleh industri perfilman yang kejam dan pemerintah. Walaupun begitu, pemerintah itu punya andil kok, meskipun belum sesuai harapan,” kata Zidny.
Menurutnya, berdasarkan sejarah, film indie di Indonesia sudah ada sejak 2002. Keberadaan dua film, Ada Apa Dengan Cinta dan Petualangan Sherina menjadi simbol kebangkitan film indie. Untuk itu, di zaman modern ini, ia berharap dengan adanya internet para sineas indie tidak pesimis dengan perkembangan film mereka.
“Kalau punya kemauan maju pasti ada jalan untuk berkembang. Adanya internet sangat membantu sekali. Untuk itu, sudah tidak ada alasan lagi kalau film indie itu tak memiliki harapan yang cerah ke depanya,” tambahnya.
Salah satu langkah guna mengembangkan film indie, papar Zidny, yakni dengan membuat komunitas setiap daerah dan memutar film-film mereka sendiri. Tak ayal, kini sudah banyak komunitas-komunitas memutarkan film-film indie, seperti Kineforum dan Kinosaurus Jakarta. Namun, hal itu harus dibantu dengan para sineas yang harus kerap bereksplorasi guna menghasilkan film yang luar biasa.
Hal senada juga dikatakan Jonathan, menurutnya, perkembangan film indie tergantung kepada para sineasnya. Pasalnya, ide-ide yang diluar dugaan seperti film Prenjak, garapan sutradara Wregas Bhatuneja yang memenangkan penghargaan film pendek di Cannes Film Festival 2016 merupakan pernyataan tegas bahwa sineas Indonesia luar biasa.
“Ciptakan ide yang gila, berani, liar, dan keluar dari tabu dalam moralitas yang ada di masyarakat. Kesampingkan industri film dan pemerintah yang belum mendukung film indie,” tuturnya. (*)
by Christoforus Ristianto – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika | Sistem Informasi | Sistem Komputer | Akuntansi | Manajemen|Ilmu Komunikasi | Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia