Catur Visual Juarai Sayembara Logo Art Summit Indonesia 2016
Agustus 18, 2016OMB 2016 : Mengenal Almamater Lebih Dekat
Agustus 23, 2016Logo karya Ritter Willy Putra, Edwin, Hendri Siman Santosa dan Utari Apulia Kennedy berhasil terpilih menjadi logo official untuk institusi dan event dari Art Summit Indonesia 8: REPOSISI. Mereka terpilih setelah menyisihkan kandidat-kandidat lainnya di 3 besar.
Art Summit Indonesia merupakan festival seni pertunjukan internasional yang telah dilaksanakan sejak tahun 1995, berfokus pada seni pertunjukan kontemporer seperti seni musik, tari dan teater. Festival tersebut diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pelaku seni dunia untuk berbagi pengalaman, ide serta gagasan.
Pada penyelenggaraannya yang ke-8 tahun 2016 ini diadakan sayembara pembuatan logo dengan peserta yang ditujukan kepada kalangan profesional dalam bidang desain grafis. Proses seleksi dimulai dengan mengirimkan CV dan portfolio, kemudian diumumkan menjadi tiga terbaik dari delapan belas peserta untuk mendesain ulang logo Art Summit Indonesia. Tahap selanjutnya, mereka yang terpilih diberikan waktu selama 14 hari pengerjaan kemudian mempresentasikannya kepada panel juri dan Direktorat Kesenian Kemdikbud, Selasa (2/8).
Dari rangkaian proses seleksi, akhirnya logo hasil karya keempat mahasiswa-mahasiswi jurusan desain grafis UMN angkatan 2012 tersebut ditetapkan sebagai juara. Lalu, seperti apa logo tersebut?
Ritter Willy Putra menjelaskan bahwa logogram tersebut merepresentasikan tiga jenis seni pertunjukan yang ditampilkan, yaitu musik, teater, dan tari. Ketiganya diwakili lewat bentuk-bentuk yang menghasilkan komposisi bentuk lingkaran yang beririsan dengan bentuk belah ketupat. Sedangkan gradasi warna pada bentuk lingkaran mempresentasikan dinamisnya seni pertunjukan yang digerakan dan menggerakan. “Hal tersebut juga direpresentasikan di logotype lewat penggunaan typeface yang dibuat khusus, yang diberi nama gerak sans, dengan mengambil unsur gerak tubuh seorang penampil,” ungkapnya.
Lebih lanjut, logo institusi menggunakan warna biru yang menggambarkan kredibilitas dan diseimbangi dengan warna coklat / emas untuk melambangkan bahwa kesenian pertunjukan di Indonesia merupakan salah satu kekayaan dalam budaya.
Untuk ide utama, Catur Visual menyelaraskan tiga subyek kesenian yang menghidupi Art Summit Indonesia serta satu unsur yang mampu merepresentasikan ketiganya yaitu Gerak. “Seperti seni pertunjukan yang bergerak dalam kedinamisannya, Art Summit Indonesia muncul sebagai entitas yang digerakan serta mampu menggerakan,” ungkap Ritter.
Proses pengerjaan yang hanya diberikan selama empat belas hari menjadi tantangan tersendiri bagi mereka, dimulai dari melakukan riset, diskusi, proses sketsa hingga eksekusi digital. “Tantangan lainnya ialah ini merupakan proyek berskala nasional dan ditantang untuk menghasilkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan,” tambah Ritter.
Dibandingkan dengan peserta yang lain, keunggulan logo karya Catur Visual ini ialah terletak pada kesatuan identitas yang merepresentasikan Art Summit Indonesia yang tidak hanya sekedar dilihat tapi mampu dirasakan. Selain itu, mereka juga menciptakan sistem agar visual Art Summit Indonesia dapat digunakan secara berkelanjutan, dari warna hingga pembentukan visual yang sederhana sehingga masih membuka ruang eksplorasi untuk penyelenggaraan di tahun-tahun mendatang.
Selain logo, mereka juga mendesign aplikasi lainnya yang terdiri atas kolateral (stationery), publikasi (poster, banner, billboard, tiket, undangan), digital (website dan media sosial) serta merchandise. Proficiat! (*)
oleh Debora Thea