Bangga! UMN Luluskan Mahasiswa Prodi Magister Manajemen Teknologi 2020
September 4, 2020Kolaborasi Adalah Kunci! Ideanation X FSD Lab UMN Virtual Roadshow: Trend Technology & Future Industry
September 8, 2020TANGERANG – Konsumen memutuskan untuk membeli sesuatu pasti disertai alasannya, bisa karena harganya yang dinilai murah, pilihan yang beragam, atau akses yang mudah. Namun begitu, hal lain yang juga dinilai sangat efektif dalam memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli adalah emosi. Aspek emosi inilah yang dapat menjadi peluang bagi para pelaku bisnis untuk mengembangkan brand atau bisnisnya. Melihat perkembangan ini, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (FIKOM UMN) menggelar webinar bertema “Emotional Branding: Membangun Keterhubungan Emosional Untuk Keberlanjutan Start-Up Business” pada Rabu (02/9).
Banyak cara yang dapat ditempuh bagi pemilik brand demi menggaet hati para calon konsumen. Semakin banyak orang yang mengetahui dan terikat dengan suatu brand, maka semakin besar pula peluang brand tersebut mendapat keuntungan dari hasil jual-beli dengan pelanggannya. Kesadaran dan relevansi menjadi aspek yang dapat membuat brand menjadi kuat dan besar, namun aspek emosional yang mampu membuat brand menjadi hebat. Mengapa demikian? Emosi yang terlibat dalam pembelian dapat menciptakan ikatan dengan konsumen yang berkontribusi langsung untuk membangun keuntungan dan kesetiaan pelanggan yang bermuara pada keberlanjutan brand.
“Brand itu berhubungan dengan feeling, nah ternyata brand itu ditentukan oleh bagaimana individu mempersepsikan brand tersebut, bukan company-nya. Individu disini dalam artian orang per orang baik itu target market ataupun sebagai target audience,” ucap Irwan beropini.
Sedikit informasi mengenai pengisi acara dalam kesempatan webinar kali ini. Hadir sebagai pembicara, Irwan Fakhruddin (Dosen Mata Kuliah Socialpreneurship, FIKOM UMN) yang juga berprofesi sebagai Branding Consultant serta hadir pula sebagai moderator, Selvie Amalia (Dosen Marketing Public Relations, FIKOM UMN) yang juga berprofesi sebagai Strategic Communication Consultant.
Irwan menerangkan bahwa emotional branding tak hanya berlaku dalam model bisnis B2C (Business to Consumer) tapi juga berlaku dalam model B2B (Business to business). Alasannya, tidak lain yaitu karena pastinya di setiap divisi perusahaan pasti ada individu-individu yang berperan sebagai decision maker atau pengambil keputusan. Tidak dapat disangsikan bahwa tiap manusia pasti sedikit-banyak akan melibatkan aspek emosi dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dapat dikaitkan dengan emotional branding dimana emosi dilibatkan dalam upaya mengembangkan suatu brand.
“Brand itu sebenernya fungsinya untuk apa sih? Yang pertama, brand itu akan membantu konsumen untuk mencari arah, navigating the consumer. Karena apa? Pilihan itu di dunia sana (supermarket, pasar, e-commerce, dll) itu kayak rimba. Banyak sekali pilihan-pilihan yang membuat kita nyasar-kesasar karena terlalu banyak pilihan,” lanjutnya menerangkan.
Beliau mengatakan, branding adalah sebuah disiplin proses yang digunakan untuk membangun awareness dan memperkuat serta memperpanjang customer loyalty; menyiratkan mandat dari top level management; serta kesiapan investing in the future. Menurutnya, tidak ada upaya branding yang bagus jika tanpa ada visi dari founder atau board of director yang visioner. Irwan mengatakan bahwa branding juga begitu penting bagi perusahaan rintisan (Start-up business).
“Yang paling penting (bagi start-up) adalah membangun narasi bagimana ‘How and Why’-nya itu ter-deliver,” tegasnya menambahkan.
Dalam branding, ‘Personalized Marketing’ juga dapat menjadi salah satu opsinya, karena setiap orang tentunya akan memilih produk yang paling sesuai dengan identitas dirinya. Suatu produk pada akhirnya akan melekat menjadi sebuah identitas bagi si penggunanya. Beliau juga menilai bahwa membangun koneksi emosional dengan customers dapat mewujudkan sesuatu yang ‘magical’ dan ‘creating halo effect’ yang luar biasa bagi suatu brand.
“Ketika kita membicarakan emotional branding, semua pebisnis pasti ingin profit, tapi bukan berarti profit itu ditaroh di awal. Kita harus treat people-nya dulu, planet-nya dulu, baru terakhir profit-nya.” ucap Selvie merangkum topik pembahasan webinar kali ini. (VN)
by Virino Miracle – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id