Building Information Modeling (BIM): Inovasi Dalam Dunia Konstruksi
April 20, 2018Plagiat Musuh Di Bidang Keilmuan
April 20, 2018
TANGERANG – BIM (Building Information Modeling) merupakan suatu inovasi dalam dunia konstruksi dan arsitektur. Kehadirannya mampu menyelesaikan tiga masalah proyek konstruksi, yaitu masalah perubahan harga, miskomunikasi antar stakeholder dan resiko. Demikian disampaikan Director of Human Capital Management PT. Waskita Karya (Persero) Tbk Ir. Hadjar Seti Adji M.Eng.Sc saat menjadi pembicara dalam kuliah umum bertema BIM: Tomorrow is Today di Lecture Hall UMN pada Rabu (18/4).
Dalam kesempatan tersebut Hadjar menerangkan bahwa banyak pengusaha sulit memberikan harga suatu proyek konstruksi. Hal ini disebabkan oleh masalah-masalah baru yang muncul di tengah proses pengerjaan proyek tanpa diprediksi sebelumnya. Hal ini mengakibatkan harga yang ditentukan di kontrak berbeda dengan saat pengerjaan.
“Masalah ini juga mengakibatkan pekerjaan pokok pekerja konstruksi menjadi banyak, karena ketidakakuratan desain, volume, spesifikasi, dan waktu. Inilah penyebab biaya proyek yang dipatok menjadi mahal semua. BIM bisa membantu melakukan perhitungan jumlah pengeluaran suatu proyek secara akurat,” terang Hadjar.
Baca juga : Kata Mereka, Kerja Keras Tidak Akan Mengkhianati Hasil
Selain itu, banyak desain bangunan yang terlihat kacau karena tidak adanya koordinasi antar pemangku kepentingan yang saling bersangkutan dalam suatu proyek konstruksi. Sentralisasi data oleh BIM dapat membantu mencegah terjadinya miskomunikasi.
“Komunikasi internal antar tim juga penting. Sayangnya, banyak pekerja yang hanya berpikir di dalam pekerjaannya sendiri, sesuai gambarannya sendiri-sendiri tanpa berkoordinasi dengan pihak lain,” lanjutnya.
Banyaknya pekerjaan konstruksi di lapangan juga mengakibatkan pekerjaan suatu proyek cenderung memiliki banyak resiko, seperti cuaca, topografi dan lainnya. Hadjar mengatakan BIM mampu mengukur resiko-resiko pengerjaan suatu proyek.
“BIM membantu mengukur resiko pengerjaan proyek, karena terlalu banyak pekerjaan konstruksi yang dilakukan di lapangan, padahal yang bagus itu (pekerjaan konstruksi) dilakukan di pabrik. (Ketika) di lapangan sudah setengah jadi,” kata Hadjar.
Baca juga: Pelajari Tata Perkotaan, Mahasiswa Arsitektur UMN Kunjungi Sinar Mas Land
Lebih lanjut Hadjar mengungkapkan data-data yang terkumpul di dalam BIM dapat diwujudkan dalam berbagai teknologi lain, seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR).
“AR dan VR membantu memberikan visualisasi akhir dari sebuah proyek konstruksi. Pekerja proyek akan memiliki gambaran bagaimana tampilan bangunan yang akan dihasilkan nantinya,” ungkap Hadjar.
Selain AR dan VR, proyek suatu bangunan juga divisualisasikan dengan teknologi 3D printing
“Ada juga teknologi 3D printing yang mampu mencetak desain tiga dimensi suatu bangunan dalam waktu singkat,” tutup Hadjar.
BIM (Building Information Modeling) merupakan suatu metodologi berbentuk tiga dimensi bersifat parametrik yang mengandung unsur data, urutan, tahapan, dan spesifikasi dari sebuah rancangan proyek konstruksi. BIM tergambarkan sebagai kumpulan seluruh informasi pengerjaan suatu proyek konstruksi yang akan dijadikan sebagai sumber data bersama bagi seluruh stakeholder yang terlibat dalam proyek.
Turut hadir dalam kuliah umum tersebut Dekan Fakultas Seni dan Desain UMN Ina Listyani Riyanto, S.Pd, M.A, Ketua Program Studi Arsitektur UMN Hendrico Firzandy Latupeirissa, S.T, M.Ars dan Sekretaris Program Studi Arsitektur UMN Irma Desiyana, S.Ars, M.Arch. (*/CRA)
*Mario Baskoro – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id