Berita Hoax, Sebarkan Krisis Kepercayaan pada Media Massa Dunia
September 6, 2017Kisah Tiga Mahasiswi Pecinta Drama Korea Rebut Hati Juri Festival Film Banten 2017
September 7, 2017
Masyarakat Indonesia tentunya tak asing dengan istilah fake news atau yang lebih dikenal dengan berita hoax. Apalagi dengan terongkarnya kelompok Saracen yang memang dibayar untuk membuat dan memviralkan berita-berita hoax ke masyarakat ramai. Berita-berita semacam ini kerap membuat perpecahan semakin meruncing dan kompleks sebab banyak masyarakat yang mempercayai berita-berita tersebut dan menyebarkannya berita tersebut melalui media sosial ataupun aplikasi chatting di smartphone.
Hal ini ternyata tak hanya melanda Indonesia, seluruh dunia pun mengalaminya. Melihat urgensi untuk menemukan solusi terhadap fenomena ini, maka Universitas Multimedia Nusantara (UMN) melalui program studi Ilmu Komunikasi dan International Center UMN, mengundang Director Bachelor of Media Communication Monash University, Australia, Associate Professor Therese Davis untuk memberikan kuliah tamu mengenai “Fake News” yang diselenggarakan kemarin, Selasa (5/9) di Lecture Hall UMN.
Dalam kuliahnya, Therese mengatakan bahwa keberadaan berita hoax menjadi problematika umum yang melanda media massa di seluruh dunia. Tak heran kemudian masyarakan dibuat menjadi bingung mengenai fakta yang sebenarnya. “Hal ini akhirnya memunculkan krisis kepercayaan kepada media massa dan para politisi serta proses politik. Sebab keberadaan berita hoax ini biasanya mewarnai berbagai kejadian politik di negara-negara di dunia seperti Amerika Serikat dan Perancis,” paparnya.
Therese menggarisbawahi bagaimana kemudian media sosial seperti Facebook melalui algoritmanya membantu penyebaran berita hoax ini. “Facebook memiliki algoritma untuk menampilkan berita-berita seperti apa yang disukai oleh para penggunanya. Oleh karena itu, tak heran kemudian dalam tampilan home Facebook kita akan terus muncul berita-berita serupa yang dianggap oleh Facebook akan kita sukai. Berita hoax mungkin termasuk di dalamnya. Namun, belakangan setelah dituding membantu penyebaran berita hoax, Facebook memiliki algoritma baru yang dapat memblokir para penyebar berita hoax ini,” jelasnya lebih lanjut.
Tak dapat disangkal, hal ini kemudian memberikan tanggung jawab besar kepada para jurnalis serta calon jurnalis masa depan untuk menepis berita-berita semacam ini. Itulah sebabnya para jurnalis dan calon jurnalis diwajibkan untuk memiliki pengetahuan yang luas di berbagai aspek tak hanya di dalam dunia jurnalistik semata.
Therese menutup kuliah ini dengan memberikan beberapa solusi untuk menangkal berita hoax. Misalnya saja seperti melakukan fast checking, cross check collaboration antara beberapa kantor berita, lalu melakukan kampanye listerasi media seperti yang sedang dilakukan Facebook saat ini dan juga melalui reverse image checking.(*)
by: Grace Natali – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id