Seminar Ultigraph UMN 2021: Good Design is More Than Aesthetics
Oktober 29, 2021Kontribusi Pajak: Cara Mudah Menjadi Pahlawan Negeri
November 1, 2021TANGERANG – Minimnya ruang hijau menjadi salah satu isu yang dihadapi di berbagai perkotaan padat penduduk. Terkait hal itu, arsitektur mikro dapat menjadi contoh inovasi untuk mengatasi permasalahan ini. Program Studi Arsitektur UMN pun melalui “Archiweek UMN 2021” menggelar seminar bertajuk “Utilizing Adaptability and Sustainability in Micro Architecture” secara daring pada Jumat (29/10/21). Seminar ini mengundang Yu Sing selaku arsitek Studio Akanoma yang telah berpengalaman di bidang arsitektur mikro ini.
Dalam kesempatan seminar ini, Yu Sing membagikan pengalamannya dalam membuat berbagai proyek terkait arsitektur mikro. Arsitektur mikro adalah solusi arsitektur yang dapat menghemat lahan, biaya, dan energi untuk kehidupan penghuninya. Selain itu, Yu Sing pun mengatakan banyak manfaat dari arsitektur mikro ini, seperti mengurangi polusi, kemacetan, dan menambahkan pendapatan.
“Mereka bukan hanya memfungsikan rumah sebagai tempat istirahat, tetapi juga tempat mencari mata pencaharian atau produktif. Ini juga bisa kita angkat supaya penghasilan bisa diperbesar,” papar Yu Sing.
Meskipun demikian, arsitektur mikro ini memang mengundang banyak pro dan kontranya. Hal ini terutama terkait dengan kenyamanan yang ditawarkan oleh arsitektur mikro. Menanggapi hal itu, Yu Sing mengatakan semua tergantung pilihan individu masing-masing. Namun, ia juga menekankan analogi rumah siput. Ia mengatakan jangan menganggap rumah sebagai kandang. Menurutnya, kita bisa hidup di rumah sekecil mungkin seperti siput karena ruang hidup tidak hanya terbatas di dalam rumah.
Baca juga PARAS 2.0, Pameran Virtual Karya Mahasiswa Arsitektur UMN
“Untuk kenyamanan ruang itu bukan ruang besar, tetapi mempunyai pemandangan yang menarik, angin, pencahayaan yang bagus, ventilasi yang baik, dan perpohonan yang hadir di sekitar rumah juga membantu kita secara psikologis membangun rasa yang lebih nyaman dan rileks,” jelas Yu Sing.
Lebih lanjut, Yu Sing juga mengatakan terdapat beberapa tantangan dari perwujudan arsitektur mikro ini. Salah satunya adalah masalah anggaran. Hal ini karena klien memiliki anggaran yang sangat terbatas, walaupun sudah menerapkan arsitektur mikro. Selain itu, juga tidak ada keinginan beradaptasi untuk mencoba arsitektur mikro.
“Banyak yang kebutuhan anggarannya terbatas. Jadi, sudah mikro pun enggak cukup. Atau juga tidak mau beradaptasi dengan apa yang ada. Artinya, kalau kita usulkan kamar kapsul, mereka enggak mau. Jadi, persoalan keberanian untuk mencoba beradaptasi,” tutur Yu Sing.
By Melinda Chang | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id