BIOS Hackathon 2019: Buat Prototype Aplikasi Selama 24 Jam
Oktober 18, 2019E-Sports, Wajah Baru di Industri Kreatif 4.0
Oktober 23, 2019TANGERANG – Tahap yang penting dalam mengembangkan aplikasi bukan hanya saat peng-coding-an program aplikasinya, melainkan juga tahap riset dan desainnya. User Interface/User Experience Designer (UI/UX Designer) pun memberikan kontribusi bagi pengembangan suatu aplikasi, karena aspek estetika dari aplikasi membawa pengaruh bagi kesuksesan rilisnya suatu aplikasi. Hal tersebut disampaikan oleh iOS Engineer Airy Charles Anderson Lim dalam sharing session di UMN pada Jumat (18/10).
Pada kesempatan tersebut, Charles membagikan pengalamannya hingga lulus dari Apple Developer Academy generasi pertama. Semasa menjadi developer karantina, ia telah mengembangkan 5 aplikasi untuk iOS dengan menggunakan bahasa pemrograman khusus iOS, Swift.
“Ini pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang bagi saya. Apple menerapkan collaboration space dalam ruang kerja untuk menunjang mobilitas tinggi developer dan meningkatkan efektivitas kami dalam brainstorming. Selain itu, Apple juga menerapkan Challenge Based Learning (CBL) untuk memicu pengembangan ide-ide kreatif yang bertujuan untuk memecahkan masalah sosial. Dengan CBL, developer ditantang untuk memecahkan masalah dengan cara yang paling tepat,” jelas Charles yang juga merupakan Alumni UMN.
Pada kesempatan yang sama, Marketing Section Head Apple Developer Academy Adityo Nugroho menerangkan bahwa dalam mengembangkan suatu aplikasi, programmer tidak dapat bekerja sendiri, namun harus bekerja sama dengan divisi yang memiliki keahlian berbeda.
“Dalam membuat aplikasi tentunya harus ada tim, tidak mungkin programmer mengembangkan aplikasi sendiri. Selain programmer, ada researcher, project leader dan ada UI/UX designer. Karena jaman sekarang aplikasi yang bagus itu tidak hanya dari tampilan yang menarik, melainkan juga dari hasil riset market, karena hal yang sempurna sekalipun, tidak luput dari inovasi,” terang Adityo.
Ia melanjutkan bahwa Apple Developer Academy menjadi wadah bagi para developer yang punya kreativitas, bisa berkolaborasi, tidak bekerja independen (learner-teacher), dan memiliki problem solving passion.
“Apple Developer Academy bisa menjadi wadah bagi para developer yang mau explore apapun yang kalian mau, nggak cuma satu bidang saja. Tidak ada task- oriented di program internship Apple Academy. Semua task yang dijalankan adalah kembali pada ide dari masing-masing tim dan bagaimana cara mengeksekusinya,” tutup Adityo.
Charles Lim adalah alumni UMN yang menjadi lulusan Apple Developer Academy generasi pertama. Saat ini, dua mahasiswa UMN Marcel dan George sedang menjalani program Apple Developer Academy generasi kedua. Mereka akan dikarantina dan diberikan fasilitas penunjang untuk pengembangan aplikasi.
Apple memiliki metode pengajaran Guiding Research di mana orang-orang profesional akan membagikan pengalaman dan ilmu mereka kepada para developer yang dikarantina. Dengan begitu, para developer muda mendapatkan insight dari para seniornya yang telah berkecimpung di dunia profesional selama puluhan tahun.
Apple Developer Academy berkomitmen untuk mencetak World Class Developer. Di Indonesia sendiri, Apple Developer Academy telah berdiri di beberapa wilayah, seperti Jakarta, Tangerang, Surabaya, dan Batam. (V/CRA)
*by Virino Nino – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id