Ramai-Ramai Nonton Film Lawas di Layar Tancap UCIFEST 8
November 23, 2017Ada Apa di UCIFEST 8?
November 25, 2017Seiring dengan berkembangnya pengguna internet di Indonesia yang mendekati angka 140 juta, tak hanya segi positif yang muncul dari kegiatan berinternet. Segi-segi negatif pun bermunculan seperti merebaknya pornografi, berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian, serta yang akhir-akhir ini paling meresahkan adalah kejahatan siber. Serangan ransomware WannaCry yang menyerang pengguna internet dunia pada bulan Mei 2017 menjadi salah satu bukti nyata kejahatan siber ini.
Tak hanya itu, di sejumlah kota besar, kasus kejahatan yang terjadi atau berawal di dunia maya menjadi kasus yang paling banyak ditangani kepolisian. Tercatat sepanjang tahun 2016 ada 1.207 kasus kejahatan siber. Hal ini semakin memperkuat urgensi untuk meningkatkan keamanan siber baik di pemerintah, industri maupun masyarakat secara global.
Melihat fenomena ini, Universitas Multimedia Nusantara (UMN), dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-10, memandang penting dan tepat untuk mengajak pihak-pihak terkait dan memiliki tanggung jawab dalam keamanan siber untuk duduk bersama dalam satu forum bertajuk Seminar “Memperkuat Keamanan Siber Nasional”. Seminar ini menghadirkan narasumber-narasumber ahli dan terkemuka, seperti Menkominfo Rudiantara, Kombes Pol Sri Suari, Ketua Pelaksana IDSIRTII Rudy Lumanto, Wakil Presiden Direktur BCA Armand W. Hartono, dan Education Director ISACA Obrina Candra Brilliyant.
Menkominfo Rudiantara mengatakan kesadaran mengenai keamanan siber harus dimulai dari diri kita. Jika kesadaran itu sudah ada maka sebenarnya setengah dari permasalahan sudah selesai. Berdasarkan data Global Cybersecurity Index 2017 Heat Map, keamanan siber Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara tetangga Singapura dan Malaysia. Kedua negara tersebut berada di posisi 1 dan 3, sedangkan Indonesia masih berada di peringkat 70.
Melihat hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika gencar memberikan penyuluhan mengenai literasi media kepada masyarakat. “Literasi media lebih menyenangkan dilakukan dibandingkan pemblokiran. Melalui literasi media, masyarakat jadi memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih. Dengan demikian, pemblokiran bisa diminimalisir,” ungkap Rudiantara di Universitas Multimedia Nusantara, Selasa (21/11).
Di sisi lain, Polri juga memiliki peran penting dalam menangani isu keamanan siber nasional. Menurut Kombes Pol Sri Suari setidaknya ada 4 tugas Polri, yaitu patrol siber yang bertujuan untuk meluruskan berita-berita hoax yang beredar di dunia maya, diseminasi, pembuatan narasi dan kontranarasi guna membentuk situasi yang kondusif, serta melakukan penyelidikan, penyidikan serta penegakan hukum.
Ninok Leksono, Rektor UMN, mengungkapkan isu keamanan siber merupakan hal yang sangat relevan untuk dibahas akhir-akhir ini. “Pertama secara umum banyak ahli mengemukakan, bahwa dengan semakin tergantungnya peradaban manusia pada dunia siber, maka masuk akal jika masalah keamanannya menjadi semakin krusial. Ancaman perang konvensional menggunakan pesawat tempur dan peluru kendali masih ada, tetapi kini dunia memasuki era baru di mana tujuan perang bisa dicapai tanpa harus menimbulkan kehancuran sampingan besar dan dengan biaya lebih murah, yaitu dengan melancarkan perang siber. Negara-negara besar sudah menempatkan strategi perang siber sebagai pilar utama keamanan nasional. Kedua, belum lama ini kita juga membaca berita tentang serangan ransomware WannaCry yang melumpuhkan banyak komputer di dunia, yang disusul oleh serangan serupa beberapa waktu kemudian. Dengan latar belakang itu, masuk akal jika Indonesia juga harus memeriksa diri, apakah sudah cukup siap untuk menghadapi serangan siber, mulai dari birokrasi hingga dunia usahanya, seperti perbankan,” jelasnya.
Melalui terselenggaranya kegiatan ini, UMN yang telah meraih Akreditasi Institusi A di akhir tahun 2016 lalu berharap segala lapisan masyarakat semakin waspada terhadap ancaman keamanan siber dan berusaha meningkatkan keamanan layanannya. “Selain itu, mereka juga telah memiliki rencana untuk memulihkan layanannya dengan cepat manakala serangan siber terjadi,” ungkap Ninok.
Tak hanya itu, Ninok juga berharap dengan bertemunya para pemangku kepentingan para pengelola siber, akan terjalin kerja sama, kolaborasi, dan jejaring yang bisa saling memperkuat pertahanan siber nasional guna menghadapi ancaman perang siber.(*)
by Grace Natali – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id