Dosen UMN Kembangkan U-Tapis, Aplikasi Penapis Ejaan Otomatis
Oktober 28, 2020Communication Festival 2020: Tips Menjadi Kreator Kreatif di Sosial Media
Oktober 28, 2020TANGERANG – Keluarga Alumni Universitas Multimedia Nusantara (KAMI UMN) kembali mengadakan acara secara daring yang tayang via Zoom dan Instagram Live pada Selasa (20/10). Di Season 2 “Alumni Skill Update”, part 3 kali ini, KAMI UMN mengusung tema “Kemampuan Berfikir Inovatif dan Kreatif untuk Memulai Bisnis”. Mengundang Peter Chandra Gunawan – CEO Ohana Enterprise (Alumnus S1 Ilmu Komunikasi UMN 2008) sebagai pembicara.
Di awal sesi sharing, Peter mengungkapkan pandangannya terkait pebisnis dan kreatifitas. Ia menilai bahwa setiap pengusaha adalah seorang yang kreatif, namun pada eranya masing-masing. Ia juga menceritakan tentang bisnis ayahnya yang menurutnya sangat konvensional dan masih menggunakan cara-cara lama.
“Saya bilang, bukannya papa saya gak kreatif, tapi kreatifnya papa saya itu di masanya, di generasinya papa saya,” ungkap Peter.
Baginya, era digital seperti saat ini tidak hanya punya sisi positif, namun juga ada negatifnya. Salah satunya adalah terkait jam kerja yang jika dahulu sudah terjadwal secara pasti, namun karena digitalitasi, maka jam kerja juga menjadi tidak pasti karena kita dapat terus terhubung secara digital kapan pun. Selain itu, ia juga menilai bahwa setiap orang memiliki kemampuan dan bakat untuk menjadi entrepreneur, namun begitu ia juga memberikan pandangannya yang lain.
“Kalau bicara bisa, menurut saya semua kita mempunyai kemampuan, memiliki bakat menjadi entrepreneur, tapi jarang orang bahas ini, tidak semua kita itu wajib menjadi entrepreneur,” tegasnya.
Ia melanjutkan, jiwa entrepreneur dibangun bukan hanya saat ingin memulai bisnis, melainkan dibangun ketika kita mulai bekerja. Ia juga mengatakan bahwa ia selalu melakukan yang terbaik dan totalitas dalam setiap pekerjaannya. Menurutnya, hal tersebut menjadi inti yang paling penting diterapkan oleh setiap kita.
“Jadi pengusaha itu seni menurut saya, dan seni itu gak bisa dirumuskan. Makanya menurut saya, gak ada rumus untuk menjadi pengusaha,” tegasnya kembali.
Baginya, tidak masalah jika ada orang yang berpendidikan tinggi dengan skill mumpuni namun tidak menjadi entrepreneur dan hanya bekerja secara profesional di bidangnya. Hal ini ia katakan karena jiwa pengusaha atau entrepreneurship tidak dapat dipaksakan pada setiap orang.
“Tetapi jika kamu mau jadi pengusaha, udah deh percaya sama saya, kerja dulu 2-3 tahun baru kalian itu masuk atau nyemplung menjadi seorang pengusaha, itu sangat penting,” sarannya.
Menurutnya, pengalaman bekerja secara profesional sebelum menjadi entrepreneur sangat penting sebagai pengalaman merasakan menjadi bawahan, mengerti bagaimana mengatur tim, dan bagaimana beradaptasi dalam suatu budaya kantor.
Peter Chandra Gunawan saat ini merupakan Founder dan CEO Ohana Enterprise yang bergerak di bidang wedding enterprise. Tak hanya itu, pada tahun 2013 ia juga sempat menjadi Founder dari Bengkel Kita.
“Kita kuliah itu bukan sekadar kita pinter, bukan sekadar untuk gelar, tapi kuliah itu kita menambah pertemanan, menambah koneksi. Karena itu really important for your business,” jelasnya.
Ia juga menganggap bahwa personal branding itu bagus, namun tidak lebih kuat daripada company branding. Company branding inilah yang ia terapkan pada Ohana Enterprise sehingga para client bukan percaya kepada Peter selaku CEO, melainkan menaruh kepercayaan kepada seluruh tim yang ada di Ohana.
“Saya membangun company branding, yang dipercaya dari Ohana itu bukan Peter-nya, tapi nama besar Ohana-nya, kredibilitas perusahaannya,” lanjutnya menjelaskan.
Baginya, memanfaatkan peluang yang realistis lebih penting dalam memulai bisnis dibanding terpaksa memulai bisnis karena bergantung pada passion. Dalam urusan bisnis, maka profit atau keuntungan akan menjadi faktor utama dibanding idealisme individu.
Ia membagikan tips tentang bagaimana ia memulai bisnis saat itu. Menurutnya, yang pertama adalah manfaatkan peluang yang ada, kesampingkan dahulu ego untuk business with passion; yang kedua, ‘muda dan kreatif’ juga menjadi modal ketika ingin memulai bisnis, karena dengan itu, modal dalam bentuk capital dari para investor akan menghampiri.
“Sorry ya, modal terbesar itu bukan uang, pak. Modal terbesar itu bukan uang, bu. Tapi kepercayaan orang. Itu modalnya,” tegasnya dengan lantang.
Ia menegaskan, jika mendapat investasi, pastikan bahwa kita adalah orang yang tepat dan dapat memberikan keuntungan bagi sang investor. Menurutnya, gaya bisnis juga telah bergeser, dari yang dahulu hanya menjual ‘commodity’, berbeda dengan pebisnis masa kini yang lebih mengembangkan ‘community’ agar bisnisnya dapat berkelanjutan (sustain).
Menurutnya, ada 5 poin penting ketika ingin menjadi seorang entrepreneur atau sedang menjalani bisnis, yaitu kerja keras; konsistensi; kreatif; kejujuran; dan kekeluargaan.
“Kalau udah sukses, inget, the foundation of your business is family.” pungkasnya.
by Virino Miracle – Universitas Multimedia Nusantara News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id