Kembangkan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Bersama, Universitas Multimedia Nusantara Berkolaborasi dengan Universitas Kristen Petra
Juni 24, 2022UMN dan Kemensetneg Menjalin Kerjasama Program Magang
Juni 24, 2022TANGERANG – Universitas Multimedia Nusantara (UMN) penuh dengan talenta. Dua sivitas akademika UMN, Laila Nurazizah (Lele), penulis skenario (screenwriter) sekaligus dosen Film di UMN, dan Gerald Mamahit, mahasiswa Film UMN, adalah penulis skenario di balik film horor Indonesia “KKN di Desa Penari” yang baru-baru ini menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa, mencapai 9 juta penonton.
KKN di Desa Penari adalah film horor berdasarkan kisah nyata yang dibagikan di Twitter oleh akun bernama “Simple Man” pada tahun 2019, yang akhirnya menjadi viral. Berkisah tentang enam siswa yang mengalami pengalaman angker dan mistis di sebuah desa terpencil bernama “Desa Penari”. Dalam sebuah podcast UMN, Lele dan Gerald berbagi ketertarikan pada film, pengalaman mereka sebagai penulis skenario KKN di Desa Penari, dan bagaimana mereka akhirnya bekerja bersama.
Latar Belakang Lele dan Gerald
Lele dan Gerald selalu tertarik pada industri film. Lele mengungkapkan betapa beruntungnya para pecinta film saat ini untuk mempelajari film dan betapa pentingnya bagi mereka untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Saya selalu mengatakan ini kepada murid-murid saya, “Kalian beruntung berada di sini, di tempat (UMN) yang merayakan keinginan kalian (film).” Saat itu, Lele tidak didukung oleh orang tuanya untuk berkomitmen penuh belajar film dan hanya mengizinkannya belajar film sebagai hobi. “Apakah kamu serius berpikir untuk mengambil jurusan film?” Orang tua Lele akan menentangnya.
Jadi, dia akhirnya mengambil jurusan kriminologi di Universitas Indonesia (UI) dan akan mengikuti festival film dan menulis cerita pendek untuk memuaskan cintanya pada dunia perfilman. Akhirnya, dia membangun kariernya sebagai penulis skenario dan membuktikan orang tuanya dan semua orang yang meragukannya salah.
Gerald juga telah tertarik pada film sejak ia masih muda. Dia berbagi bahwa dia selalu ingin menjadi sutradara sejak dia masih kecil.
“Saya ingat saya sedang mencari kampus yang bagus dan melihat daftar ‘universitas film terbaik di Indonesia’, dan saya ingat melihat UMN dalam daftar. Saya harap, yah, saya yakin UMN masih menjadi salah satu universitas film terbaik di Indonesia,” kata Gerald, menceritakan bagaimana ia akhirnya memilih UMN untuk belajar film.
Gerald menceritakan bahwa saat semester dimulai, dia mengingat momen menyenangkan di kelas di mana para siswa langsung diminta untuk membentuk tim produksi yang terdiri dari sutradara, produser, editor, dll. Dia ingin mengambil peran sutradara, tetapi sayangnya, semua tim sudah penuh. Jadi, dia harus menggunakan peran terdekat yang mirip dengan seorang sutradara, yaitu penulis naskah. Untungnya, satu grup membutuhkan anggota tambahan untuk penulis naskah, dan dia kemudian bergabung dengan tim itu.
Kecintaannya pada script dan screenwriting telah tumbuh sejak saat itu. Di kelas lainnya, ia juga mendapat kesempatan untuk menjadi sutradara dan penulis naskah secara bersamaan, memungkinkannya untuk menghasilkan dan mengarahkan cerita yang diinginkannya.
Bagaimana Lele dan Gerald Berkolaborasi
Gerald menceritakan bahwa mereka pertama kali bertemu dengan Lele di sebuah workshop yang diadakan oleh dosen UMN tentang penulisan skenario. Saat itu, Lele belum menjadi dosen di UMN. Dia adalah manajer dan salah satu pengajar dan pembicara di workshop tersebut.
“Lucunya, saya diroasting sama Mba Lele saat pertemuan pertama kami di workhop. Saya ingat memilih ‘horor’ sebagai tema penulisan skenario saya, dan dia menertawakan pekerjaan saya,” kata Gerald sambil tertawa. Mereka kemudian dipertemukan kembali di kelas pilihan (elective) Program Studi Film UMN, yaitu “Feature Length Script” (FLS).
“Feature Length Script adalah kelas yang jarang ditemukan di kampus lain. Tidak mudah untuk mengakomodir dan membimbing siswa belajar menulis skenario film panjang hanya dengan 14 kali pertemuan,” Lele berbagi. Melihat UMN berani memasukkan kelas ini dalam kurikulumnya menjadi salah satu alasan mengapa Lele ingin menjadi dosen di UMN dan mengajar di kelas tersebut. Sebagai informasi, Lele telah bekerja sebagai penulis skenario profesional selama bertahun-tahun. Dia terlibat dalam film horor terkenal Indonesia seperti Danur, Asih 2, dan Ivanna.
Gerald menceritakan bahwa ketika dia bertemu Lele di kelas, Lele menantang dan mendorongnya untuk mengambil topik horor untuk proyek penulisan skenario kelas. Gerald gugup karena dia tahu dia berurusan dengan seseorang yang sangat berpengalaman dalam penulisan skenario horor. Saat itu, Lele baru saja selesai menulis skenario Danur 2. Ditambah lagi, karya horornya juga sempat dikritik saat pertama kali bertemu Lele di workshop. Tapi tentu saja, dorongan Lele di kelas dan ambisi Gerald kemungkinan besar telah menggali potensi sejati Gerald.
Saat Lele menerima tawaran menjadi penulis skenario untuk KKN di Desa Penari, ia merasa ia butuh seorang partner. Dia berbagi bahwa Gerald muncul di benaknya. Lele berpikir, mengapa tidak mengadakan kolaborasi guru-murid dan mengundang Gerald dan mengerjakan skenario bersama?
“Saya melihat banyak bibit-bibit yang memiliki potensi di kelas saya,” kata Lele dengan bangga. Gerald adalah salah satu siswa yang menunjukkan banyak potensi dalam penulisan skenario. Selain potensinya, Gerald menunjukkan kecintaannya pada penulisan skenario dengan menawarkan dirinya beberapa kali untuk menjadi asisten kelas, bahkan setelah lulus kelas FLS.
Tantangan Saat Penulisan Naskah KKN
Menulis skenario KKN di Desa Penari tidaklah mudah. Lele mengaku sudah mengincar cerita itu sebelum cerita KKN di Desa Penari viral di Twitter. “Saya selalu tahu bahwa ceritanya akan booming dan menjadi cerita horor yang sukses,” kata Lele. Meski ini merupakan kesempatan emas bagi produser dan penulis, namun ketika ceritanya menjadi viral, proses penulisannya harus dipercepat agar filmnya bisa dirilis pada waktu yang tepat.
“Kami menghabiskan banyak malam di kantor MD, melakukan penelitian intensif tentang cerita dan harus menyelesaikan draf pertama dalam dua minggu,” kata Gerald dan Lele.
Gerald menambahkan tantangan lainnya yaitu menjaga kejujuran atau orisinalitas cerita saat melakukan adaptasi. Terkadang ada kalanya kita sebagai penulis ingin menambahkan beberapa elemen luar ke dalam cerita. Lele juga menambahkan pernyataan Gerald bahwa sebenarnya tidak apa-apa untuk menambahkan adaptasi, tetapi terkadang penonton cenderung membandingkan (film dan cerita aslinya), berpikir bahwa adaptasi dapat merusak cerita aslinya, atau film yang tidak sesuai dengan cerita aslinya dianggap buruk. Namun dengan KKN di Desa Penari, ia merasa tidak perlu ada perubahan atau penambahan cerita.
“Kami melihat komentar online yang mengatakan bahwa ada elemen yang hilang dalam film; kemungkinan besar KKN di Desa Penari akan ada extended versionnya,” kata Lele, membawa kehebohan di ruangan.
Saat artikel ini ditulis, MD Pictures mengkonfirmasi bahwa extended version KKN di Desa Penari (tambahan 40 menit) akan dirilis pada Desember 2022.
Pesan untuk Mahasiswa Film UMN
Menutup podcast, Lele dan Gerald membagikan beberapa pesan penting yang harus diingat oleh setiap mahasiswa Film. Sangat penting bagi para mahasiswa untuk tidak menganggap remeh studi mereka di UMN jika mereka benar-benar ingin menjadi penulis naskah atau penulis skenario yang sukses.
Mengambil penulis di balik akun Simple Man sebagai contoh, Lele terus-menerus memperingatkan murid-muridnya bahwa ada orang-orang di luar sana dengan banyak cerita bagus dan dapat menceritakan cerita itu dengan baik (storytelling). Terkadang, karena mahasiswa memiliki semua akses dan fasilitas yang disediakan oleh kampusnya, mereka mungkin merasa malas untuk mencari cerita yang bagus.
“Nanti akan sia-sia banget berada di kampus ini. Karena itu kamu harus memanfaatkan kesempatan ini jangan sampai kamu bisa kelibas sama orang lain yang bahkan tidak bisa atau memiliki akses untuk belajar tentang hal ini (mendapatkan fasilitas dan kuliah yang baik dari kampus),” kata Lele. Ia juga menambahkan bahwa kurikulum telah dibuat dan disusun untuk memastikan mahasiswa UMN memiliki pengetahuan yang cukup untuk terjun ke industri film secara langsung.
Ketika ditanya bagaimana cara mulai menulis, Gerald dengan singkat dan padat mengatakan, “mulai saja menulis!” Kebanyakan orang memiliki semua ide di kepala mereka tetapi tidak mulai menulis. Dalam penulisan skenario, (jelas) menulis adalah bagian yang paling penting. Penulis harus mampu menyampaikan ide-ide di kepala mereka ke dalam kertas.
Penulis skenario adalah salah satu aset vital dalam produksi film, “mereka adalah blueprint untuk film,” kata Gerald dan Lele.
“Memulai itu sulit, tetapi yang lebih sulit dari masuk ke sesuatu yaitu mempertahankan dirimu di situ. Mempertahankan buat kamu konsisten dan positioning kamu di industri ini,” tegas Lele. Ia mengatakan bahwa mahasiswa patut bersyukur dan memanfaatkan kesempatan untuk belajar film, bertemu dengan dosen-dosen yang berkompeten, mempelajari kurikulum terbaik, serta memanfaatkan dan menikmati fasilitas unggulan di UMN.
UMN sekali lagi mengucapkan selamat kepada Lele dan Gerald atas pencapaiannya yang luar biasa dan selalu mendoakan yang terbaik untuk usaha mereka di masa depan. Diharapkan juga akan ada lebih banyak kolaborasi antara siswa-guru di masa depan!
Tertarik kuliah Film di UMN? Cari tahu lebih lanjut tentang program studi di sini.
*by Levina Chrestella Theodora | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id