Pelepasan IISMA Awardee UMN 2024
Juli 10, 2024UMN Tuan Rumahi The Australasian Intervarsity Debate Championships 2024
Juli 15, 2024Tangerang – Rabu (10/07), Fakultas Ilmu Komunikasi melanjutkan rangkaian Lestari Nusantara. Talkshow dan diskusi ini dihadiri juga oleh Singgih Susilo Kartono, dan dosen-dosen dari Fakultas Ilmu Komunikasi. Talkshow ini menekankan tentang desain dan produksi yang sustainable.
Talkshow yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Lestari Nusantara. Sebelumnya rangkaian kegiatan dari Lestari Nusantara adalah pembedahaan buku dan membahas mengenai Perspektif Keanekaragaman Hayati. Kegiatan Lestari Nusantara di bulan Juli ini berlatar belakang tentang Creative and Sustainable Design.
Penyampaian materi disampaikan oleh Singgih Susilo Kartono merupakan founder dari Magno dan Spedagi. Spedagi merupakan desain sepeda bambu, karya Singgih ini telah dikenal oleh banyak orang. Selain sepeda bambu Ia juga pernah membuat desain lainnya seperti radio kayu pada tahun 2004.
Talkshow ini juga dibawakan oleh Muhammad Cahya Mulya Daulay, S.Sn., M.Ds., yang merupakan Kepala Program Studi Film dan sebagai moderator pada talkshow ini.
Talkshow ini membahas tentang sustainability secara luas tetapi juga melihat sustainability dari sisi desain. Menurut Singgih, sustainability saat ini bisa sangat penting karena orang-orang mulai lebih aware dengan lingkungan dan mengerti hal-hal yang membahayakan lingkungan.
“Kita hidup di Bumi, apa yang kita lakukan akan di solve oleh alam itu sendiri, jadi semua hal yang sangat kompleks akan mengarah kesitu jika tidak sampai ke tingkat itu berarti keberhasilan semakin rendah. Semakin kompleks teknologi, tingkat keberhasilan untuk mengurangi kerusakan semakin rendah. Makin kompleks kehidupan akan semakin banyak buruknya”, tutur Singgih.
Sustainability sendiri bisa dilihat dari banyak sisi, salah satunya adalah desain. Singgih menyampaikan mengenai pengalamannya dan bagaimana masyarakat luas mengetahui desain sebagai rancangan produk saja. Singgih juga melakukan eksperimen dan melihat bahwa sebenarnya desain ada dimana-mana dan ada di semua peradaban. Desain adalah rancangan, baik hukum, karya sastra, produk, bahkan pertemuan yang Talkshow ini merupakan desain.
Singgih melihat desain saat ini adalah desain industri, perancangan untuk masyarakat luas, dan saat ini kita berada dalam eksperimen industri.
“Jika memang ingin mengetahui tentang sustainable desain kita harus mengetahui dasarnya terlebih dahulu. Hal ini yang perlu dipahami, karena kita hidup dimana terlalu banyak hal baru dan perubahan yang sering, sehingga kita tidak tahu kita dimana, dan mau kemana”, ucap Singgih.
Pada sesi pembahasan sustainable desain, Cahya juga memberikan pertanyaan apakah sebenarnya sustainability design berhubungan dengan produk saja atau ada aspek manusia dan budayanya.
“ Ya, sustainable desain terkait dengan budayanya, dan karena terkait budayanya sendiri intinya sesederhana mungkin. Kita mungkin tidak siap dengan konsekuensinya kalo kita mau lestari ya harus reduksi dan sadar jika dunia sudah sudah over. Tidak lupa juga dengan reuse dan recycle, kalau tidak reuse yang di recycle akan terlalu banyak. Alam sendiri sudah mengajarkan recycle sangat canggih tapi sederhana, sesimple buang pisang nanti alam yang akan recycle sendiri.”, jawab Singgih.
Salah satu konsep penting dalam sustainability design yang dibahas dalam talkshow ini adalah Magnafest.
“Konsep ini menjelaskan jika kita memproduksi sesuatu harus tau ujungnya kemana, diperlukan critical thinking. Lihat apa yang bisa dikembangkan, melihat juga siklus kolaborasi dan eksperimen alam yang dimana harusnya kita mencukupi kebutuhan alam”, ucap Singgih.
“Hal ini kembali ke diri kita sendiri, berani atau tidak kita bilang cukup ke diri sendiri harus memiliki prinsip ‘cukup’ dalam diri kita dan perlu kita pelajari sebagai suatu ilmu pengetahuan. Jika ada sesuatu yang terlalu canggih jangan sampai disalahgunakan, karena sekarang banyak sekali hal-hal yang di upcycle seperti fashion”, lanjutnya.
Singgih juga berpesan agar manusia mengingat keseimbangan dan batas, kita bisa berkolaborasi melihat masalah bersama dan bertanggung jawab untuk menyelesaikannya bersama, hal ini karena saat ini kita hidup dalam konsumsi dan produksi yang susah dikontrol. Ia juga berpesan agar tidak menjadi individu yang angkuh.
“Kita jaga alam, alam jaga kita”, pesan Singgih.
By Rachel Tiffany Tanukusuma | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id