Rembug Inovasi, Program Inisiatif UMN dalam Memenuhi Kebutuhan Industri
Mei 14, 2024Menjadi Jurusan yang Banyak Diminati, DKV UMN Tampilkan Hasil Prototype yang Kece Banget!
Mei 15, 2024TANGERANG – Acara Talkshow Kick Andy menyambangi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dalam programnya yaitu ‘Kick Andy Goes to Campus. Kunjungan ini diisi dengan bincang inspiratif mengenai peran orang tua dan usaha dalam mengejar tujuan dalam berbisnis. Setidaknya 200 mahasiswa hadir menyaksikan talkshow ini.
Antusiasme terlihat jelas saat Lecture Theater UMN dipadati oleh mahasiswa yang bersemangat menyaksikan proses syuting acara televisi “Kick Andy”. Acara yang dipandu oleh Andy F. Noya ini memiliki segmen “Goes to Campus” yang bertujuan untuk mendekatkan diri dengan anak muda dan mendengarkan perspektif segar dari mereka.
Kali ini, Kick Andy Goes to Campus mengunjungi UMN dengan membawa topik diskusi yang menarik untuk disimak. Acara ini menghadirkan empat narasumber yang dibagi ke dalam dua sesi yang berbeda. Pada sesi pertama, suasana haru menyelimuti ruangan ketika dua narasumber, Riyani Indriyati dan Titik Wahyuni, menceritakan kisah perjuangan hidup mereka.
Riyani Indriyati adalah seorang penulis buku yang mengisahkan tentang ibunya yang sangat memperhatikan pendidikan Riyani, meskipun hidup dalam keterbatasan. Buku tersebut ditulis olehnya bersama dengan 22 kontributor lain dari 15 negara yang berbeda. Riyani menceritakan perjuangannya dalam menempuh pendidikan tinggi ketika ia dan keluarganya hidup dalam kemiskinan, tanpa kehadiran sosok ayah. Ibunya selalu mengatakan bahwa “Pendidikan adalah kunci untuk keluar dari kemiskinan.” Semangat ibunya itulah yang mendorong Riyani untuk terus mencari peluang dan kesempatan demi mendapatkan pendidikan yang layak. Melihat ibunya berjuang keras untuk mencari penghasilan agar Riyani bisa melanjutkan sekolah, membuat Riyani bertekad untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik baginya sendiri.
Dengan semangat yang tak pernah padam, Riyani berhasil meneruskan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. Cerita haru tentang perjuangan seorang ibu, yang dialami juga oleh kontributor lainnya, dapat ditemukan dalam buku yang berjudul “The Colours of Mothers”.
Narasumber berikutnya yang juga memiliki kisah mengharukan tentang ibunya adalah Titik Wahyuni, seorang kontributor dalam buku tersebut. Sebagai seorang fotografer profesional di Belanda, Titik membagikan perjuangan ibunya yang menjadi penjual sayur di pasar demi menyediakan pendidikan bagi Titik. Orangtua Titik berusaha keras untuk membayar uang kuliahnya di Universitas Gajah Mada (UGM), dengan bekerja keras di pasar. Titik juga turut membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berjualan bersama ibunya di pasar Selo. Melalui pengalaman ini, Titik belajar menghargai setiap upaya dan kesempatan untuk belajar, yang akhirnya membawanya meraih kesuksesan dalam karirnya di Belanda.
Sesi kedua kemudian dilanjut dengan kisah inspiratif dari Singgih Kartono dan Aang Permana. Kedua orang ini merupakan seorang founder dari bisnis merek masing-masing. Singgih merupakan founder dari ‘Spedagi’ sebuah usaha pembuatan sepeda yang berasal dari bahan bambu. Sepeda ini awalnya terinsipirasi dari sepeda bambu karya Craig Calfee dari USA, dan mengingat Indonesia memiliki sumber daya bambu yang melimpah maka Singgih mulai mengeskusi usahanya ini tahun 2013. Saat ini sepedanya sudah terkenal di seluruh Indonesia hingga mancanegara, sepedanyapun sering di pakai Presiden Joko Widodo ketika berolahraga.
Lain dengan Singgit, pada acara talkshow ini Aang membagikan ceritanya menjalani usaha Sipetek. Sipetek merupakan brand produk olahan ikan dan lauk makanan praktis yang memanfaatkan potensi komoditas lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Aang bersama timnya bukan hanya mencari keuntungan dari udahanya ini, namun juga turut memberdayakan masyarakat dengan menyisihkan penghasilan perusahaan. Beberapa kegiatan sosial yang sudah mereka laksanakan antara lain program berbagi untuk nelayan, renovasi musholla, distribusi air minum, dan banyak lainnya.
Melalui acara Kick Andy Goes to Campus ini mahasiswa banyak mendapat kisah insipratif dari para narasumber baik dari sisi keluarga dan juga usaha. Diharapkan dengan adanya acara positif semacam ini, mahasiswa dapat terinspirasi untuk bergerak menggali potensi diri mereka dan juga berbuat baik terhadap masyarakat. Sehingga media pemberitaan bukan hanya sekedar tontonan namun pembawa perubahan.
Di kesempatan yang terpisah, sebagai seorang jurnalis senior Andy F. Noya memberikan pengetahuannya terkait keadaan dunia jurnalistik saat ini. Andy mengatakan pada eranya dulu, informasi memang berasal dari media mainstream, dan di media mainstream ini terdapat aturan dan kode etik dalam melakukan siaran berita. Namun sekarang dengan adanya teknologi, semua orang dapat menjadi jurnalis dan dapat menginformasikan apa saja yang ingin disampaikan kepada masyarakat sehingga terjadi kehilangan kontrol.
“Berita yang berdar terkadang tidak dipastikan kebenarannya, dan akhirnya berita hoax dapat menyebar dengan mudah,” sebutnya. Andy melanjutkan bahwa dengan adanya berita hoax ini dapat merugikan orang yang terkena sasarannya. Ia mengingatkan bahwa sebagai manusia yang berakal kita harus bijak dalam menyebarkan informasi dan memilih sumber bacaan.
by Ivana Auliya | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id