Walibu, salah satu startup binaan Tech Incubator Skystar Ventures Universitas Multimedia Nusantara (UMN) terpilih sebagai finalis dalam kompetisi blog, infografis, dan vlog #AtasiKesenjangan yang diselenggarakan oleh Indonesia Development Forum (IDF).
Walibu merupakan start up yang fokus pada pengembangan pelestarian hasil kerajinan Papua. Selain itu, Walibu juga ditunjuk untuk menjadi pembicara dalam ajang Pasar Ide dan Inovasi IDF pada 11 Juli 2018 mendatang di Ritz Carlton Mega Kuningan sebagai rekomendasi solusi untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024.
Herlina Acane Yawang, Founder dari Walibu melihat IDF merupakan ajang yang sesuai dengan misi Walibu untuk melestarikan kerajinan Noken dari Papua. “Sejak awal mendaftar, kami sudah bertekad untuk menang, karena kami ingin sekali mempresentasikan problem kerajinan tas Noken dari Papua yang sangat real dan urgent ini melalui sebuah infografis yang interaktif agar mudah dipahami dan mengena di benak orang,” ungkapnya.
Selain IDF, Herlina dan tim Walibu juga akan terus berpartisipasi dalam kegiatan sosial budaya baik di dalam maupun luar negeri. “Tugas melestarikan budaya ini adalah tugas kita juga. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang, kapan lagi?” tegas Herlina menutup penjelasannya.
Selama mengikuti program inkubasi di Skystar Ventures, Herlina yang juga merupakan mahasiswi Program Studi Strategic Communication di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) ini dibimbing untuk dapat mewujudkan misi sosial budayanya melalui mentoring, networking, serta akses untuk bergabung di program pendanaan.
Program #AtasiKesenjangan sendiri merupakan salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam menjalankan program prioritas ‘Membangun Indonesia dari Pinggiran’ yang diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo dengan cara memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Program yang diorganisir oleh Bappenas dan didukung oleh Pemerintah Australia ini berfokus pada percepatan pembangunan di daerah pinggiran dan perbatasan untuk menumbuhkan titik perekonomian baru.
Melalui program ini, pemerintah juga menjadikan kawasan timur Indonesia menjadi perhatian khusus untuk mengurangi ketimpangan antarwilayah. Sejak krisis 1997, ketimpangan di Indonesia lebih parah dibandingkan dengan negara lain. Sekitar 80 persen pertumbuhan terjadi di kawasan barat Indonesia. Bahkan semakin ke timur, semakin kecil pula perekonomian regional berkontribusi terhadap perekonomian nasional, salah satunya Papua dan Nusa Tenggara yang memiliki ketimpangan tertinggi. Untuk itu, pemerintah membutuhkan bantuan dari berbagai pihak dalam mengatasi kesenjangan ini. (*/YC)
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id